“Saya senang sekali dua hari ini bisa ikut gelar produk disini. Alhamdulillah dagangan saya diminati pengunjung, dari sini semoga bisa meraup untung. Yang terpenting sebenarnya saya ingin mengenalkan inovasi olahan thiwul panggang, tidak hanya di lokal, tapi sampai pulau seberang,” ungkap seorang peserta Gelar Produk Pelaku UKM DIY.
Sepenggal testimoni di atas saya dapatkan dari peserta, yang membawakan inovasi olahan Thiwul serta Gathot, dua makanan dari Gunung Kidul yang khas tapi belum tentu semua orang mau. Dari desain wadahnya saya sudah kepincut, saya coba produknya ternyata makin pengin lanjut, lanjut makan thiwul ya. Pembaca sekalian, saya akan mengajak Anda menelusuri lebih jauh perjalanan akhir pekan kali ini di sebuah acara meriah yang diadakan oleh Dinas Koperasi UKM D.I.Yogyakarta dan PLUT-KUMKM D.I.Yogyakarta . Penasaran dengan kelanjutan testimoni ibu penjual thiwul di atas? Mari simak artikel berikut sampai selesai ya!
Rutinitas bekerja setiap hari kerap membuat saya penat. Itu berlangsung dari Senin sampai Jumat. Akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba, weekend Sabtu ini saya dapat menyegarkan pikiran kembali. Tentu saja dibarengi dengan gelak tawa si kecil yang sudah mulai merangkak. Akan tetapi berbeda lagi dengan ibunya, eh ibunya merengek dan berkata, “Mas, ayo naik delman istimewa di Jogja istimewa!” Waduh, sudah pandai bersyair dia, batin saya.
Setelah melihat postingan instagram akun instagram @plutjogja dan @diskopukm.diy, saya berinisiatif untuk mengajak keluarga menuju Puro Pakualaman. Jogja lagi punya gawe! Ada acara Gelar Produk Pelaku UKM DIY di Alun-Alun Sewandanan Pakualaman. Acara ini berlangsung pada hari Jumat-Sabtu, 6-7 September 2019. Acara yang diprakarsai oleh Dinas Koperasi dan UKM DIY ini bertema “UKM Kreatif UKM Maju”. Bertajuk untuk memperingati hari nasional UKM 2019, telah digelar berbagai produk UKM khas Jogja dari fashion, kuliner, dan kerajinan. Tunggu sebentar, sebelum sampai di acara itu, saya ajak anak dan istri makan siang dulu di daerah Pogung Baru. Sungguh waktu-waktu berharga bisa makan siang bersama, apalagi jalan bersama di akhir pekan.
Alhamdulillah akhirnya sudah sampai lokasi, parkir tertata rapi dan siang itu langsung terdengar alunan seni pertunjukan Jathilan. Kami menuju stand produk UKM satu per satu, dimulai dari gerai milik Bu Wutri, seorang penjual minuman dari sari buah. Saya membeli kunyit asam serta Sarisa (sari salak) yang merupakan produk khas Sleman. Harga terjangkau, kemasan memikat, soal rasa ternyata juara! Segarnya asli, tanpa bahan pengawet! Menurut penuturan beliau, semua bahan minuman itu berasal dari petani lokal dan usahanya kini telah memberdayakan lima karyawan. Kesan mengikuti acara ini, beliau yang sudah 6 tahun membuka usaha, mengucapkan terimakasih sekali kepada dinas yang sudah mengundang. “Lain kali undang lagi ya, tuturnya”. Saya menghabiskan uang 6 ribu rupiah untuk membeli 1 Sarisa dan 1 kunyit asam. Dahaga hilang seketika.
Langkah kami kemudian tertuju ke stand deHijau, UKM asal Bantul yang menjajakan soes kering dari olahan sayuran seperti wortel, kentang, dan sayuran sehat lainnya. Berawal pada tahun 2012 saat putra Bu Poppy tidak mau makan sayuran dan buah sehat, lalu dibuatlah soes kering dengan adonan yang berulang kali dicoba. Satu bungkusnya seharga 10 ribu rupiah. Salut sekali atas kreativitas beliau. Usaha rumahan ini kini sudah sampai dikirim ke Pulau Sumatera, hebat!
