Setiap orang memerlukan asupan nutrisi. Apalagi, saat pandemi Covid-19
ini. Penting sekali menjaga kebugaran diri. Alternatif utamanya dengan
mengonsumsi makanan bergizi, dari sayur, lauk, dan buah, misalnya. Fungsinya,
agar tubuh tetap tangguh dan kuat setiap hari.
Menurut Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (2018), mengonsumsi sayur juga dapat mencegah berbagai jenis
penyakit. Dengan antioksidan yang terpenuhi, radikal bebas akan lari. Jika
rutin, imunitas tubuh akan terjaga. Diri akan tetap terlindungi dari berbagai
virus, termasuk Covid-19.
Perlu diingat, itu baru beberapa amsal
manfaat dari makan sayur, lauk, dan buah. Masih banyak khasiat lainnya yang
didapat. Apalagi, bagi para ibu rumah tangga, mesti lebih paham manfaat
ekonomisnya. Paling tidak, kalau mampu memasak sayur sendiri, lebih hemat di
kantong, kan?
Sayangnya, tidak semua orang mau
mengonsumsi sayur. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2019
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, secara nasional konsumsi gabungan
buah dan sayur hanya sebesar 209,89 gram per kapita sehari. Jumlah ini masih
jauh dari standar yang ditetapkan Kemenkes dan WHO yaitu setidaknya 400 gram
per orang per hari (terdiri dari 250 gram sayur dan 150 gram buah).
Pertanyaannya, apakah rendahnya
konsumsi sayur itu karena keterbatasan ekonomi? Apakah keterbatasan ekonomi
disebabkan pendapatan yang berkurang selama pandemi? Sejak pandemi Covid-19
masuk ke Indonesia awal 2020, yang tampak secara nyata adalah meningkatnya
pemutusan hubungan kerja (PHK). Pendapatan keluarga jadi berkurang. Sebagian
beralih profesi tanpa gaji yang pasti.
Mari kita lihat hasil survei Sosial
Demografi Dampak Covid-19 yang dilakukan Badan Pusat Statistik pada tahun 2020.
Dari 87.379 responden yang mengisi survei, menunjukkan bahwa 2,52% responden
baru saja mengalami PHK akibat perusahaan/tempat usaha di mana mereka bekerja
tutup. Sebagian besar yang mengalami PHK adalah laki-laki. Sedangkan, 18,34%
tetap bekerja namun sementara dirumahkan.
Lalu, bagaimana dampak Covid-19
terhadap pendapatan? Survei yang dilakukan BPS menyebutkan, 4 dari 10 responden
mengaku mengalami penurunan pendapatan karena terdampak adanya pandemi
Covid-19. Tidak sedikit usaha yang gulung tikar atau melakukan efisiensi biaya
produksi dan melakukan pemotongan gaji karyawannya. Malangnya lagi, 44,67%
responden laki-laki dan 38,55 responden perempuan mengaku bahwa dirinya
mengalami penurunan pendapatan akibat terdampak Covid-19.
Kelompok mana yang paling terkena imbas
pandemi Covid-19? Dari survei serupa yang dilakukan BPS, masyarakat miskin,
rentan miskin, dan yang bekerja di sektor informal merupakan yang paling
terdampak. Sebanyak 70,53% responden dalam kelompok berpendapatan rendah
(<=1,8 juta rupiah) mengaku mengalami penurunan pendapatan. Angka yang
fantastis, bukan?
Ketangguhan ekonomi masyarakat
terancam. Akibatnya, jatah untuk kebutuhan dapur, termasuk sayur, jadi
tersendat. Belum lagi dengan kebutuhan lainnya. Internet untuk sekolah daring,
misalnya. Alih-alih untuk dapat koneksi tanpa batas, untuk memenuhi kebutuhan
dapur saja perlu menghela nafas. Sebagian orang tetap bertahan, sebagian
lainnya menunggu belas kasihan orang baik di sekitarnya. Inilah hal yang
kulihat langsung di sektar rumah.
Habis gelap terbitlah terang. Meski
serba dalam keterbatasan, ternyata masih ada orang-orang baik yang memberi
harapan. Di tempatku, masih ada para dermawan yang mau berbagi. Mereka tergerak
untuk memberikan bantuan. Saling bergotong-royong mengubah keadaan, itulah
Indonesia kita. Yang terjadi di beberapa daerah, para warga bahu membahu
menggalang donasi dan sejenisnya.
