Pelaksanaan sistem
pendidikan di Indonesia telah dicemari perilaku buruk para pelajar pada tahun
2012 ini. Tawuran antara siswa pelajar SMA 6 dan
SMA 70 pecah di Bunderan Bulungan, Jakarta Selatan pukul 12.20 WIB pada hari Senin, 24 September
2012. Korban tewas satu orang, yaitu Alawy, siswa kelas X SMA 6 yang tinggal di
Larangan, Ciledug Indah. Dia mendapat luka tusuk di bagian dada. Alawy sempat
dilarikan ke Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring, Jakarta Selatan, tetapi meninggal tidak lama sesampainya di
sana. Polisi
menemukan sebuah celurit di lokasi yang diduga sebagai alat untuk menewaskan
korban. Inilah satu potret peristiwa yang sempat menggemparkan
masyarakat Indonesia. Tawuran pelajar telah berakibat fatal karena memakan
korban jiwa. Wajah pemerintah kini dipertanyakan. Apakah ada yang tidak beres
dengan sistem pendidikan negeri ini ? Ataukah ini sebagai bentuk degradasi
karakter pelajar Indonesia ? Untuk mengantisipasi agar peristiwa ini tidak
terulang kembali, perlu ada solusi pembangunan karakter dan pembenahan moral
pelajar di Indonesia sejak dini.
pendidikan di Indonesia telah dicemari perilaku buruk para pelajar pada tahun
2012 ini. Tawuran antara siswa pelajar SMA 6 dan
SMA 70 pecah di Bunderan Bulungan, Jakarta Selatan pukul 12.20 WIB pada hari Senin, 24 September
2012. Korban tewas satu orang, yaitu Alawy, siswa kelas X SMA 6 yang tinggal di
Larangan, Ciledug Indah. Dia mendapat luka tusuk di bagian dada. Alawy sempat
dilarikan ke Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring, Jakarta Selatan, tetapi meninggal tidak lama sesampainya di
sana. Polisi
menemukan sebuah celurit di lokasi yang diduga sebagai alat untuk menewaskan
korban. Inilah satu potret peristiwa yang sempat menggemparkan
masyarakat Indonesia. Tawuran pelajar telah berakibat fatal karena memakan
korban jiwa. Wajah pemerintah kini dipertanyakan. Apakah ada yang tidak beres
dengan sistem pendidikan negeri ini ? Ataukah ini sebagai bentuk degradasi
karakter pelajar Indonesia ? Untuk mengantisipasi agar peristiwa ini tidak
terulang kembali, perlu ada solusi pembangunan karakter dan pembenahan moral
pelajar di Indonesia sejak dini.
Menurut hemat
penulis, langkah yang bisa ditempuh untuk mengatasi
masalah di atas adalah dengan mengadakan pembinaan kembali karakter dan jati
diri pelajar (character and national building). Simon
Philips berpendapat dalam buku Refleksi Karakter Bangsa
(2008: 235), karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran,
sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Pendapat lain berasal dari Doni Koesoema
A (2007: 80) yang menganggap bahwa karakter sama dengan kepribadian.
Kepribadian dianggap sebagai “ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri
seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan,
misalnya keluarga pada masa kecil dan
juga bawaan seseorang sejak lahir.” Sedangkan menurut Zamroni dalam buku Pendidikan
Karakter (2011: 158), “Karakter merupakan suatu pondasi kehidupan bangsa.
Karakter bagi suatu bangsa memiliki fungsi memberikan arah kemana bangsa harus
menuju, bagaimana cara mencapai tujuan itu, apa yang harus dikaji dan dipegang
teguh-teguh dan sebaliknya apa yang harus dihindari dan dibuang jauh-jauh.”
penulis, langkah yang bisa ditempuh untuk mengatasi
masalah di atas adalah dengan mengadakan pembinaan kembali karakter dan jati
diri pelajar (character and national building). Simon
Philips berpendapat dalam buku Refleksi Karakter Bangsa
(2008: 235), karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran,
sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Pendapat lain berasal dari Doni Koesoema
A (2007: 80) yang menganggap bahwa karakter sama dengan kepribadian.
Kepribadian dianggap sebagai “ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri
seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan,
misalnya keluarga pada masa kecil dan
juga bawaan seseorang sejak lahir.” Sedangkan menurut Zamroni dalam buku Pendidikan
Karakter (2011: 158), “Karakter merupakan suatu pondasi kehidupan bangsa.
