“Selama program
homestay di Brisbane,Queensland ini banyak peristiwa baru yang saya alami.
Mulai dari yang endingnya senang, was-was, sedih, mengharukan, sampai
pengalaman memalukan (bukan memilukan ya). Kali ini saya mau cerita salah satu
pengalaman yang merupakan kombinasinya.”
homestay di Brisbane,Queensland ini banyak peristiwa baru yang saya alami.
Mulai dari yang endingnya senang, was-was, sedih, mengharukan, sampai
pengalaman memalukan (bukan memilukan ya). Kali ini saya mau cerita salah satu
pengalaman yang merupakan kombinasinya.”
Kemarin, Rabu 19 November 2014 saya
berencana mau ada agenda kunjungan ke lahan pertanian ala suku Aborigin dan pertanian
modern. Itu pagi sampai siangnya, untuk sorenya mau ke city ketemu mas Andri,
salah satu pelajar jurusan geografi di University
of Queensland. Paginya, saya melihat langit sepertinya hari ini tidak
terlalu panas. Tidak tahu kenapa cuaca hari itu beda, padahal hari-hari
sebelumnya bisa mencapai 35 derajat celcius. Kalau sudah panas seperti itu, di
kamar pun serasa sauna. Entah ini efek climate
change atau memang sudah kehendak Yang Maha Kuasa. Sekitar Pkl 11 saya
menunggu Gwenda yang baru ada agenda di luar. Untuk mengisi waktu kosong, saya
sempatkan ngeblog dulu sama nyuci baju. Sampai Pkl 12.00 Gwenda juga belum
pulang. Hati mulai nge-galau karena sepertinya langit di atas akan segera
memuntahkan airnya. Kepulan awan hitam ada di sekitar kota Brisbane, dan
berpotensi pindah ke sini.
berencana mau ada agenda kunjungan ke lahan pertanian ala suku Aborigin dan pertanian
modern. Itu pagi sampai siangnya, untuk sorenya mau ke city ketemu mas Andri,
salah satu pelajar jurusan geografi di University
of Queensland. Paginya, saya melihat langit sepertinya hari ini tidak
terlalu panas. Tidak tahu kenapa cuaca hari itu beda, padahal hari-hari
sebelumnya bisa mencapai 35 derajat celcius. Kalau sudah panas seperti itu, di
kamar pun serasa sauna. Entah ini efek climate
change atau memang sudah kehendak Yang Maha Kuasa. Sekitar Pkl 11 saya
menunggu Gwenda yang baru ada agenda di luar. Untuk mengisi waktu kosong, saya
sempatkan ngeblog dulu sama nyuci baju. Sampai Pkl 12.00 Gwenda juga belum
pulang. Hati mulai nge-galau karena sepertinya langit di atas akan segera
memuntahkan airnya. Kepulan awan hitam ada di sekitar kota Brisbane, dan
berpotensi pindah ke sini.
Akhirnya Pkl 12.30 Gwenda pulang. “Hi Gwenda, what about our planning to visit
farm ?” Langsung saja Gwenda menjawab, “Yes,
we have to leave after our lunch.” Siang itu juga kami makan siang, saya
melanjutkan sholat Dzhuhur dan akhirnya ke pertanian. Ketika di sana, saya
kagum dengan kebun sayuran dan buah-buahan di sana, benar-benar fresh tanpa
bahan kimia. Rata-rata pakai kompos dari daun-daunan, bahkan ada pupuk kandang.
Salah satu hal menariknya adalah berbagai tanaman yang harusnya tumbuh di
dataran tinggi ternyata bisa tumbuh di sini, seperti strawberry yang saya makan
itu. Pembatas tanaman biar tidak campur terbuat dari Koran bekas, semuanya
serba barang recycle. Beberapa menit kemudian kami melanjutkan perjalanan ke
Walkabout Creek, sejenis hutan konservasi untuk menyelamatkan satwa-satwa yang
hampir punah. Kami melihat kangguru, platypus, berbagai ular, berbagai burung endemic
Australia, dan beberapa jenis ikan. Tempatnya nyaman karena di tengah
pohon-pohon, terawatt, dan tentunya membuka wawasan baru bagi saya. Setelah
mengeksplorasi berbagai sudut akhirnya kami memutuskan pulang. Setibanya di
rumah sekitar Pkl 16.30 dan saya langsung sholat Ashar.
farm ?” Langsung saja Gwenda menjawab, “Yes,
we have to leave after our lunch.” Siang itu juga kami makan siang, saya
melanjutkan sholat Dzhuhur dan akhirnya ke pertanian. Ketika di sana, saya
kagum dengan kebun sayuran dan buah-buahan di sana, benar-benar fresh tanpa
bahan kimia. Rata-rata pakai kompos dari daun-daunan, bahkan ada pupuk kandang.
