Persoalan korupsi di Indonesia terkategori kronis, bukan
hanya membudaya melainkan telah membudidaya. Korupsi adalah penyakit menular
yang mudah menyerang setiap orang. Korupsi bagaikan virus H5N1 yang sampai kini
belum ditemukan vaksinnya. Korupsi di Indonesia kini sudah menjamur, dari
kalangan bawah sampai elit penguasa negeri pernah menjadi pelakunya. Penyakit
ini berawal dari hal sepele yaitu karakter tidak jujur yang melekat pada diri
manusia. Akibatnya, negara Indonesia mengalami kerugian besar. Hutang ke luar
negeri sudah menjadi hal yang wajar. Kekayaan negara hanya masuk ke kantong
orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Untuk mengatasinya, diperlukan
langkah khusus agar bibit-bibit penyakit korupsi bisa diberantas, mulai dari
akar sampai ujungnya.
hanya membudaya melainkan telah membudidaya. Korupsi adalah penyakit menular
yang mudah menyerang setiap orang. Korupsi bagaikan virus H5N1 yang sampai kini
belum ditemukan vaksinnya. Korupsi di Indonesia kini sudah menjamur, dari
kalangan bawah sampai elit penguasa negeri pernah menjadi pelakunya. Penyakit
ini berawal dari hal sepele yaitu karakter tidak jujur yang melekat pada diri
manusia. Akibatnya, negara Indonesia mengalami kerugian besar. Hutang ke luar
negeri sudah menjadi hal yang wajar. Kekayaan negara hanya masuk ke kantong
orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Untuk mengatasinya, diperlukan
langkah khusus agar bibit-bibit penyakit korupsi bisa diberantas, mulai dari
akar sampai ujungnya.
Fakta menunjukkan, bahwa perilaku jujur di kalangan
pelajar masih sangat minim. Hal ini bisa kita lihat masih banyaknya siswa yang
menyontek ketika pelaksanaan ujian nasional maupun ulangan harian. Cara-cara
instan seperti menyontek adalah sebuah korupsi kecil yang jika dibiarkan akan
tumbuh menjadi korupsi besar. Pertanyaannya adalah : apakah seorang guru yang
membiarkan siswanya secara bebas menyontek saat ulangan telah mendidik siswanya
untuk berperilaku jujur ? Lihatlah, banyak siswa yang menyontek demi nilai dan
terpenuhinya tugas tanpa menghiraukan akibatnya. Selain itu, tidak sedikit dari
siswa yang rela mengikuti pelajaran tambahan di luar kelas demi mendapatkan
nilai bagus. Tak jarang, beberapa guru yang ‘tidak mau repot’ justru
mengajarkan peserta didiknya untuk beramai-ramai kerja sama saat UN dan membeli
kunci jawaban. Lalu, salah siapakah ini ?
pelajar masih sangat minim. Hal ini bisa kita lihat masih banyaknya siswa yang
menyontek ketika pelaksanaan ujian nasional maupun ulangan harian. Cara-cara
instan seperti menyontek adalah sebuah korupsi kecil yang jika dibiarkan akan
tumbuh menjadi korupsi besar. Pertanyaannya adalah : apakah seorang guru yang
membiarkan siswanya secara bebas menyontek saat ulangan telah mendidik siswanya
untuk berperilaku jujur ? Lihatlah, banyak siswa yang menyontek demi nilai dan
terpenuhinya tugas tanpa menghiraukan akibatnya. Selain itu, tidak sedikit dari
siswa yang rela mengikuti pelajaran tambahan di luar kelas demi mendapatkan
nilai bagus. Tak jarang, beberapa guru yang ‘tidak mau repot’ justru
mengajarkan peserta didiknya untuk beramai-ramai kerja sama saat UN dan membeli
kunci jawaban. Lalu, salah siapakah ini ?
