Selepas mengajar, kurefleksikan kejadian tadi. Hal apa yang membuat aku jadi buyar sendiri menghadapi siswa? Kupikir semuanya akan berjalan dengan mulus, ternyata tidak demikian. Batinku, para siswa tidak tertarik dengan pelajaran geografi. Atau, jangan-jangan karena cara mengajarku yang masih biasa saja?
Teman-temanku pun memberi masukan. Kata mereka, target paling awal adalah keberhasilan guru mengajak para siswa belajar. Setelah itu, ditambah cakap dalam membawakan pembelajaran.
Kita, para pendidik pasti tahu bahwa keterlibatan siswa seringkali menjadi masalah utama saat mengajar. Sejatinya, yang hadir tidak sekadar raga, namun juga hati dan pikiran. Seperti pengalamanku ketika menjadi guru geografi di atas. Hal itu kerap terjadi tidak hanya di sekolah pinggiran, di perkotaan pun pasti ada. Masalah lain muncul ketika guru tidak siap dengan berbagai situasi di luar rencana pembelajaran. Seperti ceritaku di atas, sudah jatuh tertimpa tangga.
Kata Appleton, Christensen dan Furlong (2008), keterlibatan siswa di sekolah sangatlah penting. Ditambah lagi, kemampuan guru dalam mengajar adalah ujung tombaknya. Kalau keduanya berpadu, maka hasilnya maksimal. Dari kisahku tadi, aku belajar bahwa kepiawaian guru dalam mengajar adalah prioritas utama. Selebihnya, diperlukan strategi lain untuk menciptakan pembelajaran lebih bermakna.
Seiring perkembangan teknologi informasi, pembelajaran pada abad 21 perlu penyegaran. Begitu halnya dengan pendekatan yang digunakan. Tidak lagi berpusat pada guru (teacher-centered learning), namun kini pada siswa (student-centered learning). Tentu saja, ini sesuai dengan tuntutan masa depan, di mana setiap anak harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar (thinking and learning skills).
Tahukah kawan-kawan? Kecakapan-kecakapan yang dikenal dengan 4C tersebut diantaranya adalah kecakapan memecahkan masalah, berpikir kritis, kolaborasi, dan komunikasi. Semua kecakapan ini dapat dicapai apabila pendidik dapat memberikan pembelajaran yang berkualitas. Kerangka pembelajaran tersusun secara tepat sehingga memacu siswa dalam berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Pembelajaran yang kolaboratif juga terjadi apabila para partisipan dapat leluasa berkomunikasi untuk kelasnya.
Menilik laporan UNESCO dan Global Education Monitoring (GEM), 25% guru di Indonesia belum memenuhi kualifikasi akademik dan separuhnya belum memiliki sertifikat profesi. Hatiku terenyuh. Padahal, kualitas guru berawal dari kompetensi yang dikuasai. Ditambah lagi, masih rendahnya kesiapan guru untuk Asesmen Kompetensi Minimum, yang mulai diterapkan di tanah air pada tahun 2021. Tentu ini hal serius yang perlu diberikan solusi.
Tekad Menjadi Pendidik Inovatif
Apa yang pernah aku alami pada tahun 2014 tadi semoga tidak terjadi lagi. Sempat beberapa kali merasakan pendidikan di luar negeri, akhirnya aku sadar bahwa menjadi guru inovatif adalah kunci utamanya. Ya, inovasi dalam pengajaran memang mutlak diperlukan. Tentu bukan hanya aku, rekan-rekan guru di seluruh Indonesia juga mendambakannya.
Sayangnya, menjadi guru inovatif tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh proses yang panjang, kemauan belajar, dan jam terbang yang cukup. Apalagi di saat pandemi Covid-19 seperti ini. Tantangannya berlipatganda. Agar sekolah daring tidak menambah pusing, inovasi dan kreativitas guru menjadi hal penting.
Banyak cara yang dilakukan untuk menambah keterampilan pengajaran guru di kelas. Mulai dari membuat video pembelajaran, merancang asesmen yang lebih bermakna, sampai strategi mengajar yang memberi dampak signifikan pada peserta didik. Dari sekian banyak platform pembelajaran guru, mana ya yang dapat dipercaya? Mana yang benar-benar dapat melahirkan transformasi pendidikan Indonesia?
Pilih yang menyediakan trainer profesional dan tersertifikasi internasional. Pilih yang memberikan inovasi pengajaran berdasarkan pengalaman nyata di sekolah.
Setelah mempelajari profilnya, pilihanku jatuh kepada GuruInovatif.id. Mulai September 2020, kita para Guru Belajar Mengajar di GuruInovatif.id, yang merupakan bagian layanan dari HAFECS (Highly Functioning Education Consulting Services). HAFECS yang didirikan oleh Yayasan Hasnur Centre sejak 2018 telah memberikan kontribusi nyata untuk transformasi pendidikan di Indonesia. HAFECS paham bahwa formula yang ditawarkan dibutuhkan oleh guru masa kini dan yang akan datang.
Mengapa kita perlu belajar di GuruInovatif.id ?
Beberapa alasanku sebagai berikut:
- Tersedia Pelatihan Guru secara lengkap dari jenjang SD, SMP, SMA/SMK yang tersertifikasi. Paketnya mulai dari Sertifikasi Guru untuk semua mata pelajaran, mini course, dan productivity course.
- Ada juga webinar gratis untuk menunjang keterampilan guru, seperti mengoperasikan rumus dasar excel, power point, dan lain sebagainya. Semua mudah diakses dari mana saja dan kapan saja.
- GuruInovatif.id sebagai tempat belajar guru juga menyediakan trainer profesional berpengalaman dengan berbagai latar belakang pendidikan.
- Fokus pada peningkatan kemampuan PCK, HOTS, dan AKM yang sekarang ini sedang banyak dicari para guru.
- Respon cepat, ini yang aku alami ketika menghubungi GuruInovatif.id via instagram @guruinovatif.id langsung mendapat balasan.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog GuruInovatif.id. Dokumentasi dan infografis adalah karya penulis. Semoga bermanfaat.
Referensi:
- Profil GuruInovatif.id https://guruinovatif.id/ diakses 31 Oktober 2020
- Profil HAFECS https://hafecs.id/ diakses 31 Oktober 2020
- Appleton, J.J, Christenson, S.L & Furlong, M.J. (2008). Student Engagement With School: Critical Conceptual And Methodological Issues Of The Construct. Psychology in the Schools, 45(05), 369-386
- Youtube HAFECS diakses 31 Oktober 2020