Salah satu hal menariknya adalah berbagai tanaman yang harusnya tumbuh di
dataran tinggi ternyata bisa tumbuh di sini, seperti strawberry yang saya makan
itu. Pembatas tanaman biar tidak campur terbuat dari Koran bekas, semuanya
serba barang recycle. Beberapa menit kemudian kami melanjutkan perjalanan ke
Walkabout Creek, sejenis hutan konservasi untuk menyelamatkan satwa-satwa yang
hampir punah. Kami melihat kangguru, platypus, berbagai ular, berbagai burung endemic
Australia, dan beberapa jenis ikan. Tempatnya nyaman karena di tengah
pohon-pohon, terawatt, dan tentunya membuka wawasan baru bagi saya. Setelah
mengeksplorasi berbagai sudut akhirnya kami memutuskan pulang. Setibanya di
rumah sekitar Pkl 16.30 dan saya langsung sholat Ashar.
Ternyata hujan akhirnya turun, senangnya.
Alhamdulillah, ini kali pertama saya melihat hujan di Australia secara
langsung, berharap dengan doa agar memberi manfaat untuk kehidupan di bumi. Saya
ingat, bahwa nanti malamnya akan ada ketemuan dengan mas Andri. Perasaan
khawatir mulai menyelimuti. Hujan yang awalnya hanya gerimis menjadi deras.
Sekitar Pkl 17.30 baru usai. Saya pun diantar Gwenda menuju bust stop untuk menunggu bus nomor 385.
Perasaan galau kembali muncul ketika sudah lebih dari 20 menit saya belum dapat
bus. Padahal, jadwal sebenarnya Pkl 18.05 sudah ada busnya. Tiba-tiba terbersit
pikiran, “Kok jadi ingat pesan Gwenda ya kalau biasanya setelah hujan ada saja
problem tentang transportasi.” Saya mencoba mengkaitkan dengan jam operasional
bus yang saat itu tidak berlaku. Sembari menunggu, saya ambil beberapa gambar
di Waterworks Road. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya bus Tranlink nomor
385 datang. Tapi di kaca tertuliskan “Not in service”. Kaget, sedih, dan
bingung bagaimana. Pak driver atau supirnya tidak membukakan pintu dan melarang
masuk, “Sakitnya tuh di sini”,” ikut-ikutan bahasa anak muda zaman sekarang. Lalu saya menunggu lagi dan ternyata…”surprised” si driver mengizinkan saya
masuk dan akan mengantarkan sampai sekitar Ashgrove, padahal baru tidak
beroperasi karena aka nada pergantian driver. “Thank you so much for your kindness,” kata saya. Setelah beberapa
ratus meter dan menemui beberapa halte, pak supirnya juga menawarkan kepada
calon penumpang apakah mau tidak diantar tapi tidak sampai city, gratis.
Akhirnya mereka masuk dan bergabung dengan kami. Ini drivernya baik ya, tidak
seperti pas awal dulu ketika saya tersesat karena teledor salah alamat dan
akhirnya turun dengan paksa. Kejadian awal dulu itu memberi pelajaran bagi saya
untuk setiap saat sedia google map, tidak bisa mengandalkan kebaikan driver.
Itu kalau pas drivernya baik ya kita merasa nyaman, tapi kalau ketemu driver
yang tidak seramah driver ini ya…siap-siap mental saja karena didiemin ketika
tanya.
Alhamdulillah, ini kali pertama saya melihat hujan di Australia secara
langsung, berharap dengan doa agar memberi manfaat untuk kehidupan di bumi. Saya
ingat, bahwa nanti malamnya akan ada ketemuan dengan mas Andri. Perasaan
khawatir mulai menyelimuti. Hujan yang awalnya hanya gerimis menjadi deras.
Sekitar Pkl 17.30 baru usai. Saya pun diantar Gwenda menuju bust stop untuk menunggu bus nomor 385.