Karakter bagi suatu bangsa memiliki fungsi memberikan arah kemana bangsa harus
menuju, bagaimana cara mencapai tujuan itu, apa yang harus dikaji dan dipegang
teguh-teguh dan sebaliknya apa yang harus dihindari dan dibuang jauh-jauh.”
Dalam hal ini, dunia
pendidikan formal tentu menjadi
posisi yang strategis untuk mengambil peran terebut karena akibat semakin
kompleksnya tuntutan modernitas, keluarga yang awalnya menjadi sarana pendidikan
utama dan pertama telah mengalami pergeseran peran. Pendidikan formal di
sekolah akhirnya menjadi tumpuan harapan untuk
solusi permasalahan ini. Di
ranah Sekolah Menengah Atas adalah waktu yang efektif untuk mengadakan
pembinaan kembali karakter, moral, dan jati diri peserta didik. Pembinaan
karakter ini menjadi begitu penting karena anak ataupun remaja adalah harapan
untuk generasi bangsa. Di samping itu, pentingnya pendidikan yang berbasis
karakter adalah suatu pondasi kuat untuk mencetak pemimpin bangsa. Dengan kata
lain, pembinaan pendidikan berbasis karakter pada jenjang Sekolah Menengah Atas
menjadi sesuatu yang urgent dan perlu
untuk dilaksanakan.
pendidikan formal tentu menjadi
posisi yang strategis untuk mengambil peran terebut karena akibat semakin
kompleksnya tuntutan modernitas, keluarga yang awalnya menjadi sarana pendidikan
utama dan pertama telah mengalami pergeseran peran. Pendidikan formal di
sekolah akhirnya menjadi tumpuan harapan untuk
solusi permasalahan ini. Di
ranah Sekolah Menengah Atas adalah waktu yang efektif untuk mengadakan
pembinaan kembali karakter, moral, dan jati diri peserta didik. Pembinaan
karakter ini menjadi begitu penting karena anak ataupun remaja adalah harapan
untuk generasi bangsa. Di samping itu, pentingnya pendidikan yang berbasis
karakter adalah suatu pondasi kuat untuk mencetak pemimpin bangsa. Dengan kata
lain, pembinaan pendidikan berbasis karakter pada jenjang Sekolah Menengah Atas
menjadi sesuatu yang urgent dan perlu
untuk dilaksanakan.
Contoh program
pemerintah untuk membangun karakter pelajar Indonesia adalah dengan diadakannya
Mentoring. Menurut Muhammad Ruswandi dalam buku Manajemen Mentoring : “Mentoring
merupakan salah satu sarana
tarbiyah Islamiyah
(pembinaan Islami)
yang di dalamnya ada proses belajar. Orientasi dalam mentoring itu sendiri
adalah pembentukan karakter dan kepribadian Islami
(syakhsiyah islamiyah)” (Ruswandi.
2007: 1). Program Mentoring ini
sebenarnya sudah diterapkan di beberapa kota, misalnya Yogyakarta dan Bandung. Mentoring
merupakan sebuah program pendampingan peserta didik dalam suatu kelompok yang
terdiri dari 6-10 orang dengan seorang tutor. Mengapa dengan Mentoring ? Dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 25 Allah berfirman yang artinya : “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang
beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki
buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : “Inilah yang pernah
diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk
mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” Dari
ayat tersebut dijelaskan bahwa orang yang beriman dan berbuat baik akan
disediakan surga. Kepribadian baik inilah yang dibangun untuk siswa melalui
mentoring. Mentoring terwujud dengan adanya forum diskusi antara mentor (pemandu) dan mentee (pelajar). Selanjutnya, akan timbul satu
diskusi hingga sesame mentee diajarkan untuk saling menasihati dalam kebaikan.
pemerintah untuk membangun karakter pelajar Indonesia adalah dengan diadakannya
Mentoring. Menurut Muhammad Ruswandi dalam buku Manajemen Mentoring : “Mentoring
merupakan salah satu sarana
tarbiyah Islamiyah
(pembinaan Islami)
yang di dalamnya ada proses belajar. Orientasi dalam mentoring itu sendiri
adalah pembentukan karakter dan kepribadian Islami
(syakhsiyah islamiyah)” (Ruswandi.
