janji untuk nulis note fb. Ada yang berbeda ternyata hari ini. Saya
menjumpai sekerumunan mahasiswa yang sedang orasi di bundaran gadjah
mada, di titik nol km, dan di seputar gedung adung Yogyakarta. Ada apa
gerangan ? Apakah ada kaitannya dengan Sumpah Pemuda hari ini ? Saya
mencoba menulis ulang, tulisan saya 2 tahun lalu di blog
http://muhammadjanu.blogspot.com/2012/10/esensi-sumpah-pemuda-2012.html .
Tulisan ini sekadar opini saya, bukan maksud apa-apa, daripada tidak
ada kerjaan.
Esensi semangat menghargai jasa para pahlawan kini
tak sepenuhnya tercermin pada diri setiap pemuda zaman sekarang.
Semangat itu kian meredup semenjak peristiwa agung 28 Oktober 1928 bagi
bangsa Indonesia. Pada saat itu terpampang jelas semangat dan ikrar para
pemuda negeri ini yang mengaku : berbangsa satu bangsa Indonesia,
berbahasa satu bahasa Indonesia, dan bertanah air satu tanah air
Indonesia. Sumpah pemuda yang tertuang pada secarik kertas putih atas
goresan tinta Muhammad Yamin dan disodorkan kepada Soegondo adalah bukti
otentik keberanian pemuda untuk membela bangsa Indonesia. Pemuda
Indonesia yang saat itu berkumpul dan bersatu menyatakan tekad bulatnya
untuk bangkit dari penindasan kolonial Belanda melalui kongres keduanya.
Pemuda 28 Oktober 1928 merupakan spirit baru bagi bangsa Indonesia,
bahwa kita bisa merdeka, dan terbebas dari belenggu penjajah. Sumpah
Pemuda adalah momentum dimana tonggak-tonggak sejarah bangsa ini telah
mulai dibangun, di mana peristiwa-peristiwa besar akan menjadi sejarah
kemerdekaan Indonesia. Sumpah Pemuda adalah ikrar, ikrar untuk persatuan pemuda Indonesia yang membela tanah airnya, membela bahasa Indonesia.
kini semangat itu mulai meredup ketika pada usianya yang ke 69 tahun
bangsa Indonesia mengalami banyak cobaan. Era 2014 ini Indonesia
dihadapkan pada permasalahan yang serius. Globalisasi telah memakan
sendi-sendi persatuan bangsa, terlebih moral generasi muda Indonesia.
Degradasi moral pemuda bisa kita lihat ketika peristiwa anarkis
akhir-akhir ini. Peristiwa tawuran pelajar, bahkan tawuran antar
mahasiswa di Indonesia merupakan bukti menurunnya semangat menghargai
jasa para pahlawan yang telah membangun negeri ini.
itu seharusnya menjadi cermin dan introspeksi bagi pemuda Indonesia
bahwa bangsa ini bukan butuh orang-orang yang hanya membuat onar
dimana-mana. Bangsa ini tidak butuh pemuda yang hanya mabuk-mabukan.
Bangsa ini tidak butuh pemuda pemudi yang suka pakai narkoba. Bangsa ini
tidak butuh pemuda pemudi dengan gaya hidup orang-orang Barat. Bahkan
bangsa ini tidak butuh pemuda pemudi yang suka kehidupan glamour dan
meninggalkan budaya asli Indonesia. Tetapi, Indonesia butuh yang
namanya pemuda dengan budi pekerti baik, pemuda yang mau menghargai jasa
pahlawannya, pemuda yang memegang prinsip persatuan bangsa, pemuda yang
tidak malu akan budaya asli Indonesia, dan pemuda yang berjuang
memajukan bangsa Indonesia.
Mari melihat sisi positif
pemuda zaman sekarang. Masih ada kok pemuda-pemuda di Indonesia yang
berjuang keras untuk turut melunasi janji kemerdekaan. Mereka yang
kuliah contohnya. Mereka aktivis di berbagai organisasi. Mereka
mengikuti berbagai kompetisi membela tanah air. Mereka berjuang
memajukan daerahnya. Bahkan, mereka yang tinggal di luar negeri (baca :
diaspora) turut serta menjadi duta Indonesia. Mereka rela membela tanah
air, merekalah pahlawan masa kini.
Saya teringat quote mas Anies
Baswedan yang baru-baru ini menjadi Menteri Kebudayaan, Pendidikan
Dasar dan Menengah. Beliau pernah mengatakan
“Anak muda memang minim pengalaman, karena itu ia tak tawarkan masa lalu, anak muda menawarkan masa depan.”
Ya,
kita patut optimis anak muda Indonesia menawarkan masa depan Indonesia
yang lebih baik. Lihat, bonus demografi kita yang menjadi peluang besar.
BPS merilis, penduduk Indonesia tahun 2010 berjumlah 237.641.326.
Juli 2014 menurut
http://www.indexmundi.com/indonesia/demographics_profile.html jumlah
penduduk sudah 253.609.643. Artinya, ada keuntungan besar bagi Indonesia
dengan jumlah Sumber Daya Manusia berlipat. Hal ini, tentu harus
diimbangi dengan peningkatan kualitas manusianya, melalui peningkatan
akses pendidikan karena melalui pendidikan lah, semuanya berawal. Pasal 1
ayat 5 UU no 52 tahun 2010 menjelaskan :
“Kualitas
penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik yang
meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas,
tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar
untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia
yang bertakwa, berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan dan hidup
layak.”
Dengan demikian, sudah seharusnya dimulai dari
generasi muda upaya itu dapat dilaksanakan. Melalui pemberdayaan pemuda
yang memegang aset penting untuk menelurkan pemimpin, ilmuawan, dan
ahli-ahli masa depan yang jauh lebih baik secara intelektual, spiritual,
dan sosial. Jadi menurut saya, esensi makna Sumpah Pemuda zaman
sekarang seharusnya bisa jadi renungan kita semua. Bahwa pemuda
menawarkan sebuah optimisme masa depan Indonesia yang lebih baik, dengan
tekad, dedikasi, dan nassionalisme untuk setulus hati merawat bangsa
ini bersama-sama.
Bukankah demikian ?
Janu Muhammad
Mahasiswa Pendidikan Geografi UNY 2011
28-10-2014