tahu sosok bu Risma sebagai walikota Surabaya saat ini. Hari kemarin,
Senin 27 Oktober 2014 saya diberi kesempatan untuk bertemu beliau
langsung dalam kuliah umum di Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan
(JTAP) UGM. Jadi cerita awalnya bermula ketika teman saya Fitri (Rekan
Alumni SMA N 2 Yogyakarta 2011 yang saat ini kuliah di PWK UGM) memberi
tahu bahwa Senin jam 15 akan ada kuliah umum dengan walikota Surabaya.
Sontak saya langsung sms Fitri dan tertarik banget untuk datang. Saya
pun mengajak Arif Laksono, teman sekelas di Jurusan Pendidikan Geografi
UNY untuk ikut, dia pun mau banget.
harinya sekitar jam 14.15 saya ke kost Arif untuk menjemputnya. Kami
kemudian ke JTAP, sempat nyasar karena cari lahan parkir. Alhamdulillah
sekitar jam 14.45 tiba di ruang K1 lantai 2, masih belum rame. Beberapa
menit kemudian ruangan penuh sesak, dan….datanglah Ir. Tri Rismaharini,
MT. Beliau datang jauh-jauh dari Surabaya hanya untuk ketemu mahasiswa
dan berbagi ilmunya. Kami berdua yang sepertinya hanya ‘orang luar’ dari
JTAP turut tenggelam dalam euphoria sepak bola (kuliah umum maksudnya).
Tepuk tangan meriah menyambut Bu walikota inspirator ini. Sudah sejak
lama saya pengiiinnn ketemu beliau langsung.
lulusan Arsitektur ITS ini memaparkan kuliah tentang Ruang Terbuka Hijau
di Surabaya, untungnya saya dan Arif lumayan paham karena materinya
sama seperti di bangku kuliah geografi. Apalagi ini salah satu fokus
saya di Urban Geography yang dekat dengan perencanaan kota maupun
pembangunan manusia. Bu Risma menyampaikan ketidakmauannya ketika
diminta ke Jakarta dalam nominasi menteri, “Kalau mau menolong
masyarakat ya di kota,” katanya. Bu Risma pun mengatakan bahwa mendesain
sebuah kota sama saja halnya berjuang mengubah perilaku masyarakat ke
arah positif, bukan konsumtif.
banyak sekali taman yang berhasil dibuat, itu adalah wujud penyediaan
ruang bagi anak-anak, masyarakat, bahkan untuk bonek Surabaya. Mereka
butuh tempat untuk menikmati suasana kota, menghilangkan stress, dan
berkumpul dengan keluarga. Kata beliau, membuat taman juga harus bagus agar si kaya mau datang ke taman dan bertemu si miskin.
Dengan demikian mereka akan bertemu dan tidak ada lagi pembatas antara
keduanya karena sama-sama menikmati suasana taman. Biasanya di tama nada
pedagang kaki lima, pemkot Surabaya sudah memberi tempat khusus bagi
mereka. Taman-taman di Surabaya sudah dilengkapi wifi gratis, aktif 24
jam, terang benderang dengan lampu saat malam hari, ada perpustakaannya,
dan ada arena untuk bermain maupun belajar.
kata untuk pemkot Surabaya. Kini sudah ada 972 perpustakaan masyarakat
yang dijaga oleh tenaga professional, kampung-kampung kini menjadi
bersih dari sampah, lebih tertarta. Anak-anak dari SD sampai SMA sekolah
gratis, bahkan bangunan sekolahnya bagus. Itu semua Bu Risma upayakan
bersama jajaran pemkot Surabaya demi melayani masyarakat. “Semua anak mempunyai hak yang sama untuk berhasil dan sukses” kata Bu Risma.
Beliau paham betul bagaimana memberikan pelayanan setulus hati, tidak
mau diliput media, memang beliau agak keras namun memang itu cara beliau
untuk menyadarkan masyarakat. Satu poin keteladanan yang saya rasakan
dari beliau, begitu mengayomi masyarakat, mulai dari hal-hal kecil
seperti : merawat orang gila, menjemput TKW yang terlantar di Hongkong,
sampai mengantar orang hilang ke Lamongan. Bahkan, sebuah perda di
Surabaya : akan ada denda bagi orang tua yang tidak menyekolahkan
anaknya.
Ini yang membuat optimis,
bahwa Surabaya kini menjadi kota yang aman dan nyaman, dengan penataan
kota yang terintegrasi. Smart city, menjadi sebuah julukan bagi Surabaya
saat ini, semua layanan birokrasi pemerintahan, sampai perizinan sudah
serba online, sangat transparan dan dapat diakses dari mana saja dengan
internet. Kalau ada yang stress, pergi ke taman-taman. Kalau mau foto
dengan bunga warna-warni tidak perlu ke luar negeri, ada di Surabaya.
melihat sebuah dedikasi yang tulus dari sosok Bu Risma, walikota yang
memikat hati warga Surabaya, wanita yang telah menyelamatkan hutan
mangrove pesisir timur Jawa, wanita yang secara tegas berani menutup
lokalisasi dolly, bahkan yang hampir mengundurkan diri karena sebuah
intimidasi.
Bu Risma tetaplah seorang wanita,
yang menjadi ibu bagi putra-putrinya, yang tetap melaksanakan rutinitas
rumah tangga di tengah kesibukan yang padat. “Selama pemerintah masih dipercaya masyarakat, kami akan memberikan pelayanan terbaik,” nasihat beliau. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari inspirasi dan semangat Bu Risma dalam mengabdi untuk negeri.
keberkahan selalu Allah berikan untuk ibu. Semoga sehat selalu bu,
menebar manfaat untuk kebaikan. Sedikit catatan ini semoga menjadi
refleksi, penyemangat bagi kita generasi muda bahwa Indonesia masa depan
di tangan kita, semoga akan ada generasi seperti Bu Risma lainnya yang
jauh lebih baik..insyaAllah.