Hari Kamis, 13 Juni 2013 menjadi hari yang sangat menggembirakan. Bukan karena saya mendapatkan undian berhadiah, bukan juga karena saya ulang tahun. Hari itu saya bisa memenuhi sebuah janji dan keinginan saya untuk bersepeda ke kampus UNY. Ya, sudah sejak lama saya memimpikan bisa ‘ngonthel’ ke kampus. Keputusan hari itu bukan tanpa pertimbangan matang. Saya sudah memikirkan risiko yang akan saya hadapi nanti yaitu : capek, macet, dan risiko lainnya. Dengan kemantapan hati dan semangat untuk hidup sehat, saya ikrarkan untuk naik sepeda ke kampus hari itu.
Perjalanan dimulai dari rumah tercinta, Dusun Ngemplak RT 05/32, Caturharjo, Sleman, sebuah dusun yang terletak sekitar 3 KM dari Pasar Sleman Kota. Saya berangkat sekitar Pkl 9.00 WIB. Sinar matahari mulai menampakkan diri, namun tidak terlalu panas. Analisis saya, hari ini cuaca akan cerah dengan melihat awan di langit, lalu pada sore harinya kemungkinan akan turun hujan. Saya berangkat berbekal diri, tas berisi setumpuk buku tebal untuk bahan materi ujian geografi desa kota, sebuah laptop, satu liter air minum, dan tentunya doa. Saat itu saya mengenakan bayu Ranger Merah atau bajunya geografi UNY dan sebuah jamper merah marun, dengan tulisan UNY di dada kanan dan Yogyakarta State University di punggung belakang. Ya, kedua pakaian ini yang sering saya pakai di kampus.
Perjalanan pun dimulai, saat itu saya mengendarai sepeda berukuran sedang, warna merah, spesifikasi bagus karena baru saja diservis, itu adalah sepeda adik saya. Saya menelusuri jalan yang mulus, dengan hamparan sawah hijau yang membentang dan mamanjakan mata karena suguhan alamninya. Saya tidak langsung ke kampus, namun singgah dulu di Pasar Sleman, tempat ayah dan ibu saya berjualan. Pagi itu, saya minta sedikit uang tambahan untuk membayar sesuatu. Setelah ‘salaman’ dan pamit, saya bergegas melanjutkan perjalanan sekitar 15 KM lagi. Jalan Magelang menjadi jalan utama yang harus ditelusuri. Kondisi jalan ini masih cukup bagus karena selalu diperbaiki, maklum saja merupakan jalan utama Yogyakarta-Semarang. Beberapa menit kemudian saya sampai di Trafficlight#1 yaitu di perempatan Pemda Sleman. Kondisinya sangat memprihatinkan, kawan. Di sini baru saja dilakukan penebangan pohon perindanga karena ada pelebaran jalan. Benar saja, bahu jalan terlihat kumuh dan penuh dengan bekas penebangan pohon. Terpampang jelas di mata, kepulan asap kendaraan bermotor, apalagi asap pekat dari truk dan bis. Sungguh, fenomena yang tidak mengenakkan.
ilustrasi |
Polusi udara menjadi musuh pertama saya yang harus dihadapi. Saya lupa tidak memakai masker atau penutup hidung. Saya juga lupa tidak memakai topi atau kacamata sebagai pemindung, karena memang belum punya. Polusi pekat dengan warna hitam sangat sangat tidak enak jika masuk ke hidung. Pasti asap itu mengandung gas CO yang sangat berbahaya bagi tubuh. Gas-gas itu pula yang menyebabkan efek rumah kaca, global warming, atau sejenisnya. Menurut hemat saya, kendaraan umum dan peribadi adalah penyumbang utama perubahan iklim dewasa ini. Maaf ya, saya, saya mulai mengaitkan dengan bahan kuliah. Suara bising dan cuaca yang panas memaksa keringat saya keluar dengan deras, meski tidak sampai satu ember.
