“Ayo Bu, atur
nafas dulu. Ngedennya nanti ya kalau pembukaan sudah lengkap,” ujar dokter perempuan yang
memandu proses lahiran istriku malam itu. Kupegang erat tangan istriku yang
sedang terbaring, sembari terus kuperdengarkan murotal Alquran. Deg-degan
rasanya waktu itu, namun inilah komitmenku sebagai suami. Aku harus menemani
istriku lahiran.
Segala upaya dan doa telah dimaksimalkan sejak 5 jam
sebelumnya demi lahiran normal. Beberapa saat kemudian, kusaksikan bayi itu
lahir, tangisannya pecah. Kami semua bahagia. Alhamdulillah, kembali kucium dan
peluk istriku yang telah melewati momen mengharukan ini. Selamat, Sayangku!
Keesokan harinya setelah salat
Subuh, aku kembali mengingat cerita awal pernikahan hingga istriku dinyatakan
hamil. Tulisan ini akan sedikit mengulasnya, semoga bermanfaat.
Jadi begini ceritanya…
“Saya terima nikahnya, Sulistiana
Febriawati…” ikrarku saat itu. Kami menikah pada tanggal yang cantik, kata
istriku, tepatnya 11 November 2017, di Kabupaten Purworejo. Kalau ditanya
bagaimana prosesnya, ceritanya panjang. Waktu itu, usiaku 24 tahun, terpaut satu
tahun lebih tua dari istriku. Sebagai pasangan muda seperti pada umumnya,
pertanyaan awal pernikahan yang terlontar dari orang-orang adalah, “Istrinya sudah hamil belum ?” Atau versi lainnya yang lebih berbobot, “Lahiran kapan?” Bagi istriku, pasti tetap terbawa perasaan. Kami menjawab, “Doakan ya”. Pertanyaan-pertanyaan itu sangatlah wajar. Kami
sikapi dengan positif saja, artinya mereka sebenarnya perhatian. Benar demikian?
Niatkan dengan baik
“Sayang,
mau punya anak kapan?”, tanya istriku. “InsyaAllah segera, yang
penting kitanya siap”, jawabku. Kami pikir, kalau nanti ditunda maka akan ada prioritas lain. Soal buah hati, kami sama-sama sepakat untuk disegerakan. Namun, kala itu, aku dan istri merasa masih
perlu belajar bagaimana untuk bisa hamil. Kami masih sangat awam soal kehamilan.
Apalagi aku, belum cukup waktu untuk bawa istri konsultasi ke dokter. Berawal
dari keingintahuan kami, akhirnya mampir ke www.ibupedia.com. Banyak artikel bermanfaat di sana, sehingga kami menemui titik terang. Aku mulai menjadi suami siaga untuk misi besar ini, dengan berbekal ilmu yang cukup dan istri yang kooperatif berbagi ilmu tentang kehamilan. Intinya, niat dan ilmu menjadi bekal awal program kehamilan.
Pentingnya asupan gizi untuk program hamil
Penuhi gizi
seimbang saat program hamil. Tidak hanya istri saja yang makan sayur, lauk, dan
buah. Suami juga demikian, daging-dagingan harus tercukupi. Namanya juga usaha,
perlu konsistensi dan kesabaran. Kami percaya dengan nutrisi baik, semua akan
membuahkan hasil baik pula. Agar badan tetap bugar, kami juga sempatkan olah raga akhir pekan serta istirahat cukup. Merujuk pada https://www.ibupedia.com/artikel/konsepsi/yang-perlu-anda-lakukan-agar-cepat-hamil memang disarankan untuk mempersiapkan tubuh secara prima, termasuk menghindari kafein dan sejenisnya. Ditambah, saling memahami antar pasangan agar mood stabil adalah syarat mutlak agar prosesnya dilancarkan.
Saat memasuki program hamil, kami maksimalkan usaha dan doa. Bahkan, aku pun rutin membeli testpack tiap bulan. Bulan Desember
masih semangat, awal tahun baru juga masih berharap. Pokoknya semua cara baik perlu
dicoba, seperti yang disampaikan secara runtut oleh Ibupedia di artikel berikut https://www.ibupedia.com/artikel/konsepsi/26-hari-persiapan-program-hamil.