Selamat datang di zona kampung sedekah!
Inilah potret kebaikan yang nyata terjadi di Dusun Ngemplak, Caturharjo,
Sleman. Meski pandemi Covid-19 memberikan dampak ekonomi secara signifikan,
rasa persatuan warga tetap terjaga. Lewat program sedekah sayur, inisiatif itu
terwujud. Dengan semangat gotong royong, para warga terpanggil untuk berbagi
sayur. Idenya sederhana, namun sarat makna. Tujuan utamanya, agar warga sekitar
tetap bisa makan sayur, terutama untuk anak-anaknya. Dengan tercukupinya gizi,
besar harapan agar lahir generasi tangguh Indonesia.
Sedekah sayur yang terlaksana di
Terminal Sedekah diinisiasi oleh ketua RT 05, Bapak Purnomo, namanya. Dari satu
orang penggagas, kini telah belasan relawan terlibat, termasuk aku. Sejak Mei
2020, Terminal Sedekah Dusun Ngemplak telah membantu warga di 6 RT dan tiga
padukuhan lainnya. Donasi berupa sayur, lauk, dan buah disalurkan setiap hari
Jumat. Bantuan berupa uang, dibelanjakan untuk Terminal Sedekah seutuhnya.
Tidak ada pemotongan biaya sepeserpun, 100% donasi tersalurkan!
Dengan gotong royong para relawan, kami
menyalurkan donasi setiap Jumat pagi. Ketika sedekah yang masuk cukup melimpah,
distribusi sayurnya bahkan dua hari sekali. Pada pelaksanaannya, penerapan
protokol kesehatan secara ketat adalah hal pasti. Setidaknya, 90 penerima
manfaat telah merasakan kehadiran Terminal Sedekah. Sebagian dari Dusun
Ngemplak sendiri, lainnya dari warga padukuhan sebelah.
Nah, para dermawan yang telah berbagi
berasal dari berbagai daerah. Tidak hanya warga setempat yang turun tangan,
namun warga luar Jawa pun ikut berkontribusi. Beberapa temanku juga ikut
berbagi. Bahkan, sebagian donasi dari luar negeri. Para diaspora yang sedang
belajar dan bekerja di Thailand dan Australia, misalnya. Meski terpisah jarak,
sedekah sayur virtual lewat donasi tetap tegak. Sedekah sayur bisa dari mana
saja dan kapan saja. Dalam sentuhan jari, kebaikan donatur sampai di Terminal
Sedekah. Niatnya sama, agar masyarakat tetap tangguh saat pandemi.
Hingga kini, telah tersalurkan donasi
lebih dari lima puluh juta rupiah. Donasi uang telah dikonversi dalam bentuk
sayur, lauk, dan buah. Di beberapa kesempatan, Terminal Sedekah juga
menyalurkan sedekah pakaian. Kalau dihitung-hitung, sudah lebih dari 200
kegiatan donasi terlaksana. Program sedekah sayur di Terminal Sedekah masih
berjalan sampai saat ini.
Tahukah kawan-kawan, dari mana sayur
dan paket kebutuhan dapur yang disalurkan? Tak lain adalah dibeli dari warga
yang punya usaha. Dari usaha tahu, sayur, jamu, toko kelontong, buah, semua
pernah diberdayakan. Ditambah lagi, ada beberapa UMKM, pedagang sayur di Pasar
Sleman, Pasar Nambongan, serta lebih dari 15 petani lokal Sleman selama ini
terlibat. Di sinilah arti penting membangun ketangguhan ekonomi warga. Dari
warga, untuk warga, lewat program sedekah sayur.
Untuk menunjang keberlanjutan program,
kolaborasi lintas komunitas adalah kunci utamanya. Sedekah Sayur telah mendapat
dukungan dari berbagai komunitas dan organisasi, Misalnya, dari platform SayurSleman yang aku rintis sejak Mei 2020. Sayur Sleman (instagram
@sayursleman.id) telah bergabung menjadi mitra sedekah sayur sejak September
2020. Sebagai penyedia sayur online, Sayur Sleman tidak hanya
melayani pemesanan sayur, namun juga turut andil dalam menggerakkan Sedekah
Sayur. Tak kurang dari 150 orang baik telah berbagi sedekah sayur melalui Sayur
Sleman.
