Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang senantiasa memberikan nikmat-Nya, menjadikan siang berganti malam, dan memberikan hujan pada pagi hari ini. Semoga shalawat serta salam tetap tercurah kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam sebagai sebaik-baik suri teladan bagi umat.
Sebagai seorang muslim, pada setiap pergantian waktu akan sangat berharga jika dimaknai sebagai sebuah refleksi, introspeksi, atau perenungan. Tentu ada pelajaran yang dapat diambil dari perjelanan sebelumnya. Termasuk saaat-saat tahun baru seperti ini.
“Bukanlah inti masalah ada pada kapan tahun baru usai dan menjelang, akan tetapi yang menjadi inti masalah adalah dengan apa kita dahulu mengisi tahun yang telah berlalu itu dan bagaimana kita akan hiasi tahun yang akan datang.”
Dalam menyongsong tahun baru (Hijriyyah), seorang mukmin adalah
sosok insan yang suka tafakkur (berpikir) dan tadzakkur (merenung)”. Berikut saya share dari website muslim.or.id bagaimana seharusnya seorang muslim memaknai tahun baru :
sosok insan yang suka tafakkur (berpikir) dan tadzakkur (merenung)”. Berikut saya share dari website muslim.or.id bagaimana seharusnya seorang muslim memaknai tahun baru :
Tafakkur (berpikir) yang pertama, yaitu tafakkur hisab (intropeksi)
Dia memikirkan dan menghitung-hitung amalannya di tahun yang telah silam, lalu dia teringat (tadzakkur) akan dosa-dosanya, hingga hatinya menyesal, lisannya pun beristighfar memohon ampun kepada Rabbnya.
Tafakkur yang kedua, yaitu tafakkur isti’daad (persiapan)
Dia mempersiapkan ketaatan pada hari-harinya yang menjelang, sembari
memohon pertolongan kepada Tuhannya,agar bisa mempersembahkan ibadah
yang terindah kepada Sang Penciptanya, terdorong mengamalkan prinsip
hidupnya yang terdapat dalam ayat,
memohon pertolongan kepada Tuhannya,agar bisa mempersembahkan ibadah
yang terindah kepada Sang Penciptanya, terdorong mengamalkan prinsip
hidupnya yang terdapat dalam ayat,
{إياك نعبد وإياك نستعين }
“Hanya kepada-Mulah, kami beribadah dan hanya kepada-Mulah kami menyembah”.
(Olah artikel Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaili, dalam halaman web http://www.al-rehaili.net/rehaili/index.php?page=article&action=article&article=23).
Bukankah hidup ini hakikatnya adalah perjalanan?
Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كلّ الناسِ يغدو؛ فبائعٌ نَفسَه فمُعتِقها أو موبِقها
“Setiap hari, semua orang melanjutkan perjalanan hidupnya, keluar
mempertaruhkan dirinya. Ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang
mencelakakannya” (Hadits Riwayat Imam Muslim).
mempertaruhkan dirinya. Ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang
mencelakakannya” (Hadits Riwayat Imam Muslim).
Tujuan hidup seorang Muslim
Sesungguhnya seorang Muslim, ketika meniti perjalanan hidupnya
memiliki tujuan. Ia melakukan perjalanan hidupnya agar dapat mengenal
siapa Allah. Dengan mengetahui nama, sifat, dan perbuatan-Nya. Inilah
tujuan perjalanan hidup yang pertama ma’rifatullah (dalilnya: QS.Ath-Thalaaq: 12). Kemudian dia iringi ma’rifatullah itu dengan ‘Ibadatullah (beribadah
dan ta’at kepada Allah). Dan inilah tujuan perjalanan hidup yang kedua
bagi seorang Muslim, yaitu agar dia bisa beribadah hanya kepada-Nya saja
dengan benar (dalilnya QS.Adz-Dzaariyaat : 56), ia persembahkan jiwa
raganya untuk Allah.
memiliki tujuan. Ia melakukan perjalanan hidupnya agar dapat mengenal
siapa Allah. Dengan mengetahui nama, sifat, dan perbuatan-Nya. Inilah
tujuan perjalanan hidup yang pertama ma’rifatullah (dalilnya: QS.Ath-Thalaaq: 12). Kemudian dia iringi ma’rifatullah itu dengan ‘Ibadatullah (beribadah
dan ta’at kepada Allah). Dan inilah tujuan perjalanan hidup yang kedua
bagi seorang Muslim, yaitu agar dia bisa beribadah hanya kepada-Nya saja
dengan benar (dalilnya QS.Adz-Dzaariyaat : 56), ia persembahkan jiwa
raganya untuk Allah.
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
(162) “Katakanlah sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
لَا شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
(163) “Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama
menyerahkan diri (kepada Allah)” (QS. Al-An’aam:162-163).
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama
menyerahkan diri (kepada Allah)” (QS. Al-An’aam:162-163).