Habis gelap terbitlah terang. Pada bulan ke-5 setelah pernikahan
kami, tanda-tanda itu telah datang. Ketika aku mengisi acara seminar di luar kota,
tiba-tiba-layar gawaiku ada notifikasi. Jepretan foto itu menunjukkan dua garis
merah yang agak samar-samar. Mau teriak, takut heboh seruangan. “Istriku hamil” batinku. Alhamdulillah, dalam
hatiku merasa sangat lega setengah percaya. Senang dan haru, mungkin waktu itu
aku hampir meneteskan air mata juga. Aku ucapkan selamat dan terima kasih kepada
istriku atas kabar bahagia ini.
Sepulang dari luar kota, aku
mengecek surat keterangan dari bidan puskesmas yang telah memeriksa istriku.
Dia benar dinyatakan hamil. Kami bersyukur atas apa yang Allah berikan. Keluarga
dan orang-orang terdekat memberikan doa terbaik untuk perjalanan 9 bulan ke
depan.
Suami memberi perhatian seutuhnya
Ya, bersyukur adalah kunci
berharga atas apa yang didapat. Setelah dinyatakan 100% hamil, perhatianku kepada istri meningkat tajam. Kami ingin hari-hari selama kehamilan berjalan lancar nan bahagia. Untuk mewujudkan
istri bahagia saat hamil, tak lain ia sangat butuh perhatian.
Berikan perhatian seutuhnya. Menurutku,
urusan hamil bukan hanya tanggung jawab istri, tapi juga suami. Aku ingin
memastikan istriku melewati trimester pertama serta setelahnya dengan baik.
Komitmenku waktu itu adalah meluangkan waktu untuk pergi ke bidan puskesmas sebulan
sekali. Aku juga sering mengusap perut istriku, menyapa dedek bayi sepulang
kerja. Tujuannya, agar ia tahu bahwa aku adalah ayahnya, hehe. Hal nyata yang aku
lakukan adalah memijit istriku, terutama setelah aktivitas seharian.
Asupan makanan sehat untuk kehamilan istri
Makanan sehat, itu penting untuk istri dan
calon buah hati. Apa saja nutrisi terpenting yang harus dipenuhi? Dilansir dari https://www.ibupedia.com/artikel/kehamilan/10-cara-merawat-bayi-dalam-kandungan-agar-pintar disarankan untuk mengonsumsi makanan dengan kandungan asam lemak omega 3, vitamin B, zat besi, dan iodin. beberapa makanan yang mengandung zat tersebut adalah seperti pada gambar di bawah ini.
Dari berbagai referensi yang aku baca, nutrisi adalah hal esensial untuk menuju janin sehat. Ada baiknya, alokasikan sebagian uang bulanan untuk beli
protein hewani. Bersyukurnya, istri mudah makan segala jenis protein. Mulai
dari ayam, daging merah, ikan tuna, tongkol, kakap, udang, dan lainnya pernah
dicoba. Buah-buahan dan sayuran segar juga masuk daftar belanja harian kami. Apalagi
waktu istri ngidam lotek serta mangga, aku lega bisa menurutinya. Meski begitu,
tetap perlu hemat ya karena masih perlu menyiapkan biaya persalinan.
Bantu pekerjaan istri di rumah
Karena yang namanya orang hamil
pasti tidak boleh angkat beban berat, suami juga bisa membantu pekerjaan istri
di rumah. Semenjak istri hamil, aku jadi sadar bahwa selama ini telah
merepotkan istri untuk mengurus rumah. Maafkan aku, Sayang. Akhirnya aku membantu istri untuk cuci
baju, mengepel, dan bersih-bersih rumah. Kalau urusan masak, alhamdulillah
istri masih sangat semangat untuk berkreasi. Dengan membantu istri, itulah bukti cinta yang konkret, tidak mengada-ada. Ketika sudah totalitas. semua terasa ringan. Coba para calon ayah bisa buktikan ya.