2007: 1). Program Mentoring ini
sebenarnya sudah diterapkan di beberapa kota, misalnya Yogyakarta dan Bandung. Mentoring
merupakan sebuah program pendampingan peserta didik dalam suatu kelompok yang
terdiri dari 6-10 orang dengan seorang tutor. Mengapa dengan Mentoring ? Dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 25 Allah berfirman yang artinya : “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang
beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki
buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : “Inilah yang pernah
diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk
mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” Dari
ayat tersebut dijelaskan bahwa orang yang beriman dan berbuat baik akan
disediakan surga. Kepribadian baik inilah yang dibangun untuk siswa melalui
mentoring. Mentoring terwujud dengan adanya forum diskusi antara mentor (pemandu) dan mentee (pelajar). Selanjutnya, akan timbul satu
diskusi hingga sesame mentee diajarkan untuk saling menasihati dalam kebaikan.
Pembentukan karakter pelajar Indonesia merupakan salah satu tujuan
pendidikan nasional. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dinyatakan
bahwa tujuan pendidikan nasional antara lain mengembangkan potensi peserta
didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia.
Menurut Suyanto (2009) pendidikan yang bertujuan melahirkan insan cerdas dan
berkarakter kuat itu juga pernah dikatakan Martin Luther King, yakni; intelligence plus character…that is the goal
of true education (kecerdasan yang berkarakter…adalah tujuan akhir
pendidikan yang sebenarnya). Karena itu, pendidikan karakter adalah pendidikan
budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling),
dan tindakan (action). Pendidikan
karakter bisa dimulai dari keluarga hingga lingkup pendidikan formal yaitu
sekolah.
pendidikan nasional. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dinyatakan
bahwa tujuan pendidikan nasional antara lain mengembangkan potensi peserta
didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia.
Menurut Suyanto (2009) pendidikan yang bertujuan melahirkan insan cerdas dan
berkarakter kuat itu juga pernah dikatakan Martin Luther King, yakni; intelligence plus character…that is the goal
of true education (kecerdasan yang berkarakter…adalah tujuan akhir
pendidikan yang sebenarnya). Karena itu, pendidikan karakter adalah pendidikan
budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling),
dan tindakan (action). Pendidikan
karakter bisa dimulai dari keluarga hingga lingkup pendidikan formal yaitu
sekolah.
Sejalan dengan visi
mentoring untuk membentuk insan manusia dengan
kepribadian dan gaya hidup baik,
juga terkandung visi pembangunan karakter pelajar.
Menurut Ajat Sudrajat (2011: 140) menyebutkan adanya
sepuluh nilai utama yang bisa ditanamkan
oleh pihak sekolah, yaitu : kebijaksanaan (wisdom),
keadilan (justice), daya tahan (fortitude), control diri (self control), cinta (love), sikap positif (positive attitude), kerja keras (hard works), kepribadian yang utuh (integritiy), perasaan berterima kasih (gratitude), dan kerendahan hati (humility). Penguatan terhadap pembudayaan karakter yang
baik di sekolah dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya dengan Mentoring.
Selain itu, kebijakan
mengenai aturan atau tata tertib sekolah adalah menjadi acuan pokok pembangunan karakter pelajar Indonesia di
sekolah masing-masing Dengan demikian, Mentoring merupakan
alternatif solusi pembangunan karakter sejak dini dan akan membentuk generasi
masa depan yang cerdas, bermoral, dan beretika.
mentoring untuk membentuk insan manusia dengan
kepribadian dan gaya hidup baik,
juga terkandung visi pembangunan karakter pelajar.
Menurut Ajat Sudrajat (2011: 140) menyebutkan adanya
sepuluh nilai utama yang bisa ditanamkan
oleh pihak sekolah, yaitu : kebijaksanaan (wisdom),
keadilan (justice), daya tahan (fortitude), control diri (self control), cinta (love), sikap positif (positive attitude), kerja keras (hard works), kepribadian yang utuh (integritiy), perasaan berterima kasih (gratitude), dan kerendahan hati (humility). Penguatan terhadap pembudayaan karakter yang
baik di sekolah dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya dengan Mentoring.
Selain itu, kebijakan
mengenai aturan atau tata tertib sekolah adalah menjadi acuan pokok pembangunan karakter pelajar Indonesia di
sekolah masing-masing Dengan demikian, Mentoring merupakan
alternatif solusi pembangunan karakter sejak dini dan akan membentuk generasi
masa depan yang cerdas, bermoral, dan beretika.
Penulis :
Janu Muhammad
Email :
janu.muhammad2@gmail.com
janu.muhammad2@gmail.com
Blog : www.muhammadjanu.blogspot.com & www.tentanggeografi.wordpress.com