Baik, perjalanan saya lanjutkan sampai ke Trafficlight#2. Medan yang turun sedikit mengobati rasa pegal di kaki saya. Jalanan yang mulus dan tidak menanjak memanjakan saya untuk menikmati bersepeda menuju UNY hari itu. Saya sudah sampai di perempatan Denggung Sleman. Terlihat rindangnya hutan kota di sebelah pojok selatan lampu merah. Nah, ada kabar baru yang saya ingat. Baru-baru ini Kabupaten Sleman memperoleh piala Adipura dari Presiden RI, SBY. Bapak Sri Purnomo sebagai bupati kami langsung menerima penghargaan itu. Ini adalah sebuah prestasi yang berhasil diukir oleh masyarakat Sleman. Pengamatan saya di sini, arus lalu lintas lumayan lancar dan didominasi oleh kendaraan lokal. Baik, saya mengalami kendala saat itu, saya lupa kalau saya baru pakai sepeda. Saya mengira saya naik motor karena berada di baris depan. Alhamdulillah, banyak yang memprioritaskan bagi pesepeda. Perjalanan saya lanjutkan ke Trafficlight#3 di dekat makam Dr. Wahidin.
Selanjutnya, kendaraan saya pacu sampai ke Trafficlight#4, setelah saya melewati fly over di perempatan Jombor. Di daerah ini baru dibangun jembatan penghubung Jogja-Purworejo yang lumayan panjang. Saya arahkan roda ke arah timur, menuju Monjali. Sesampainya di sana, sempat macet karena ada penumpukan arus kendaraan dari arah barat dan mau putar balik ke barat lagi. Saya masih menjumpai polusi dan fenomena ‘sampah iklan’, Di perempatan ini banyak sekali iklan yang terpajang di baliho besar, Ini membuat hati kecil saya menangis, prihatin dengan kota Jogja yang dijadikan sasaran iklan komersiil. Seharusnya bisa dibuat iklan digital, biar tidak memenuhi space di sini, tidak nyaman jika dipandang. Penataan media promo dan iklan lainnya seharusnya bisa dikelola dengan baik oleh pemerintah, betul ?
fly over jombor dalam proses konstruksi |
Saya arahkan kemudi ke kanan, menuju Jalan Monjali. Titik ruas jalan ini yang selalu macet dan paling rawan kecelakaan. Sampai akhirnya saya sampai di traffic light#5 yaitu perti8gaan jembatan UGM. Saya sudah merasakan, tujuan kampus UNY semakin dekat. Saya hampir memasuki wilayah pesepeda di kampus UGM. Ya, di UGM banyak yang memakai sepeda, pihak kampus sudah menyediakannya, enak ya ? Sesampainya di Trafficlight#6 yaitu di perempatan UGM-Jakal, saya menunggu lampu merah yang lumayan lama. Di sini memang lama dan lama, sampai banyak sekali yang menjadikan perempatan ini sebagai perempatan terlama dan paling banyak macet, maklum kawasan kampus. Saya pernah sampai terkena lampu merah 3 kali, satu kalinya 120 detik, bayakngkan ? Berapa lama waktu saya yang tersita ?
Sekitar lima menit kemudian akhirnya roda sepeda memasuki kampus FT UNY, sebagai pertanda saya telah sampai ke kampus tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta. Alhamdulillah, ‘I’ve finished my journey, bike to campus’. Hati saya gembira dan campus haru, karena satu jam pengalaman di perjalanan penuh arti dan penuh perjuangan tentunya. Sampai akhirnya saya berpetualang di kampus, mengikuti ujian, bersepeda keliling kampus. le Rektorat UNY yang megah itu dan berfoto di Taman Pancasila FIS UNY. Sore harinya, saya pulang sampai rumah dengan diiringi rintik hujan dan perjuangan di tengah badai sekitar 3 jam. Saya sampai di rumah ba’da Maghrib dengan hati yang suka dan tentunya pengalaman baru. This is My Bike to Campus UNY : Journey to The World 😀
Akankah saya mengulang lagi bersepeda ke kampus UNY ? Tunggu My Bike to Campus UNY Part#2 ya, insyaAllah kalau jadi 🙂
Salam pesepeda !