Tetap mencintai dalam kondisi apapun
“Mas, trimester pertama sudah
lewat, semoga dedek bayi tetap sehat ya’, ucap istriku. Aku melihat semangat
istriku yang tegar pada bulan ke-6 kehamilan pertamanya. Aku juga melihat
perubahan fisik yang terjadi, dari berat badan di bawah 60 hingga menuju 70. Kata bu bidan, perubahan fisik pada istri hamil adalah hal yang wajar.
Aku tetap mencintai istriku. Ini kiat paling penting ya, agar semuanya
diberikan kelancaran. Aku ingat, bahwa trimester berikutnya masih banyak hal
yang perlu dijaga.
Hingga pada suatu saat, ketika usia
kehamilan sekitar 8 bulan, ada hal yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya
pun terjadi. Detak jantung bayi di atas kondisi normal, istri dirujuk ke rumah
sakit terdekat sesuai di fasilitas kesehatan. Bertemulah kami dengan
dokter Ami, dokter yang akhirnya melayani pemeriksaan istri sejak ada diagnosis
itu. Pada pemeriksaan selanjutnya, aku tidak lagi membawa istri ke puskesmas,
namun langsung ke rumah sakit itu. Atas saran yang diberikan dokter, secara
bertahap detak jantung sudah normal. Pada kondisi apapun, aku harus ada untuk istri. Ia prioritas utamaku.
Persiapan matang menuju persalinan
Masa 9 bulan kalau dipikir memang lama, kalau dijalani akan cepat. Persalinan kian dekat, suami
siaga perlu strategi cermat. Berhubung hari perkiraan lahir dipredikasi pada awal
Januari 2019, sejak awal Desember 2018 semua kebutuhan persalinan hingga setelahnya
sudah siap. Aku memastikan beberapa alternatif tempat untuk istri melahirkan. Dari faskes 1 hingga rumah sakit rujukan.
Tanggal 4 Januari 2019, istri mulai
merasakan kontraksi hebat, namun ternyata masih kontraksi palsu, belum secara
teratur. Dua hari setelahnya, akhirnya istri dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan tindakan. Baru pembukaan 1, masih belum ada
tanda-tanda pembukaan selanjutnya. Sejak Pkl 14.00 sampai 19.00 istri dilakukan
observasi untuk melihat perkembangannya. Istriku masih sempat salat Maghrib dan Isya.
Setelah salat Isya, baru semuanya terasa cepat. Istri sudah menunjukkan tanda-tanda
pembukaan 2 dan akhirnya Pkl 21.00 tim dokter mulai memberikan tindakan. Di dalam
ruangan itu, aku berjaga dan menemani istri, mendoakan yang terbaik untuk
istri. Alhamdulillah istri sudah sempat makan sehingga energinya maksimal.
Semua Allah mudahkan, sekitar Pkl
22.15 anak kami, Ahmad Hifzhi S.M lahir dengan persalinan normal. Kami bersyukur
dan lega, semua dilancarkan tanpa kurang apapun. Sungguh, pengalaman berharga
yang tak terlupakan, bisa menemani istri sejak awal hamil hingga melahirkan. “Sayang,
terima kasih atas perjuanganmu,” sambil kukecup pipi istriku dengan pancaran raut bahagia
pasca persalinan. Aku dan istriku juga mengucapkan terima kasih kepada
orang-orang yang telah memberikan dukungan dan doanya. Semoga anak kami sehat
dan menjadi insan bermanfaat.
Setelah lahiran
Peranku belum usai, ini baru awal
perjalanan kami dengan si kecil yang terlahir di dunia. Masih panjang cerita yang akan kami ukir untuk mendidik anak kami hingga dewasa. Yang terpenting, adalah kami harus tetap saling belajar menjadi orangtua. Untuk belajar, aku percayakan ke Ibupedia sebagai referensi terpercaya. Kawan-kawan, Ayah, dan Bunda dapat menyimak panduan singkat pada pranala berikut sebagai acuan: https://www.ibupedia.com/periode/kelahiran serta infografis mulai dari tips hamil di https://www.ibupedia.com/infografis.