Kita tidak perlu menyalahkan semua orang. Hal ini memang
sudah wajar ketika setiap siswa mengejar nilai. Nilai adalah segala sesuatu
yang diperoleh dari perilaku kita. Namun sungguh sayang ketika nilai perilaku
jarang diperhatikan. Nilai perilaku hanya sekadar formalitas dengan
mencantumkan huruf A, B, atau C di rapor. Lain halnya ketika berbicara tentang
nilai pelajaran. Apakah kita pernah mendengar bahwa syarat untuk memperoleh
beasiswa adalah dengan nilai kerapian, nilai kejujuran, dan nilai kedisiplinan
A ? Jawabannya adalah tidak, nilai yang menjadi acuan adalah mata pelajaran
tertentu dengan capaian 75 atau lebih. Lalu, bagaimana jika siswa dihadapkan
dengan guru yang pelit nilai ? Secara otomatis jika iman lemah maka akan
menghalalkan segala macam cara. Siswa-siswa berpikir bahwa belajar jauh-jauh
hari hanya akan membuang waktu dan akan lupa di kemudian hari. Cara praktis
yang ada di pikiran mereka adalah dengan open
book dengan harapan jawaban bisa dipastikan benar semua.
sudah wajar ketika setiap siswa mengejar nilai. Nilai adalah segala sesuatu
yang diperoleh dari perilaku kita. Namun sungguh sayang ketika nilai perilaku
jarang diperhatikan. Nilai perilaku hanya sekadar formalitas dengan
mencantumkan huruf A, B, atau C di rapor. Lain halnya ketika berbicara tentang
nilai pelajaran. Apakah kita pernah mendengar bahwa syarat untuk memperoleh
beasiswa adalah dengan nilai kerapian, nilai kejujuran, dan nilai kedisiplinan
A ? Jawabannya adalah tidak, nilai yang menjadi acuan adalah mata pelajaran
tertentu dengan capaian 75 atau lebih. Lalu, bagaimana jika siswa dihadapkan
dengan guru yang pelit nilai ? Secara otomatis jika iman lemah maka akan
menghalalkan segala macam cara. Siswa-siswa berpikir bahwa belajar jauh-jauh
hari hanya akan membuang waktu dan akan lupa di kemudian hari. Cara praktis
yang ada di pikiran mereka adalah dengan open
book dengan harapan jawaban bisa dipastikan benar semua.
Guru
juga tidak terlepas dari tindakan korupsi.
Meskipun mendapat gelar pahlawan tanpa tanda jasa, setiap guru pasti pernah
melakukan korupsi waktu. Guru diberi gaji berdasarkan jam
mengajarnya minimal 24 jam seminggu. Jadi,
jika ada guru yang terlambat datang mengajar sehingga membuat peserta didiknya
berkeliaran seperti ayam kehilangan induk, itu juga merupakan tindakan korupsi meskipun namanya korupsi
waktu. Perhatian pemerintah pada kesejahteraan guru sekarang ini memang sudah
jauh lebih baik dibandingkan tempo dulu. Sertifikasi guru adalah bentuk
perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan guru sehingga kewajiban untuk meningkatkan
profesionalisme tidaklah dapat ditoleransi lagi.
juga tidak terlepas dari tindakan korupsi.
Meskipun mendapat gelar pahlawan tanpa tanda jasa, setiap guru pasti pernah
melakukan korupsi waktu. Guru diberi gaji berdasarkan jam
mengajarnya minimal 24 jam seminggu. Jadi,
jika ada guru yang terlambat datang mengajar sehingga membuat peserta didiknya
berkeliaran seperti ayam kehilangan induk, itu juga merupakan tindakan korupsi meskipun namanya korupsi
waktu. Perhatian pemerintah pada kesejahteraan guru sekarang ini memang sudah
jauh lebih baik dibandingkan tempo dulu. Sertifikasi guru adalah bentuk
perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan guru sehingga kewajiban untuk meningkatkan
profesionalisme tidaklah dapat ditoleransi lagi.