Kolaborator kedua adalah Gerakan Mari Berbagi yang turut berperan besar dengan mendatangkan kebaikan para donatur.
Gerakan Mari Berbagi (GMB) menjadi bagian penting melalui ajakannya dalam berbagi
sayur.
Sesuai dengan nilai dasar yang dimiliki
GMB, tangan-tangan baik telah memberikan kontribusinya lewat Sedekah Sayur.
Pemberi sedekah GMB dari Sabang sampai Merauke telah berbagi donasi lebih dari
12 juta rupiah. Semua demi keberlanjutan program Sedekah Sayur, demi masyarakat
yang makmur.
Baik Sayur Sleman, GMB, serta komunitas
lain yang telah bergandengan tangan menunjukkan bahwa sinergi menjadi hal mutlak
regenerasi program. Ditambah lagi, pemanfaatan teknologi informasi yang tepat,
ternyata berguna untuk menularkan virus kebaikan ini.
Sekali bergerak, dua, tiga orang baik
akhirnya terlibat. Soekarno, presiden pertama Indonesia
pernah berkata:
Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya
sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang
merdeka.
Itu artinya, kekuatan bangsa Indonesia
terletak pada orang-orang yang ada di bangsa ini. Terlebih lagi ketika
Indonesia sedang dihadapkan pada situasi sulit saat pandemi ini. Menangani
dampak Covid-19 bukan hanya tugas pemerintah semata. Bukan hanya tugas para
tenaga kesehatan saja. Membuat Indonesia segera bangkit adalah tugas kita
semua.
Gotong royong adalah hal pasti yang
harus terus dijaga. Dari level keluarga hingga pemerintahan, dengan
bergotong-royong maka permasalahan menjadi lebih ringan diselesaikan.
Sebagaimana yang tertuang dalam sila ke-3 Pancasila, ‘Persatuan Indonesia’ maka
sudah seharusnya rakyat Indonesia dengan segala keberagamannya bersatu.
Bung Karno memaparkan, bahwa gotong
royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan
bantu binantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat
kebahagiaan semua. Ho-lopis-kuntul-baris buat kepentingan
bersama! Itulah gotong royong. Prinsip Gotong Royong di antara yang kaya dan
yang tidak kaya, antara yang Islam dan Kristen, antara yang bukan Indonesia
tulen dengan peranakan yang menjadi bangsa Indonesia.
Sedekah Sayur adalah contoh praktik baik yang nyata sebagai implementasi
semangat gotong royong yang digaungkan Bung Karno tadi. Sedekah Sayur adalah
solusi yang lahir dari pemikiran masyarakat, memberdayakan warga untuk
ketangguhan ekonomi. Seperti semangat program digitalisasi yang dilakukan Diskominfo DIY, internet telah membawa informasi Sedekah Sayur lebih luas. Dari beragam anggota masyarakat yang ada di Dusun
Ngemplak, semua bersatu saling membantu untuk menghadapi pandemi Covid-19. Dari
yang berbeda agama, status sosial dan ekonomi, latar belakang pendidikan, usia,
bahkan profesi, semua memberikan kontribusinya untuk Sedekah Sayur di Terminal
Sedekah.
Dari Sedekah Sayur, kita dapat belajar
beberapa hal. Pertama, betapa pentingnya menumbuhkan semangat kebersamaan,
gotong royong memberikan solusi terhadap masalah yang ada di sekitar. Kedua,
semangat berbagi yang tidak akan pudar walau serba dalam keterbatasan.
Orang-orang yang terketuk untuk berbagi sayur, bukan berarti mereka
adalah orang kaya. Belum tentu mereka mampu mencukupi kebutuhannya sendiri.
Tetapi, mereka adalah orang-orang yang secara tulus ingin membantu sesama.
Kepada segenap donatur dan orang baik yang telah membersamai Sedekah Sayur selama ini, terima kasih ya. Semoga dibalas oleh Allah Ta’ala.
