“Hidup adalah serangkaian perjalanan yang telah digariskan oleh-Nya. Proses yang terjadi selama perjalanan hidup hendaknya memberikan pembelajaran untuk pendewasaan diri.”
(Janu Muhammad)
Tahun 1993 telah lahir di dunia, seorang anak laki-laki. Atas izin Allah, dia terlahir dari rahim seorang ibu sholehah dengan selamat. Bayi itu diberi nama “Janu Muhammad”, diambil dari bulan kelahiran Januari dan nama nabi terakhir dalam Islam.Semenjak itu ia dirawat oleh kedua orang tuanya, yang selalu memberi kasih sayang dan cinta. Ia diajari doa-doa harian menjelang tidur, kisah para nabi, ataupun hafalan surat. Itu dilakukan ketika menjelang tidur, ketika orang tuanya telah usai mencari nafkah di pasar.

Ia tumbuh menjadi anak seperti pada umumnya, bermain, menangis, pemalu, menjadi kesehariannya. Semasa di TK ABA Kendangan ia sering minder, merasa malu, dan tidak berani bicara. Namun lambat laut sirna, ketika ia berani tampil di pentas perpisahan sekolah. Ia lulus dengan membuat bangga sekolah.
Semasa di SD Negeri Dalangan, ia mulai menjadi anak yang mendengar nasihat-nasihat orang tua. Ia sudah tidak diantar ke sekolah, ia mulai mengaji di TPA saat kelas 2. Awalnya malu dan menangis. Alhamdulillah selanjutnya menjadi percaya diri dan mau belajar dengan teman-temannya. Ia sering masuk 3 besar di kelas, sebuah pencapaian terbaik pernah menjadi juara lomba matematika tingkat Kecamatan Sleman. Ia lulus dari sekolah dasar dengan predikat juara pertama, ia masuk secara cuma-cuma tanpa tes di SMP N 1 Sleman.
Ketika di SMP, kepribadian dan rasa ingin tahu mulai tumbuh. Ia ingin membuka wawasan. Akhirnya ia mengikuti OSIS, pleton inti, Dewan Penggalang, dan ekstrakurikuler seni lukis. Ia mencoba melatih diri dengan mengikuti lomba. Ia pernah memenangkan beberapa cabang lomba baris-berbaris dan pramuka. Ia bersyukur, rasa ingin tahu itu akhirnya tersalurkan melalui organisasi. Menjelang ujian nasional, ia berjuang mendapatkan nilai terbaik. Sampai akhirnya rata-rata UAN 9,238 mengantarkannya diterima di sekolah impian SMA Negeri 2 Yogyakarta. Ia berada di peringkat 6 teratas.
Sebuah pembelajaran hidup telah ia dapatkan ketika di SMP, dengan berorganisasi dan disiplin akademik. Ketika di SMADA, rasa haus untuk menguji kompetensi diri tumbuh kembali. Ia mengikuti beberapa organisasi intra dan ekstra sekolah. Rohis, KIR, MPK, Tonti, dan organisasi lainnya setidaknya menjadi pengalaman berharga kala itu. Hingga ia dinobatkan menjadi terbaik ke-2 peraih nilai plus di sekolah, hadiah bebas SPP 3 bulan menjadi sesuatu yang tidak akan ia lupakan. Menjelang 2011 awal, kapal yang ia naiki segera menuju pelabuhan selanjutnya. Ia diterima di Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta melalui SNMPTN Undangan.

Awalnya, kecewa berat karena mimpinya menjadi mahasiswa gadjah mada gagal. Ia berbenah, lebih tepatnya move on. Ia memanfaatkan kesempatan yang ada, kuliah, riset, dan organisasi. Ia sempatkan menulis cerita perjalanan di blog ataupun secarik kertas. Ia mencoba bersyukur, karena di luar sana ia yakin masih banyak pemuda yang belum diberi kesempatan kuliah. Hingga buah prestasi dan dedikasi terus ia bangun, demi melihat orang tuanya tersenyum untuk bangga mempunyai putra pertamanya itu.
Saat ini pun ia mulai memasuki semester akhir, kapal segera berangkat ke pelabuhan selanjutnya. Sebuah perjalanan hidup yang ia rasakan telah membuka mata hatinya, bahwa hidup adalah bersyukur, bahwa hidup adalah berbagi, bahwa hidup adalah bermanfaat, dan hidup adalah semangat.
Ia pun masih menyalakan mimpi besarnya, untuk dapat mencicipi kuliah di luar negeri suatu saat nanti dan kembali ke tanah air untuk menjadi pendidik. insyaAllah…


“Hidup tidak selamanya indah, ada suka dan duka dalam setiap perjuangan. Mereka yang sabar, mereka yang berprasangka baik kepada Allah, yang akan mencapai garis finish dengan senyuman. Mereka akan sadar bahwa proses pembelajaran dalam hidup telah mendewasakan diri, bahwa perjuangan harus terus berlanjut sampai akhir hayat.”
