“Mimpi, semua berawal dari sebuah mimpi. Semua bisa saja
terjadi jika Allah telah menghendaki. Namun hanya akan menjadi sebuah
mimpi sunyi jika hanya berdiam diri dan tetap pada zona aman.”
terjadi jika Allah telah menghendaki. Namun hanya akan menjadi sebuah
mimpi sunyi jika hanya berdiam diri dan tetap pada zona aman.”
Saya masih ingat, tanggal 1-9 Februari 2014 di Kemenpora Jakarta kemarin bertemu dengan keluarga Gerakan Mari Berbagi.
Saya bertemu manusia di atas rata-rata yang dengan kepedulian serta
kerendahan hati ingin memperbaiki nasib bangsa ini dan menyiapkan negeri
kepulauan ini menjadi negeri yang bermartabat serta layak bersanding
dengan mereka yang sudah ‘maju’ dahulu. Sebulan lebih para pemuka pemuda
Indonesia dan keluarga GMB kembali ke daerah masing-masing untuk
mengabdi, mengimplementasikan program berbagi. Ini beda, kata para
alumni GMB maupun volunteer yang rata-rata alumni PPAN, baru kali ini
ada forum kepemudaan yang menghasilkan output jelas berupa follow up
program pengabdian dan dimonitoring secara berkala, sepertinya tidak
terjadi di program lain.
Saya bertemu manusia di atas rata-rata yang dengan kepedulian serta
kerendahan hati ingin memperbaiki nasib bangsa ini dan menyiapkan negeri
kepulauan ini menjadi negeri yang bermartabat serta layak bersanding
dengan mereka yang sudah ‘maju’ dahulu. Sebulan lebih para pemuka pemuda
Indonesia dan keluarga GMB kembali ke daerah masing-masing untuk
mengabdi, mengimplementasikan program berbagi. Ini beda, kata para
alumni GMB maupun volunteer yang rata-rata alumni PPAN, baru kali ini
ada forum kepemudaan yang menghasilkan output jelas berupa follow up
program pengabdian dan dimonitoring secara berkala, sepertinya tidak
terjadi di program lain.
Baik, jadi selama satu bulan ini
kami telah melaksanakan program GMB, berbagi untuk sesama. Bagi saya,
bukan karena hanya kewajiban setelah mengikuti GMB, tetapi lebih pada
sebuah panggilan hati untuk meneruskan perjuangan para pelopor
pendidikan di Indonesia seperti Ki Hajar Dewantara. Saya akhirnya
mengambil langkah, untuk memulai program berbagi melalui pendirian
perpustakaan warga yang bernama Omah Baca Karung Goni (OBKG).
OBKG merupakan perpustakaan dusun Ngemplak yang berdiri pada tanggal
19 Januari 2014 atas bantuan para mahasiswa UGM yang bekerja sama
dengan pemda Sleman, Taman Baca Masyarakat se-Sleman, dan juga Ikatan
Remaja Ngemplak. Saya sadar, bahwa mulai dari pendirian omah baca ini
kami bisa membangun dusun Ngemplak melalui pendidikan. Saya pun
menyambut baik pendirian OBKG karena merupakan mimpi saya sejak kecil.
Saya ingin adik-adik tetap bisa membaca buku dan menjadikannya sebuah
kebutuhan agar kelak bisa meraih cita-cita.
kami telah melaksanakan program GMB, berbagi untuk sesama. Bagi saya,
bukan karena hanya kewajiban setelah mengikuti GMB, tetapi lebih pada
sebuah panggilan hati untuk meneruskan perjuangan para pelopor
pendidikan di Indonesia seperti Ki Hajar Dewantara. Saya akhirnya
mengambil langkah, untuk memulai program berbagi melalui pendirian
perpustakaan warga yang bernama Omah Baca Karung Goni (OBKG).
OBKG merupakan perpustakaan dusun Ngemplak yang berdiri pada tanggal
19 Januari 2014 atas bantuan para mahasiswa UGM yang bekerja sama
dengan pemda Sleman, Taman Baca Masyarakat se-Sleman, dan juga Ikatan
Remaja Ngemplak. Saya sadar, bahwa mulai dari pendirian omah baca ini
kami bisa membangun dusun Ngemplak melalui pendidikan. Saya pun
menyambut baik pendirian OBKG karena merupakan mimpi saya sejak kecil.
Saya ingin adik-adik tetap bisa membaca buku dan menjadikannya sebuah
kebutuhan agar kelak bisa meraih cita-cita.
Berbagi mulai dari hal paling kecil.
Saya baru bisa menjadi bagian kecil dari penggerak OBKG ini karena
bagian besarnya adalah masyarakat itu sendiri. Saya dan rekan
seperjuangan telah diamanahi menjadi pustakawan muda sejak 19 Januari
2014, amanah yang sama sekali tidak terbersit di hati. Meski demikian,
ini adalah kesempatan saya untuk berbagi, sebagai rasa syukur telah
dibesarkan di lingkungan dusun ini. Atau barangkali juga bukan
kebetulan ? Sempat saya mengingat memori ketika saya kelas 2 SMA, saya
pernah meraih Juara 1 Lomba Minat Baca Tingkat Umum se-Kabupaten
Sleman. Lomba ini diadakan oleh Perpustakaan Daerah Sleman dan saya
mengangkat judul tentang perpustakaan keliling. Saya yakin semua tidak
terjadi secara kebetulan, semua sudah ada yang menentukan dan terencana
karena setiap hal yang terencana pasti lebih baik hasilnya.