Potret karakter tidak jujur yang melekat pada diri siswa dan
guru adalah cerminan penyakit korupsi di lingkup sekolah. Setidaknya, perlu
dilakukan langkah khusus untuk meminimalisasi perilaku korupsi. Langkah
pertama, penghayatan kembali terhadap tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan
secara umum yaitu ada tiga : (1) menyiapkan sebagi manusia, (2) menyiapkan
tenaga kerja, dan (3) menyiapkan warga negara yang baik. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga telah mengamanatkan bahwa
pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Di sini tersirat ada fungsi nation and
character building, yang selama ini dikritik agak terabaikan. Dari beberapa
fungsi tersebut, sudah jelas bahwa pendidikan karakter adalah sebagai kuncinya.
guru adalah cerminan penyakit korupsi di lingkup sekolah. Setidaknya, perlu
dilakukan langkah khusus untuk meminimalisasi perilaku korupsi. Langkah
pertama, penghayatan kembali terhadap tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan
secara umum yaitu ada tiga : (1) menyiapkan sebagi manusia, (2) menyiapkan
tenaga kerja, dan (3) menyiapkan warga negara yang baik. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga telah mengamanatkan bahwa
pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Di sini tersirat ada fungsi nation and
character building, yang selama ini dikritik agak terabaikan. Dari beberapa
fungsi tersebut, sudah jelas bahwa pendidikan karakter adalah sebagai kuncinya.
Langkah kedua, perlu pembudidayaan karakter baik di
lingkungan sekolah. Karakter baik tersebut meliputi sifat jujur, amanah,
bertanggung jawab, sopan santun, dapat dipercaya, dan lain sebagainya. Guru
maupun siswa harus memegang prinsip sifat-sifat tadi agar seimbang. Kebiasaan
kecil seperti datang terlambat, mengerjakan PR di sekolah, mengirim sms ketika
ulangan, memfotokopi catatan sampai sedemikian kecil sudah patut untuk
dihilangkan. Kebiasaan-kebiasaan buruk yang merusak karakter baik tadi harus
tergantikan oleh pendidikan karakter dari guru untuk siswa. Guru menyampaikan
perannya sebagai pendidik dan pengajar yang baik, sedangkan siswa menerima
pendidikan serta melaksanakan tugas yang diberikan guru dengan cara yang benar.
Guru yang baik akan menghargai kekurangan dan
kelebihan siswanya. Guru yang membocorkan soal ulangan atau mengerjakan soal UN
lalu menyebarluaskan kunci jawabannya kepada siswanya, berarti guru tersebut
tidak percaya dengan kemampuan siswanya dan kemampuan dirinya dalam mengajar.
Seharusnya guru percaya pada siswanya bahwa mereka bisa dan pasti bisa. Dengan
membocorkan kunci jawaban atau membocorkan soal, sama saja dengan membuat para
siswa berpikir betapa sulitnya soal UN hingga para guru turun tangan dan para guru
mengajarkan siswanya untuk tidak jujur. Memang dibalik kesulitan itu pasti akan
ada kemudahan. Tetapi,
mendapatkan kunci jawaban bukanlah kemudahan yang dimaksud. Itu semua
mengajarkan kita untuk berbuat tidak jujur dan tidak percaya dengan kemampuan kita
sendiri serta menyia-nyiakan alat
indra yang Tuhan berikan
kepada kita.
lingkungan sekolah. Karakter baik tersebut meliputi sifat jujur, amanah,
bertanggung jawab, sopan santun, dapat dipercaya, dan lain sebagainya. Guru
maupun siswa harus memegang prinsip sifat-sifat tadi agar seimbang. Kebiasaan
kecil seperti datang terlambat, mengerjakan PR di sekolah, mengirim sms ketika
ulangan, memfotokopi catatan sampai sedemikian kecil sudah patut untuk
dihilangkan. Kebiasaan-kebiasaan buruk yang merusak karakter baik tadi harus
tergantikan oleh pendidikan karakter dari guru untuk siswa. Guru menyampaikan
perannya sebagai pendidik dan pengajar yang baik, sedangkan siswa menerima
pendidikan serta melaksanakan tugas yang diberikan guru dengan cara yang benar.
Guru yang baik akan menghargai kekurangan dan
kelebihan siswanya. Guru yang membocorkan soal ulangan atau mengerjakan soal UN
lalu menyebarluaskan kunci jawabannya kepada siswanya, berarti guru tersebut
tidak percaya dengan kemampuan siswanya dan kemampuan dirinya dalam mengajar.
