Sepintas judul di atas terkesan agak menyentil, tetapi semoga tulisan ini bisa menjawab pertanyaan anak muda dan pembaca sekalian. Mari kita simak bersama-sama.
Apakah Anda pernah berkunjung ke Yogyakarta? Jika jawabannya iya, pertanyaan selanjutnya adalah, “Singgah ke mana saja?” Apakah mengunjungi Keraton Yogyakarta? Berdasarkan Executive Summary Analisis Belanja Wisatawan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2018 Dinas Pariwisata DIY, daya tarik wisatawan yang mengunjungi wisata budaya Keraton Yogyakarta sebesar 27,43%. Artinya, lebih dari seperempat dari total wisatawan yang mengunjungi wisata budaya di DIY pernah ke Keraton Yogyakarta. Jumlah pengunjung Keraton Yogyakarta dari tahun ke tahun tentu ditargetkan mengalami peningkatan. Sebenarnya apa yang menjadi tantangan Keraton Yogyakarta saat ini dan bagaimana menjaga eksistensinya?
Keraton Yogyakarta Menjadi Pilihan Wisatawan |
Di zaman yang serba digital ini, mulai bermunculan objek wisata baru di Yogyakarta. Mulai dari wisata alam, wisata edukasi, wisata kuliner dan lain sebagainya. Tempat wisata budaya di Yogyakarta yang telah lama populer seperti Keraton Yogyakarta kini harus bisa menjawab tuntutan perkembangan teknologi informasi yang menjadi kebutuhan bagi generasi milenial agar tetap bisa survive. Tidak sedikit anak muda yang masih awam dengan nilai-nilai filosofis Keraton Yogyakarta, bahkan sejarah perkembangan Keraton juga tidak mengetahuinya. Kurangnya informasi di media sosial serta pudarnya rasa ingin tahu tentang budaya lokal menjadi penyebab utamanya. Padahal, ketika generasi muda mengetahui bahwa ada nilai sejarah di Sumbu Filosofi Yogyakarta yakni dari Panggung Krapyak, Keraton, dan Tugu Jogja, maka akan semakin penasaran menelusuri lebih dalam lagi tentang nilai kearifan lokal di Yogyakarta.
Sumbu Filosofi Jogja sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id |
Sangat tepat jika sejak tahun 2015 telah dilakukan perubahan di internal Keraton Yogyakarta. Keberadaan teknologi informasi menjadi titik awal adanya transformasi di keraton. Pada acara Dialog Budaya & Gelar Seni (9/4/2019) GKR Hayu yang didaulat memimpin Divisi Tepas Tandha Yekti (TTY) mengutarakan bahwa dengan masuknya teknologi di Keraton, masyarakat di manapun berada dapat dengan mudah mengakses informasi terkait Keraton Yogyakarta. Perkembangan teknologi harus memberikan dampak positif agar masyarat dari manapun dan di manapun bisa mengenal nilai-nilai di Keraton Yogyakarta.
Berbagai kegiatan Keraton, sejarah, dan nilai kearifan lokal yang dimiliki Keraton mulai didokumentasikan melalui official website kratonjogja.id serta media sosial seperti instagram, facebook, dan twitter. Kanal instagram @kratonjogja yang per 1 September 2019 memiliki 162 ribu followers memberikan informasi yang update dengan tampilan desain yang elegan, menandakan adanya keterbukaan informasi. Kini, masyarakat umum bisa mengecek jadwal agenda Keraton dengan mudah, dengan hanya membuka instagram dan bisa merencanakan untuk hadir di agenda Keraton jauh-jauh hari. Ditambah lagi, adanya live streaming melalui instagram menjadi solusi bagi mereka yang belum bisa hadir secara langsung untuk tetap bisa hadir secara maya.
akun instagram resmi @kratonjogja |
Terobosan lain yang dilakukan adalah digitalisasi naskah di Keraton Yogyakarta. Naskah-naskah penting telah dibuat e-book dan disajikan dalam pameran naskah sehingga dapat diakses dengan mudah dan terarsipkan dengan baik. Tentu ini juga sangat membantu sebagai bukti edukasi yang dimiliki Keraton. Digitalisasi naskah Keraton juga turut mendukung pemanfaatan teknologi untuk menciptakan e-governance. Untuk mencapai tata pemerintahan yang baik, diperlukan keterbukaan informasi yang baik dan terintegrasi agar setiap elemen saling memberikan support-nya melalui teknologi informasi. Kunjungan kerja ke Edinburgh dan London oleh Ngarsa Dalem beserta jajarannya pada Maret 2018 yang lalu juga menjadi upaya nyata bahwa kita pun perlu belajar dari negara lain yang sudah lebih berhasil menjaga eksistensi cagar budaya beserta nilai-nilai kearifan lokalnya, meskipun zaman semakin maju namun budaya lokal tetap terjaga. Di kesempatan lainnya, Sri Sultan juga pernah diundang menjadi pembicara di luar negeri untuk mengenalkan Yogyakarta, Keraton, beserta nilai-nilai unik masyarakatnya. Itulah beberapa hal yang patut diapresiasi.
Sri Sultan Hamengku Buwono X membuka pameran naskah Keraton Yogyakartasumber: https://www.kratonjogja.id/peristiwa/64/simposium-budaya-jawa-dan-pameran-manuskrip-keraton-yogyakarta |
Menarik memang jika kita telusuri lebih dalam lagi. Perlu adanya perpaduan teknologi dan budaya khas di Keraton yang bisa bersinergi tanpa merusak nilai adiluhung Keraton itu sendiri. Bukan tidak mungkin ini adalah awal menuju Jogja Cyber and Smart Province. Keraton milenial, ini yang diperlukan generasi sekarang. Keraton yang memberikan transparansi data dan informasi kepada publik melalui pemanfaatan teknologi informasi dan media online. Keraton dan museum harus bisa menjadi rujukan untuk menimba ilmu, pusat dokumentasi dan penelitian, objek wisata, suaka alam dan budaya. Yang terpenting juga adalah kolaborasi lintas sektor, baik pemerintah maupun swasta, serta institusi pendidikan. Ke semuanya itu memiliki tujuan agar generasi milenial tetap dapat melacak jejak sejarah masa lalu, mempelajarinya agar dapat menata masa depan yang lebih maju, tanpa meninggalkan nilai-nilai akar budaya itu sendiri.
Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi Pagelaran TIK yang
diselenggarakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika DIY 2019. Artikel
dengan judul, “Keraton Milenial, Jawaban di Era Digital” ini disusun berdasarkan tema utama “Pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Memperkuat Akar Budaya Lokal”. Semoga bermanfaat.
diselenggarakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika DIY 2019. Artikel
dengan judul, “Keraton Milenial, Jawaban di Era Digital” ini disusun berdasarkan tema utama “Pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Memperkuat Akar Budaya Lokal”. Semoga bermanfaat.
Referensi:
Dinas Pariwisata DIY.2018.Executive Summary Analisis Belanja Wisatawan Daerah Istimewa Yogyakarta.Yogyakarta: Dinas Pariwisata DIY.
https://jogjaprov.go.id/berita/detail/7658-transformasi-keraton-yogyakarta-menuju-keraton-milenial