Kita juga dapat belajar arti
mengesampingkan ego sektoral. Pemerintah tetap butuh perpanjangan tangan di level
masyarakat, seperti gerakan kesukarelawanan di Sedekah Sayur. Ini sejalan
dengan apa yang disampaikan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam
program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Menkeu menyebutkan, sinergi yang kuat
juga terus dibangun lintas sektoral, terutama untuk pelaku usaha, agar mereka
segera bangkit. Ujungnya, cita-cita luhur bangsa dan masyarakat sejahtera
seperti yang diamanatkan pada pasal 33 UUD NRI 1945 benar-benar tercipta.
Mimpi kita, semakin banyak gerakan
kolaboratif seperti Sedekah Sayur di setiap daerah di Indonesia. Lewat
inisiatif ini pula, semoga semangat kerelawanan kian meluas di penjuru
Indonesia. Kita berikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada orang baik
yang telah berbagi. Seperti pesan salah satu dermawan ini:
Assalamu’alaikum
Mas Janu. Mohon maaf ngrepotin, izin berbagi ke Terminal Sedekah. Titip
disampaikan ya Mas.
Makin banyak sosok seperti ini, insya Allah
Indonesia bangkit tak lama lagi. Yuk sedekah sayur hari ini.
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Pembuatan Konten Media Sosial dalam rangka Memperingati HUT RI ke-76 dengan tema Merdeka dari Pandemi: Bersatu dalam Keberagaman untuk Indonesia Bangkit yang diselenggarakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika DIY“
Referensi :
- Badan Pusat Statistik RI. 2020. Hasil Survei Sosial
Demografi Dampak Covid-19. Jakarta: Badan Pusat Statistik. - GMB. 2020. “Tentang Gerakan Mari Berbagi” http://www.g-mb.org/about-gmb.html, diakses
pada 13 Agustus 2021. - Hadinagoro, Suharyono. 2020. “Reduksi Ego Sektoral dan
Perkuat Sinergi Demi Produktivitas Nasional”,
https://www.perpusnas.go.id/news-detail.php?lang=id&id=200606090752
gv6KxImoQa, diakses pada 13 Agustus 2021. - Handayani, Sri. 2019. “Makna Dibalik Konsep Revolusi
Mental Bung Karno”,
https://www.perpusnas.go.id/news-detail.php?lang=id&id=
190915123748Q2J8dXMLhs, diakses pada 13 Agustus 2021. - Idris, Muhammad. 2020.
“Survei BPS: Orang RI Kurang Makan Sayur, Kangkung Paling Digemari”, https://money.kompas.com/read/2020/12/15/114340126/survei-bps-orang-ri-kurang-makan-sayur-kangkung-paling-digemari, diakses pada 13 Agustus 2021. - Jagokata. 2021. Kata-kata Bijak Soekarno”,
https://jagokata.com/kata-bijak/dari-soekarno.html, diakses pada 13 Agustus 2021. - Promkes Kemenkes. 2018. “Pentingnya Makan Sayur dan
Buah”, https://promkes.kemkes.go.id/?p=8855, diakses pada 13 Agustus 2021. - Puspasari, Rahayu. 2021. “Sinergi bersama untuk
Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural”,
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers/siaran-pers-bersama-kemenkeu-bi-ojk-sinergi-bersama-untuk-pemulihan-ekonomi-dan-reformasi-struktural/,
diakses pada 13 Agustus 2021.
18 Comments. Leave new
Mantap pak janu
Terima kasih sudah berkunjung
Semangat bergotong royong! Semangat Kak Janu. Semoga bisa terus menulis tulisan bermanfaat seperti ini. Keren! 🙂
Terima kasih atas kunjungannya mba…
Keren. Luar biasa bermanfaat
Aamiin.. terima kasih
Ide bagus mba Dewi, sehat selalu…makasih sudah mampir ya.
Terima kasih ya
Semoga sukses selalu
Aamiin, terima kasih Mas Faiq
Great initiatives keep up this amazing initiatives
InsyaAllah, thanks Mas Adi…
Keren banget kak Janu. Sangat menginspirasi dan bermanfaat sekali.. lanjutkan kak Janu
Aamiin.. insyaAllah ya. Tetap semangat !
Semangat Janu, keren inovasinya. Semoga bisa semakin berdampak dan menebar manfaat
keren, semoga bisa terus menebar manfaat kaak
InsyaAllah 🙂
Keren kakk, semoga bisa terus bermanfaat & menularkan semangatnya ke yang lain yaa