Selanjutnya, tertujulah mata saya ke minuman segar yang masih saja memikat mata, kunir asam lagi, kebetulan istri saya suka dan langsung saya belikan di stand asal Umbulharjo itu, harganya hanya 8 ribu rupiah. Karena sudah lumayan lapar, saya berjalan keliling mencari sumber karbohidrat. Beruntunglah saya menemukan thiwul, tampilannya saja mantap betul. Ini adalah stand terbaik versi saya, tempatnya rapi dan penjualnya begitu sopan, produk tertata setiap saat, ditambah lagi ada tester menggoda! Dari penuturan Bu Rub ini, memang usahanya sudah berkembang cukup pesat. Produknya sudah tersebar di gerai toko besar seperti Progo, Pasar Seni Gabusan, dan pusat oleh-oleh daerah Wijilan. Ide yang beliau ciptakan benar-benar brilian, kemasan hingga menu utama terasa berbeda dari yang lain. Resepnya masih bisa terus berinovasi adalah mempertahankan citarasa khas dan harus kreatif dalam rebranding product, biar thiwul tidak terkesan jadul, bisa sekelas kudapan di hotel bintang lima! Beliau sangat senang mengikuti acara ini dan kelak bisa berpartisipasi lagi. Jauh-jauh dari Bantul, semangatnya perlu dihargai betul.
Tampilan kemasan produk yang memikat mata, kondisi stand selalu bersih dan penjualnya sangat ramah. Ini peserta terbaik versi saya. Bagaimana menurut Anda?
Seiring persaingan pasar dan produk Usaha Kecil Menengah yang semakin kompetitif, sebenarnya apa kunci UKM agar kian kreatif? Simak ulasan berikut. Kiat- Kiat Mengembangkan UKM Kreatif
1. Kualitas Produk
Komentar tentang barang jualan Anda sangat memberi informasi tentang seberapa baik kualitas produk Anda. Persepsi konsumen tentang kemudahan menggunakan produk, kenyamanan pemakaian, keamanan produk, dan sensasi yang ditimbulkan setelah pemakaian produk sangat diperlukan sebagai masukan. “Ada rupa, ada harga”, peribahasa ini yang menggambarkan pentingnya menjaga kualitas produk, dari tampilan hingga rasanya, sehingga sangat wajar jika kualitasnya bagus maka harganya selangit. Untuk itu, para pelaku UKM harus terus berinovasi. Salah satu strateginya adalah membangun sinergi dengan lembaga riset dengan memanfaatkan teknologi terkini.
2. Branding (membesarkan merk)
Kunci branding produk pada dasarnya adalah “apa yang membuatnya berbeda dengan produk lain”. Pelaku UKM harus dapat membuat produknya terus diingat oleh pelanggan, entah karena kemasannya, detail slogannya, rasa uniknya jika itu makanan, atau bahannya yang lembut jika itu fashion. Selain itu, adanya website ataupun akun media sosial aktif sebagai sumber informasi mengenai produk Anda juga sangat diperlukan untuk menjawab rasa penasaran pembeli dan tertarik untuk membeli produk Anda. Membangun branding tidak mudah, perlu proses dan kerja keras. Yakin, insyaAllah bisa.
3. Packaging (pengemasan)
“Don’t look the book just from the cover”, kata sebagian orang. Akan tetapi kata- kata ini sangat tidak saya sarankan untuk produk usaha, bagaimana orang akan tertarik pada isinya jika kemasannya saja tidak eye catching. Adanya perpaduan warna yang menawan, desain logo, tagline unik, pemakaian bahan kemasan yang berkualitas, serta daya pikat yang dapat mengundang orang untuk membeli. Saat ini juga sedang digalakkan adanya minimalisasi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari- hari, maka sudah seyogyanya pelaku UKM juga memikirkan pentingnya meminimalisasi penggunaan plastik dengan cara menggantinya dengan bahan lain. Adapun produk kuliner sangat penting tertera label halal asli dari Majelis Ulama Indonesia untuk memberi info kehalalan makanan itu. Dengan begitu, customer Anda akan trusted.
