
Minggu ini adalah minggu pertama diberlakukannya traffic light di pertigaan jembatan UGM Jogja. Pemberlakuan ini bukan tanpa sebab. Kemacetan yang terjadi setiap hari menjadi alasan utama pemasangan lampu lalu lintas in.
Bulan-bulan terakhir aktivitas di pertigaan Jalan Monjali-Jembatan UGM terlihat padat. Kepadatan lalu lintas terjadi pada pagi hari antara Pkl 7.00-8.00 WIB dan sore hari pada Pkl 16.00-18.00 WIB. Salah satu faktor mengapa pada jam-jam tersebut adalah karena bersamaan dengan jam masuk sekolah/kerja maupun jam pulang sekolah/kerja. Apalagi, kalau saya sendiri baru berangkat kuliah Pkl 06.45 WIB sudah dipastikan kena macet. Dengan kondisi tersebut mau tidak mau pengguna jalan harus ekstra berangkat pagi atau malah berangkat sekalian siang. Kondisi jalan yang lumayan sempit dengan volume kendaraan yang begitu banyak menyebabkan kemacetan di Jalan Monjali ini, apalagi ketika itu belum ada lampu lalu lintas.
Saya masih ingat ketika itu selalu ada relawan yang secara sukarela mengatur lalu lintas di pertigaan jembatan UGM. Saya kurang tahu nama Bapak itu, namun selalu beliau yang muncul ketika saya melintas di tempat itu. Kalau sampai tidak ada yang mengatur seperti ini, bisa dipastikan bakalan ribut dan semrawut. Bahkan, pernah ada lho mobil yang tidak sengaja menyenggol mobil lain sampai pengendaranya langsung turun. Ya ini akibatnya karena belum ada lampu abang, kuning, dan ijonya. Situasi sering memanas karena banyak pengguna jalan yang sering nerobos dan ‘main’ duluan.
Sampai akhirnya sudah sekitar tiga hari ini mulai terpasang lampu lalu lintas baru yang lumayan tinggi. Kelebihannya adalah akan mempermudah dalam melintasi pertigaan tanpa adanya unsur semrawut. Minimal, ada sedikit kepatuhan dari pengendara motor maupun mobil untuk bersikap layaknya di bangjo-bangjo lain. Keunggulan lain adalah cukup efektifnya pemberlakuan sistem baru ini agar memudahkan transportasi di daerah Jogja maupun sekitarnya yang melintas di jalan ini.
Namun, di balik launching traffic light baru-baru ini, ternyata beberapa hal mulai ada yang berbeda. Pertama, saya tadi menjumpai kemacetan yang panjang, bahkan terpanjang selama saya melintas di jembatan UGM. Bayangkan, sekitar 200 meter macetnya sampai ujung timur jembatan. Kedua, timer yang terlalu sebentar. Saya duga ini memang setting dari lampu ini, kalau tidak salah hanya sekitar 10 detik. Jiaaaaa, ya pasti terlalu cepat. Mau tidak mau harus antri lagi, sekitar 3 kali lampu merah. Akibatnya, macet pun tidak bisa dihindari. Bhkan, beberapa pengendara motor ada yang ‘nakal’ dengan menerobos lampu merah (rasakan saja kalau ketabrak). Harusnya taat aturan dong. Kita sama-sama pengguna jalan harus sabar nunggu sampai detik terakhir. Ingat keselamatan, ingat nyawa.
Akhirnya, traffic light baru ini masih menyisakan kelemahan. Yang seharusnya mengurangi macet, malah menambah macet. Namun semua itu memang prosesnya bertahap, pasti suatu saat akan normal lagi seperti di bangjo-bangjo lainnya.
Tapi…saya jujur seneng banget karena sudah ada bangjonya, biar Bapak-bapak tadi tidak terlalu repot menghandle transportasi yang masih menjadi tugas polantas. Thanks Pak Polisi, thanks Bapak !
2 Comments. Leave new
gowes wae jan,, iso lewat trotoar.. hahaha
wah adoooohh tenan nu -_- mosok gue gowes,,,hahaha,kapan2 lah nek pas 😀