Kehamilan bukan hanya urusan istri semata, ada tanggung jawab besar para suami untuk mendukung istri melalui masa kehamilan dengan bahagia. Ketika calon ayah dapat memberikan perhatian sejak anak masih dalam kandungan, rasa cintanya akan berlanjut hingga masa awal kelahiran hingga tumbuh kembang nanti. Tetap siaga pada situasi apapun, apalagi saat pandemi seperti ini. Teruntuk segenap pasangan yang sedang menanti buah hati, semoga semuanya dilancarkan. Salam hangat dari keluarga kami di Jogja. (Janu, Ana, Ahmad, dan calon adiknya kelak)
Tulisan ini diikutsertakan dalam Blog Competition Ibupedia 2021. Karya ini asli dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Foto dan dokumentasi adalah murni karya penulis. Semoga bermanfaat.
69 Comments. Leave new
Terima kasih, sangat bermanfaat.
Mantap mas, sangat menginspirasi
Mantap mas, sungguh menginspirasi sekali
Terima kasih Pak Ali…
Meski belum terbayangkan krn belum menikah haha. Tapi ini panduan yang cukup komprehensif buat persiapan. Mantapppp dan bermanfaat
Makasih Mas Ini udah mampir, moga bermanfaat ya…save dulu 😀
Barakallah Mas Janu, terimakasih berbagi cerita pengalamannya.
Wa fisik Barakallahu, makasih Mas Fikar…
Wahh makasii mas januu sangat bermanfaat, semoga saya ketemu jodoh biar bisa share tulisan ini hahahah
Itu yang paling penting mas. Terima kasih sudah mampir baca ya…
Sangat bermanfaat .. Alhamdulillah
alhamdulillah
Alhamdulillah, sangat bermanfaat..
Alhamdulillah
Wawww artikel seperti ini memang harus banyak ditulis dan disebarkan. Banyak para perempuan yg struggle sendiri karena keterlibatan suami blm optimal. Mungkin krn blm ada pengetahuan juga. Semoga tulisan ini bisa menggugah kesadaran. Terima kasih sdh menulis ini mas.
Terima kasih mba atas apresiasinya.. doa demikian juga ya.
Sepakat mas Damra….semoga dimudahkan
Iya Om Anas…lancar2 yak
Subhanallah..sebuah alur penulisan yang runtut..enak untuk dibaca..mudah dipahami..sangat bermanfaat bagi mereka yang masih awam dengan beragam solusi yang mudah dilaksanakan,keluarga bahagia idaman kita semua.
terima kasih
Keren sekali tulisannya
Barakallah pak Janu. kiat2 menjadi suami siaga sangat dibutuhkan oleh calon bapak seperti saya nantinya hehehe. Tetap menginspirasi pak.
terima kasih Pak Faat…sukses menjemput jodoh impian ya 😀
Makasih banyk kakk buat tulisannya yang benar benar mengedukasi dengan penggunaan gaya bahasa yang keren sehingga remaja kek aku jadi mudah buat memahami dan gampang menangkap pointnya
terima kasih mas
Masyaallah, sangat bermanfaat dan menginspirasi. Sukses dan semangat terus Mr. Janu. Ditunggu cerita inspiratif selanjutnya ya..
Terima kasi kunjungan Mr Ahsan, lancar dan berkah terus Mr.
Barakallah mas janu, terima kasih ilmunya
wa fiik barakallahu terima kasih Mas Adit…
Ana Janu Ahmad memang pasangan yang sangat menginspirasi, apalagi kami yang baru berumah tangga. Terimakasih Mr share ilmunya
Semoga bermanfaat ya Mr Sairil…semangat calon ayah!
Sangat bermanfaat banget mas janu penjelasanya. buat calon bapak seperti saya jadi lebih mantep jadi suami siaga utk kehamilan istri saya
Dengan senang hati Mas Juan. Semoga dilancarkan ya Mas. Semangat calon ayah!