Akhir perjalanan hidup seorang Muslim
Demikianlah kehidupan seorang Muslim terus melakukan perjalanan
hidup, berpindah dari satu bentuk ibadah ke bentuk ibadah yang lainnya,
baik dengan ibadah lahiriyah, hati, maupun keduanya, tanpa
henti-hentinya.
hidup, berpindah dari satu bentuk ibadah ke bentuk ibadah yang lainnya,
baik dengan ibadah lahiriyah, hati, maupun keduanya, tanpa
henti-hentinya.
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu sesuatu yang diyakini (ajal)” (QS. Al-Hijr: 99).
Adapun akhir perjalanan adalah surga, di dalamnyalah tempat
peristirahatan muslim yang abadi, istirahat dari letihnya perjalanan
sewaktu di dunia dahulu, menikmati kenikmatan yang tidak pernah dilihat
mata, tak pernah didengar telinga, dan tak pernah terbetik dalam hati
manusia.
peristirahatan muslim yang abadi, istirahat dari letihnya perjalanan
sewaktu di dunia dahulu, menikmati kenikmatan yang tidak pernah dilihat
mata, tak pernah didengar telinga, dan tak pernah terbetik dalam hati
manusia.
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada
surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa” (QS.Ali ‘Imran : 133).
surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa” (QS.Ali ‘Imran : 133).
Lebih dari itu, ia akan merasakan kenikmatan tertinggi, yaitu bisa melihat wajah Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman,
لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ فِيهَا وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ
”Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya” (QS.Qaaf : 35). (Olah dari artikel Syaikh Abdur Razzaq, dalam halaman web http://al-badr.net/detail/OYHpkq7Dav5t).
Ironis
Negara kita yang tercinta ini, dengan penduduk yang mayoritas kaum
muslimin, yang seharusnya memiliki prinsip dan sikap seperti apa yang
telah disebutkan di atas ternyata setiap malam tahun baru masehi, di
setiap kota besar khususnya, marak bermunculan acara-acara besar untuk
merayakan tahun baru tersebut. Dan jujur kita katakan, bahwa barangkali
tidak ada satu pun dari acara-acara tersebut yang terbebas dari
kemaksiatan. Bahkan, mungkin Anda bergumam Bukan hanya maksiat, tapi juga menelan dana yang besar.
muslimin, yang seharusnya memiliki prinsip dan sikap seperti apa yang
telah disebutkan di atas ternyata setiap malam tahun baru masehi, di
setiap kota besar khususnya, marak bermunculan acara-acara besar untuk
merayakan tahun baru tersebut. Dan jujur kita katakan, bahwa barangkali
tidak ada satu pun dari acara-acara tersebut yang terbebas dari
kemaksiatan. Bahkan, mungkin Anda bergumam Bukan hanya maksiat, tapi juga menelan dana yang besar.
Coba renungkan, berapa puluh milyar anggaran yang dikeluarkan untuk
menyambut tahun baru di ibu kota negara maupun kota-kota provinsi?
Dengan biaya itulah, ratusan panggung “hiburan” di berbagai penjuru
kota-kota besar justru difasilitasi secara resmi dengan segala hingar
bingarnya yang didukung dengan besarnya dana. Uang pun
dihambur-hamburkan untuk menghiasi jalan-jalan kota, “pesta” terompet,
mercon, dan kembang api.
menyambut tahun baru di ibu kota negara maupun kota-kota provinsi?
Dengan biaya itulah, ratusan panggung “hiburan” di berbagai penjuru
kota-kota besar justru difasilitasi secara resmi dengan segala hingar
bingarnya yang didukung dengan besarnya dana. Uang pun
dihambur-hamburkan untuk menghiasi jalan-jalan kota, “pesta” terompet,
mercon, dan kembang api.
Berbagai bentuk kemaksiatan pun dapat mudah ditemukan di banyak
tempat, bukan hanya di tengah kota, jalan besar, taman kota, hotel, dan
kafe. Sampai-sampai di sebagian lapangan desa dan jalan kampung pun,
tidak jarang kemaksiatan mudah ditemukan di malam tahun baru masehi itu.
tempat, bukan hanya di tengah kota, jalan besar, taman kota, hotel, dan
kafe. Sampai-sampai di sebagian lapangan desa dan jalan kampung pun,
tidak jarang kemaksiatan mudah ditemukan di malam tahun baru masehi itu.
Pertanyaannya:
Kapan kemaksiatan-kemaksiatan itu dan pemborosan tersebut terjadi?
“Hanya di satu malam saja.”
Dimana terjadinya ?
“Di negara kaum muslimin ini.”
Padahal kemaksiatan hakikatnya adalah musibah yang menimpa agama
seorang muslim, sedangkan pemborosan uang adalah musibah yang menimpa
dunianya. Kita berlindung kepada Allah dari terkena musibah yang menimpa
agama dan dunia kita, amiin.
seorang muslim, sedangkan pemborosan uang adalah musibah yang menimpa
dunianya. Kita berlindung kepada Allah dari terkena musibah yang menimpa
agama dan dunia kita, amiin.
—
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukkasyah
www.muslim.or.id