Perasaan galau kembali muncul ketika sudah lebih dari 20 menit saya belum dapat
bus. Padahal, jadwal sebenarnya Pkl 18.05 sudah ada busnya. Tiba-tiba terbersit
pikiran, “Kok jadi ingat pesan Gwenda ya kalau biasanya setelah hujan ada saja
problem tentang transportasi.” Saya mencoba mengkaitkan dengan jam operasional
bus yang saat itu tidak berlaku. Sembari menunggu, saya ambil beberapa gambar
di Waterworks Road. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya bus Tranlink nomor
385 datang. Tapi di kaca tertuliskan “Not in service”. Kaget, sedih, dan
bingung bagaimana. Pak driver atau supirnya tidak membukakan pintu dan melarang
masuk, “Sakitnya tuh di sini”,” ikut-ikutan bahasa anak muda zaman sekarang. Lalu saya menunggu lagi dan ternyata…”surprised” si driver mengizinkan saya
masuk dan akan mengantarkan sampai sekitar Ashgrove, padahal baru tidak
beroperasi karena aka nada pergantian driver. “Thank you so much for your kindness,” kata saya. Setelah beberapa
ratus meter dan menemui beberapa halte, pak supirnya juga menawarkan kepada
calon penumpang apakah mau tidak diantar tapi tidak sampai city, gratis.
Akhirnya mereka masuk dan bergabung dengan kami. Ini drivernya baik ya, tidak
seperti pas awal dulu ketika saya tersesat karena teledor salah alamat dan
akhirnya turun dengan paksa. Kejadian awal dulu itu memberi pelajaran bagi saya
untuk setiap saat sedia google map, tidak bisa mengandalkan kebaikan driver.
Itu kalau pas drivernya baik ya kita merasa nyaman, tapi kalau ketemu driver
yang tidak seramah driver ini ya…siap-siap mental saja karena didiemin ketika
tanya.
Bekeliling ke kebun
dan memetik strawberry
dan memetik strawberry
Akhirnya kami turun di dekat Ashgrove
dan berpisah dengan driver baik itu, terimakasih bapak. Kami memberikan tepuk
tangan meriah di bus sebagai bentuk apresiasi atas kebaikan beliau. Saya dan
penumpang lainnya menunggu bisa 385 yang menuju city. Setelah sekitar 5 menit
akhirnya bus datang dan saya sampai di King George Station. “Wah, banyak banget
yang antre bus,” ucap dalam hati ketika turun di stasiun. Ternyata alasannya
adalah karena terganggunya sistem informasi setekah adanya hujan disertai badai
kecil sore tadi. Tiba-tiba saya dikabari kalau mas Andri berhalangan datang
karena terjebak macet di dekat kampus. Saya juga heran di sini sering banget
macet, ya karena memang banyak mobil. Bedanya kalau dengan Jakarta, di sini
tidak ada tukang ojek yang bisa mengantar kita ketika mobil macet. Adanya ya
menunggu di dalam mobil atau pergi ke kedai kopi dulu.
dan berpisah dengan driver baik itu, terimakasih bapak. Kami memberikan tepuk
tangan meriah di bus sebagai bentuk apresiasi atas kebaikan beliau. Saya dan
penumpang lainnya menunggu bisa 385 yang menuju city. Setelah sekitar 5 menit
akhirnya bus datang dan saya sampai di King George Station. “Wah, banyak banget
yang antre bus,” ucap dalam hati ketika turun di stasiun. Ternyata alasannya
adalah karena terganggunya sistem informasi setekah adanya hujan disertai badai
kecil sore tadi. Tiba-tiba saya dikabari kalau mas Andri berhalangan datang
karena terjebak macet di dekat kampus. Saya juga heran di sini sering banget
macet, ya karena memang banyak mobil. Bedanya kalau dengan Jakarta, di sini
tidak ada tukang ojek yang bisa mengantar kita ketika mobil macet. Adanya ya
menunggu di dalam mobil atau pergi ke kedai kopi dulu.
Saya pun melanjutkan perjalanan ke
Brisbane City Hall, menikmati malam-malam akhir di Brisbane. Terlihat banyak
orang yang antre menunggu bus, pemandangan di sekitar city hall mala mini benar-benar
beda. Saya yakin ini juga karena efek sementara adanya hujan sore tadi, sistem
transporasi yang mudah terganggu. Saya melanjutkan langkah menuju Australian
Tourism, sebuah took oleh-oleh favorit saya. Di sana saya beli souvenir jam
dengan bingkai benua Australia dua, titipan teman. Harganya untuk dua buah
sebesar 24 dollar. Saya juga membeli sepaket gantungan kunci seharga 5 dollar.
Total belanja 29 dollar. Sebenarnya pengin beli yang lain, tapi jadi ingat
kantong dan kuota bagasi.