Seharusnya guru percaya pada siswanya bahwa mereka bisa dan pasti bisa. Dengan
membocorkan kunci jawaban atau membocorkan soal, sama saja dengan membuat para
siswa berpikir betapa sulitnya soal UN hingga para guru turun tangan dan para guru
mengajarkan siswanya untuk tidak jujur. Memang dibalik kesulitan itu pasti akan
ada kemudahan. Tetapi,
mendapatkan kunci jawaban bukanlah kemudahan yang dimaksud. Itu semua
mengajarkan kita untuk berbuat tidak jujur dan tidak percaya dengan kemampuan kita
sendiri serta menyia-nyiakan alat
indra yang Tuhan berikan
kepada kita.
Kejujuran
memang pahit, tapi akan indah di akhir. Kejujuran memang datang dari diri
sendiri dan untuk diri sendiri pula, tetapi
tidak ada salahnya mencontohkan kejujuran untuk orang lain dan mendidiknya
untuk berperilaku jujur. Betapa indahnya negara ini berkembang dengan
kejujuran. Tidak ada korupsi dan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” dapat berarti
sesuai dengan arti yang sebenarnya. Tidak ada yang salah dengan kondisi bangsa
ini karena semenjak bersekolah kita mencontohkan perilaku yang tidak jujur dan
dididik untuk tidak jujur. Lihatlah, ilmu yang kita cari tidak bisa
mencerdaskan kehidupan bangsa ini. Uang yang kita pakai untuk memperoleh nilai
ini tidak dapat mengantarkan bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan nilai yang kita
peroleh tak pernah bisa menggeser negara maju nomor 1 di dunia, tetapi nilai
yang kita peroleh telah mengantarkan bangsa ini menjadi negara korupsi
peringkat ke 4 di dunia. Walaupun kejujuran tak pernah bisa menggeser negara maju nomor 1 di
dunia dan mengantarkan negara ini menjadi negara maju, tetapi setidaknya
kejujuran dapat membuat bangsa ini menjadi bangsa yang makmur dan sejahtera.
memang pahit, tapi akan indah di akhir. Kejujuran memang datang dari diri
sendiri dan untuk diri sendiri pula, tetapi
tidak ada salahnya mencontohkan kejujuran untuk orang lain dan mendidiknya
untuk berperilaku jujur. Betapa indahnya negara ini berkembang dengan
kejujuran. Tidak ada korupsi dan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” dapat berarti
sesuai dengan arti yang sebenarnya. Tidak ada yang salah dengan kondisi bangsa
ini karena semenjak bersekolah kita mencontohkan perilaku yang tidak jujur dan
dididik untuk tidak jujur. Lihatlah, ilmu yang kita cari tidak bisa
mencerdaskan kehidupan bangsa ini. Uang yang kita pakai untuk memperoleh nilai
ini tidak dapat mengantarkan bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan nilai yang kita
peroleh tak pernah bisa menggeser negara maju nomor 1 di dunia, tetapi nilai
yang kita peroleh telah mengantarkan bangsa ini menjadi negara korupsi
peringkat ke 4 di dunia. Walaupun kejujuran tak pernah bisa menggeser negara maju nomor 1 di
dunia dan mengantarkan negara ini menjadi negara maju, tetapi setidaknya
kejujuran dapat membuat bangsa ini menjadi bangsa yang makmur dan sejahtera.
Penulis :
Janu Muhammad/janu.muhammad2@gmail.com.www.muhammadjanu.blogspot.com/www.tentanggeografi.wordpress.com
2 Comments. Leave new
memang benar pendidikan karakter harus dikembangkan , sekarang kita mahasiswa bukan sebagai penerus bangsa, karena bangsa kita sudah rusak , masa kita akan meneruskan dan melanjtkan bangsa yang sudah rusak, tapi kita adalah agent perubahan, merubah bangsa kita menjadi bangsa yang jauh lebih bermartabat …
yup, ketika berbicara tentang karakter…sejatinya itu tertanam sejak dini. Betapa pentingnya yang namanya 'mendidik' diri sendiri dan orang lain agar berkarakter baik, syukur2 bermanfaat untuk orang lain. terimakasih atas diskusinya 🙂