Saya baru bisa menjadi bagian kecil dari penggerak OBKG ini karena
bagian besarnya adalah masyarakat itu sendiri. Saya dan rekan
seperjuangan telah diamanahi menjadi pustakawan muda sejak 19 Januari
2014, amanah yang sama sekali tidak terbersit di hati. Meski demikian,
ini adalah kesempatan saya untuk berbagi, sebagai rasa syukur telah
dibesarkan di lingkungan dusun ini. Atau barangkali juga bukan
kebetulan ? Sempat saya mengingat memori ketika saya kelas 2 SMA, saya
pernah meraih Juara 1 Lomba Minat Baca Tingkat Umum se-Kabupaten
Sleman. Lomba ini diadakan oleh Perpustakaan Daerah Sleman dan saya
mengangkat judul tentang perpustakaan keliling. Saya yakin semua tidak
terjadi secara kebetulan, semua sudah ada yang menentukan dan terencana
karena setiap hal yang terencana pasti lebih baik hasilnya.
Pelajaran yang saya dapatkan hari ini adalah sebuah amanah untuk konsisten menjadi kader pustakawan muda. Semua
berawal dari 1, bukan dari nol. Mengapa ? Angka satu merupakan niat
awal kita untuk ikhlas menerima amanah karena tanpa adanya keikhlasan
maka semua tidak akan berlanjut sampai saat seperti ini.
berawal dari 1, bukan dari nol. Mengapa ? Angka satu merupakan niat
awal kita untuk ikhlas menerima amanah karena tanpa adanya keikhlasan
maka semua tidak akan berlanjut sampai saat seperti ini.
Hari
ini pun saya bersilaturahim ke rumah Pak Sidik Pratomo. Beliau adalah
Ketua Taman Baca Masyarakat se-Kab Sleman yang juga melantik saya
bersama pengurus OBKG kala itu. Saya bersyukur bisa bertemu beliau,
mengutarakan hakikat berbagi yang telah diajarkan oleh Gerakan Mari
Berbagi. Saya ingin belajar dari beliau, menjadi seseorang yang berguna
bagi sesama. Meskipun sangat sibuk, beliau selalu menyempatkan untuk
membaca. Minimal satu bulan beli 3 buku baru. Saya semakin bersyukur
bisa bertemu beliau, membangun relasi untuk mengembangkan OBKG dan
semakin menyebarkan virus GMB.
ini pun saya bersilaturahim ke rumah Pak Sidik Pratomo. Beliau adalah
Ketua Taman Baca Masyarakat se-Kab Sleman yang juga melantik saya
bersama pengurus OBKG kala itu. Saya bersyukur bisa bertemu beliau,
mengutarakan hakikat berbagi yang telah diajarkan oleh Gerakan Mari
Berbagi. Saya ingin belajar dari beliau, menjadi seseorang yang berguna
bagi sesama. Meskipun sangat sibuk, beliau selalu menyempatkan untuk
membaca. Minimal satu bulan beli 3 buku baru. Saya semakin bersyukur
bisa bertemu beliau, membangun relasi untuk mengembangkan OBKG dan
semakin menyebarkan virus GMB.
Sesibuk-sibuk apapun saya di kampus maupun organisasi luar, tetap saja saya harus ada untuk masyarakat di dusun saya.
Sesibuk-sibuk
apapun saya pergi ke luar, saya diminta konsisten berbagi dalam
kebaikan. Beberapa sumbangan buku dari para relawan sejak Januari
kemarin adalah satu langkah agar tetap memberi semangat orang-orang
sekitar untuk berbagi. Ya, menjadi pustakawan muda inilah amanah saya
untuk membangun bangsa ini, dimulai dari lingkungan dusun ini. Kalau
bukan dari yang muda, mau dari siapa lagi ?
apapun saya pergi ke luar, saya diminta konsisten berbagi dalam
kebaikan. Beberapa sumbangan buku dari para relawan sejak Januari
kemarin adalah satu langkah agar tetap memberi semangat orang-orang
sekitar untuk berbagi. Ya, menjadi pustakawan muda inilah amanah saya
untuk membangun bangsa ini, dimulai dari lingkungan dusun ini. Kalau
bukan dari yang muda, mau dari siapa lagi ?
Akhir kata,
saya mengucapkan terimakasih kepada mbak Yulika dan relawan mahasiswa
UGM, Bu Anik (Perpus Kota Jogja), Mbak Annisa, Mbak Semangat Laras, mas
Opick, Aziz, Dinar, Pak Sidik, dan semua relawan GMB-OBKG yang telah
berbagi sampai pertengahan Maret ini. Alhamdulillah, melalui tulisan
sederhana ini saya bisa menuliskan pengalaman hari ini.
saya mengucapkan terimakasih kepada mbak Yulika dan relawan mahasiswa
UGM, Bu Anik (Perpus Kota Jogja), Mbak Annisa, Mbak Semangat Laras, mas
Opick, Aziz, Dinar, Pak Sidik, dan semua relawan GMB-OBKG yang telah
berbagi sampai pertengahan Maret ini. Alhamdulillah, melalui tulisan
sederhana ini saya bisa menuliskan pengalaman hari ini.
Target 1000 buku harus selalu diperjuangkan, GMB !
Bukan hanya mau menunggu adanya perubahan, tapi kitalah yang menciptakan perubahan baik itu.
Hidup akan lebih bermakna dengan saling berbagi dalam kebaikan.
Sebaik-baik manusia adalah ia yang berguna bagi manusia lainnya.
Salam Berbagi !
Janu Muhammad
Mahasiswa Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta
Inisiator GMB-Indonesia Berbagi : 1000 Buku untuk Perpustakaan Dusun Ngemplak
Berjuang Studi Master of Human Geography and Planning, Utrecht University, Netherlands