Meskipun belum punya calon, saya jadi ada pengetahuan bagaimana mempersiapkan itu semua.. barakallah mas Janu.. 🙂
InsyaAllah, terima kasih mas. Wa fiik Barakallahu
Sangat menarik pembahasannya, bekal untuk menjadi calon ayah yg baik. Tetap semangat menulis Pak Janu
Terima kasih atas kunjungannya Pak Rizki. Semoga bermanfaat.
Artikel yang dangat bermanfaat, bisa jadi panduan buat ayah muda maupun calon ayah. Mantap
Terima kasih
mantap mas januuu, sharingnya sangat bermanfaat, ditunggu sharing-sharing lainnya mas januu
InsyaAllah ya, makasih…
Selalu berkesan dan menginspirasi… Sukses mas Janu.
Aamiin, terima kasih mas Amri sudah mampir ke tulisan ini ya 🙂
super sekali…. luar biasa. InsyaAllah bisa dipraktekkan utk keharmonisan Rumah Tangga
Moga bermanfaat ya
Semangat sukses selalu
Aamiin 🙂
Sungguh sangat membantu sekali informasi ya disuguhkan
Aamiin, terima kasih udah mampir ke tulisan ini ya 🙂
Luarbiasa Inspirasi nya mas janu.. TOP!
Aamiin, terima kasih udah mampir ke tulisan ini ya 🙂
Sepakat sekali perlu ada kerjasama antara suami dan istri.
Hehe, siap bang Royan
Bisa nih disimpan, besok-besok dibaca-baca lagi dan diterapkan. Haha
Nah, moga bermanfaat pak…
Terima kasih mba Gartika
wah romantis ya kalau sama istri saling memahami…
hehe, makasih pak Eko 😀
wah romantis ya kalau sama istri saling memahami…
Terima kasih infonya, semangat
pengalaman pribadi tidak bisa menjadi suami yang siaga karena ada tugas negara yang harus dipikul tidak mungkin bisa pulang, namun kedepan diusahakan bisa menjadi suami siaga
Saya sangat setuju dengan atikel di atas, pasalnya memang Suami harus selalu siap siaga saat Istri Hamil hingga melahirkan.
Wah mantap nih Mas Janu! Perhatian sekali dengan istri dan anak. Semoga sehat selalu, yaa. Ditunggu sharing berikutnya!
Mas Janu So sweet banget si..care banget sm Mbak Sulis…
Benar banget Mas. Tugas suami itu ya mendampingi keluarganya. Pak Faisal Sundani, pakar parenting pun blg, bahwa ayah adalah pekerjaan utama kita, nah pekerjaan sampingannya adalah di kantor. Jadi jangan dibalik.
Ayah tugas utamanya menopang iman anak2nya br diiringi dg nafkah. Krn kelak ketika hari akhir itulah yg ditanyakan. Apa tanggung jawabmu terhadap keluarga. Bukan soal berapa gajimu di kantor dl.
Bahagia selalu mas Janu dan keluarga. Salam untuk istri dan anak, ya..
Benar sekali bapak, tugas seorang Bapak menurutku ga cuma cari nafkah aja. Oiya satu lagi kalau boleh saran. Jadi Ayah ASI yang selalu support istrinya agar lulus mengASIhi selama 2 tahun. Salam buat keluarga.
Perlu diterapkan nih, kelak kalau sudah berumah tangga hehe
Suami siaga itu yang selalu diharapkan bagi istri. Apalagi yang mau melahirkan, momen itulah yang tidak bisa dilewati istri sendirian.
Bagus mas tulisannya, bisa jadi panduan buat suami² di luar yg sedang harap-harap cemas menanti buah hati.
Dukungan suami sangat penting. Bukan hanya menyiapkan kehamilan hingga ananda lahir, namun terus berlanjut hingga anak dewasa. Ibu yang paling direpotkan dengan segala polah abak, namun semua kerepotan akan terasa ringan bila ada dukungan, perhatian dan ukuran tangan dari suami
Makasi banget kak. Berguna nih buat suami. Ntar tak kasih tau hehe