Seorang muslim sudah seharusnya memahami hakikat hidupnya di dunia :
Dari
mana ia berasal, untuk apa hidup dan bagaimana dia harus menjalani
hidupnya, serta kemana setelah mati? Sudah sewajarnya bila setiap
muslim memahami hal ini.
mana ia berasal, untuk apa hidup dan bagaimana dia harus menjalani
hidupnya, serta kemana setelah mati? Sudah sewajarnya bila setiap
muslim memahami hal ini.
Pemahaman tentang hidup ini sangatlah penting. Belum afdhol rasanya jika setiap muslim tidak mau tahu dan acuh memahami hakikat hidup. Karena pentingnya pemaknaan ini, bisa dikatakan bahwa janganlah hidup sebelum Anda mengetahui hakikat hidup sebenarnya.
Namun, tidak sedikit kaum muslim yang tidak memahami hakikat hidup, bahkan tidak tahu atau untuk apa mereka hidup. Banyak diantara mereka yang justru mengikuti gaya hidup sekuler, gaya hidup jahiliyah yang jelas bukan ajaran Islam. Sedemikian parahkah kondisinya saat ini ? Para remaja khususnya, tidak jarang yang mengikuti trend kebarat-baratan, hilang dari yang namanya aturan atau norma sosial, syukur-syukur norma agama. Padahal, sebenarnya memahami hakikat hidup bukanlah hal yang sukar bagi setiap muslim. Bukankah Allah telah memberikan panca indera dan kesempurnaan untuk setiap manusia ?
“Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu-ibu kalian dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kalian pendengaran,
penglihatan, dan hati, agar kalian bersyukur.” (QS An Nahl : 78)
Bukankah bekal inilah yang menjadi kunci untuk memahami hidup ?
Permasalahannya adalah ketika manusia lalai terhadap segala nikmat yang telah Allah berikan selama ini. Sudahkan kita bersyukur bisa bernafas hari ini ? Seharusnya segala panca indera dan nikmat hidup ini menjadi modal manusia untuk memanfaatkannya di jalan kebaikan. Kegagalan manusia untuk memahami hakikat hidup tidak lain karena keengganannya untuk merefleksikan diri dan terperdaya akan nikmat dunia.
Ada sebab lain yang menjadi musuh utama bagi setiap manusia, yaitu ‘nafsu’
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?
Atau apakah kamu mengira bahwa mereka itu mendengar atau memahami?
Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi jalannya (dari binatang ternak itu).” (QS Al Furqaan :
43-44)
sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?
Atau apakah kamu mengira bahwa mereka itu mendengar atau memahami?
Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi jalannya (dari binatang ternak itu).” (QS Al Furqaan :
43-44)
Jelaslah, memahami hakikat hidup merupakan suatu hal yang sangat
fundamental. Kegagalan memahami hakikat hidup, akan membuat seseorang
menjalani hidup bagaikan layang-layang putus yang bergerak mengikuti
kemana angin berhembus, atau bagaikan kapal berlayar tanpa nakhoda yang
bisa saja menumbuk karang, atau dihempaskan ombak ke mana saja tanpa
tujuan. Artinya, seorang muslim mudah sekali tersesat, atau bahkan tak
mustahil menjadi murtad tanpa dia sadari, sehingga amalnya di dunia menjadi sia-sia saja.
fundamental. Kegagalan memahami hakikat hidup, akan membuat seseorang
menjalani hidup bagaikan layang-layang putus yang bergerak mengikuti
kemana angin berhembus, atau bagaikan kapal berlayar tanpa nakhoda yang
bisa saja menumbuk karang, atau dihempaskan ombak ke mana saja tanpa
tujuan. Artinya, seorang muslim mudah sekali tersesat, atau bahkan tak
mustahil menjadi murtad tanpa dia sadari, sehingga amalnya di dunia menjadi sia-sia saja.
Sebagai seorang muslim, berpegang teguh pada ajaran Islam adalah sebaik-baik hakikat hidup…
Allahu’alam bishawab…
Referensi : http://cafeislam.wordpress.com/2007/03/29/hakikat-hidup-muslim-oleh-muhammad-shiddiq-al-jawi/