4. Marketing (pemasaran)
Saat ini perambahan bisnis tentu bukan pertanyaan tentang bagaimana bisnis dapat berjalan, tetapi tentang siapa dan dimana. Maka pertanyaan akan terkerucut pada “siapakah target pasar kita?” dan “di manakah pelanggan berada?”. Dengan merebaknya dunia digital saat ini, tentu saja target pasar yang paling mudah dan murah diraih adalah anak muda. Keberadaannya pun jelas berada di dunia maya. Apalagi dengan adanya fakta bahwa Indonesia termasuk negara pengguna internet paling tinggi. Hal ini mendukung kita dapat langsung segera mengeksekusi barang yang cocok untuk diperjualbelikan di dunia jejaring maya. Berbagai media sosial mulai dari instagram, whatsApp, dan facebook dapat menjadi peluang, apalagi ada moda bisnis yang mereka tawarkan. Selain itu toko online yang menjamur juga membantu pelaku UKM menaikkan omsetnya. Tentu saja semua itu tanpa melupakan toko dunia nyata yang sudah dimiliki.
Saat ini setiap orang akan menyentuh smartphone-nya minimal sehari sekali. Maka tidak dapat dipungkiri bahwa strategi marketing online adalah strategi terbaik, termurah, dan tercanggih yang akan mendulang penjualan produk.
5. Funding (pendanaan)
Berbagai sumber dana dapat dijadikan modal berkembangnya UKM. Di antaranya dana pribadi, investasi, dan bantuan pemerintah. Di era ini, terdapat juga platform penyedia jasa perantara antara UKM dan investor. Aplikasi smartphone ini biasanya bekerjasama dengan platform toko online sehingga dengan prinsip kolaborasi maka masalah dana dapat teratasi. Iklim kolaboratif inilah yang kita perlukan, tentunya untuk memajukan produk lokal agar go internasional.
Selain beberapa hal di atas, ketersediaan bahan baku yang berpengaruh dengan produktivitas juga amat penting diperhatikan. Pola pikir untuk import bahan baku sangat kita hindari, untuk itu perlu memberdayakan petani atau penyedia bahan baku lokal. Contohnya, untuk bahan baku pembuatan makanan khas seperti gethuk, ceriping, dan olahan dari ketela, maka bahan baku di Jogja seharusnya masih bisa terpenuhi.
Dari yang saya saksikan di lapangan, ragam acara yang tersaji di Gelar Produk Pelaku UKM DIY selama dua hari ini memberikan sinyal positif bahwa UKM DIY kian kreatif. Sebagian besar sudah memanfaatkan social media sebagai jembatan menuju kesuksesan di pasar global. Mindset yang ada dari pelaku usahanya sudah lebih maju, future oriented agar produknya tetap memiliki tempat di hati masyarakat. Ini sangat sesuai dengan apa yang menjadi tujuan PLUT DIY untuk mencapai peningkatan kinerja dengan empat tolak ukur: produktivitas, nilai tambah, kualitas kerja, dan daya saing UKM.
Agenda Gelar Produk Pelaku UKM DIY 2019 terbilang sukses, dengan animo masyarakat yang datang ke acara ini dan tampak ramai. Rangkaian acara telah tersaji dengan baik. Hal baik tetap dipertahankan, adapun yang menjadi evaluasi perlu diperbaiki agar manfaatnya semakin terasa secara meluas.
Akhirnya, saya membelanjakan uang senilai 36 ribu rupiah untuk membeli 5 produk lokal di atas. Saya optimis bahwa UKM di Daerah Istimewa Yogyakarta siap berkompetisi di pasar regional, nasional, dan internasional. Tentunya, dengan sinergi yang tepat antara pelaku UKM, DISKOPUKM, PLUT-KUMKM DIY, sektor swasta dan masyarakat itu sendiri. UKM DIY kreatif, siap hadapi pasar kompetitif!
Demikian artikel berjudul, “Hadapi Pasar Kompetitif, UKM DIY Kian Kreatif” ini ditulis dalam rangka mengikuti Lomba Blog dengan tema “UKM Kreatif UKM Maju” yang diadakan oleh Dinas Koperasi dan UKM DIY serta PLUT-KUMKM DIY. Artikel ini telah dibagikan di instagram @janu_muhammad, facebook, dan twitter. Semoga bermanfaat.
Sumber dokumentasi:
http://diskopumkm.jogjaprov.go.id/publik/lomba-blog-gelar-produk-kreatif-diy/
http://www.plutjogja.com/profil/
Infografis dalam artikel ini adalah dokumentasi asli penulis dengan pengolahan pribadi.