Brisbane City Hall, menikmati malam-malam akhir di Brisbane. Terlihat banyak
orang yang antre menunggu bus, pemandangan di sekitar city hall mala mini benar-benar
beda. Saya yakin ini juga karena efek sementara adanya hujan sore tadi, sistem
transporasi yang mudah terganggu. Saya melanjutkan langkah menuju Australian
Tourism, sebuah took oleh-oleh favorit saya. Di sana saya beli souvenir jam
dengan bingkai benua Australia dua, titipan teman. Harganya untuk dua buah
sebesar 24 dollar. Saya juga membeli sepaket gantungan kunci seharga 5 dollar.
Total belanja 29 dollar. Sebenarnya pengin beli yang lain, tapi jadi ingat
kantong dan kuota bagasi.
Bus 385 dengan driver baik |
Berhubung sudah malam dan saya ada janji dinner dengan host
family, sekitar Pkl 19.45 saya menuju King George Station. Saya berharap segera
dapat bus menuju The Gap. Namun apa yang terjadi, what ? Saya mengantri seperti
antrean di pom bensin. Sekitar 20 menit menunggu. Ini yang membuat saya kurang
nyaman karena dinner malam ini gagal. Saya menelepon Tom di rumah dan
menyampaikan permintaan maaf karena bus belum kunjung datang. Akhirnya dia
memaklumi dan tidak lama kemudian saya dapat bus. Selama perjalanan pulang saya
merefleksikan perjalanan hari ini. Saya menemui banyak orang baik hari ini,
mulai dari Gwenda yang di usianya yang menuju 90 tahun amsih tetap mau menemani
Janu ke farm sama creek, dan tentunya kebaikan driver Translink yang membuka
mata hati saya bahwa ada sisi-sisi kemanusiaan yang akhirnya muncul ketika
orang lain membutuhkan bantuan. Sebenarnya menurut aturan pengoperasian bus,
ketika memang tidak dalam pelayanan ya tidak boleh mengangkut penumpang. Tetapi
ya, Alhamdulillah ketika hati dan perasaan bicara maka semua akan diutamakan. Saya
pun belajar tentang kesabaran menunggu, menunggu bus ke kota dan menunggu bus
pulang, benar-benar di luar dugaan, yang pada akhirnya pertemuan saya dengan
mas Andri tertunda sampai waktu yang belum diketahui kapan bisa bertemu lagi. Hujan tadi sore mungkin telah memperngaruhi sistem
pelayanan transportasi di Brisbane hari ini, ada sebagian orang yang kecewa. Tetapi
saya coba tetap bersyukur, ada pembelajaran baru yang saya dapatkan berkat
hujan pertama itu di sini.
family, sekitar Pkl 19.45 saya menuju King George Station. Saya berharap segera
dapat bus menuju The Gap. Namun apa yang terjadi, what ? Saya mengantri seperti
antrean di pom bensin. Sekitar 20 menit menunggu. Ini yang membuat saya kurang
nyaman karena dinner malam ini gagal. Saya menelepon Tom di rumah dan
menyampaikan permintaan maaf karena bus belum kunjung datang. Akhirnya dia
memaklumi dan tidak lama kemudian saya dapat bus. Selama perjalanan pulang saya
merefleksikan perjalanan hari ini. Saya menemui banyak orang baik hari ini,
mulai dari Gwenda yang di usianya yang menuju 90 tahun amsih tetap mau menemani
Janu ke farm sama creek, dan tentunya kebaikan driver Translink yang membuka
mata hati saya bahwa ada sisi-sisi kemanusiaan yang akhirnya muncul ketika
orang lain membutuhkan bantuan. Sebenarnya menurut aturan pengoperasian bus,
ketika memang tidak dalam pelayanan ya tidak boleh mengangkut penumpang. Tetapi
ya, Alhamdulillah ketika hati dan perasaan bicara maka semua akan diutamakan. Saya
pun belajar tentang kesabaran menunggu, menunggu bus ke kota dan menunggu bus
pulang, benar-benar di luar dugaan, yang pada akhirnya pertemuan saya dengan
mas Andri tertunda sampai waktu yang belum diketahui kapan bisa bertemu lagi. Hujan tadi sore mungkin telah memperngaruhi sistem
pelayanan transportasi di Brisbane hari ini, ada sebagian orang yang kecewa. Tetapi
saya coba tetap bersyukur, ada pembelajaran baru yang saya dapatkan berkat
hujan pertama itu di sini.
Menunggu bus untuk pulang |
Brisbane, 20 November 2014
Janu Muhammad