17.00. Saya sampai rumah Pkl 17.50 WIB, setelah itu sholat Maghrib dan
sekitar Pkl 18.30 langsung mengajar. Ya, sekitar sebulan ini saya mulai
mengajar les privat, tidak jauh dari rumah. Berhubung adeknya itu mau
ujian, ya memang mengharuskan ada tambahan hari. Materinya tadi adalah
IPA untuk SD. Setelah selesai, saya pamitan pulang lalu mampir ke suatu
warnet mewah (mepet sawah), maklum saja daerah kami masih ndeso, namun
listrik sudah ada kok. Saya hanya bisa ngenet di sini karena modem baru
eror.
Saya baru membaca buku IM ini, inspiratif ! |
hari ini. Sewaktu kuliah Etika Profesi Guru pagi tadi, saya sempat
mengucapkan “Selamat hari guru teman2ku…” sebelum saya menyampaikan
pertanyaan kepada kelompok penyaji makalah. Ya, hari ini miladnya
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Ada yang belum mengerti
sejarah PGRI ? Meri kita menengok sejarahnya.
semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres
Guru Indonesia pada tanggal 24-25 November 1945 di Surakarta. Melalaui
kongres ini, segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas
perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik,
agama, dan suku, sepakat dihapuskan. Mereka adalah guru-guru yang
aktif mengajar, pensiunan yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan
Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam kongres inilah, pada tanggal 25
November 1945-seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia-Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan.”
(http://fkip.unila.ac.id/2013/11/24/sejarah-hari-guru-nasional-25-november/)
Guru itu Mulia |
Itu
tadi sejarah hari guru ya, ternyata memang sudah lama terbentuk PGRI.
Baiklah, kalau diruntut melalui tali sejarahnya, guru terus mengalami
perkembangan dari masa ke masa. Fenomena dan peristiwa yang dialami para
pendidik di Indonesia beraneka ragam. Mulai dari kesejahteraan guru
yang masih dipertanyakan, sertifikasi guru, dan tentunya kesejahteraan
guru. Mata saya mulai terbuka, ketika saya memikirkan : untuk apa guru
ada, apa perannya untuk kita dan Indonesia, bagaimana cara menjadi guru
ideal dan menjadi teladan ? Pertanyaan ini cukup berat, bukan kapasitas
saya untuk menjawab, namun izinkan saya berargumentasi ya.
Generasi Emas Indonesia #IndonesiaMengajar |
adalah seorang manusia yang mengabdikan dirinya sebagai hamba Allah
untuk menyampaikan ilmu-ilmu bermanfaat. Melalui orang mulia seperti
guru ini, sebuah ilmu akan tersampaikan dan kita menjadi tahu apa saja
yang ada di dunia ini. Guru ada untuk berbagi. Guru ada untuk mendidik
dan membina dengan hati. Guru sejati itu guru yang menurut saya mampu
mengayomi. Masih ingat dengan arti guru itu sendiri adalah ‘digugu’ lan
‘ditiru’ atau menjadi contoh yang baik, mulai dari perkataannya,
sifatnya, maupun perbuatannya, Pada intinya, guru memberi teladan baik
bagi siswa-siswanya.
Guru berperan penting untuk kita. Guru
mengajarkan peserta didiknya untuk memahami ilmu sehingga mereka akan
menjadi manusia yang berilmu dan mau mengamalkan ilmunya di atas jalan
kebenaran. Guru membina dengan hati, membentuk generasi emas untuk
memajukan negeri ini. Apalah daya, jika tanpa peran seorang guru mungkin
negeri ini tak bisa maju seperti saat ini. Guru juga sebagai aktor yang
melunasi janji kemerdekaan, seperti yang dikatakan mas Anies Baswedan
untuk ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’. Jika tanpa guru, oleh siapa
pendidikan negeri ini akan dibangun ?
Guru memberi teladan,
seperti kata Ki Hajar Dewantara..’tut wuri handayani’. Sebaik-baik cara
untuk mendidik orang lain adalah dengan memberi contoh yang baik, 1000
nasihat tak ada artinya daripada 1 keteladanan, ini yang utama. Guru
mampu memberikan contoh akhlak baik, lisan yang terjaga, dan tindakan
yang sesuai tata krama. Bukankah ini akan lebih mulia ?
Bukan untuk menjadi guru yang lupa waktu, guru yang datang terlambat, atau guru yang menjadi sorotan media masa, bukan.
#RefleksiMahasiswaEsSatu
Bahwa
menjadi guru bukan perkara mudah, bukan juga perkara sulit. Tinggal
bagaimana, diri kita mampu memposisikan diri dengan baik, meluruskan
niat bahwa #berbagi ilmu itu indah, #berbagi kebaikan itu yang paling
utama, dan bersyukur karena kita sudah diberi kesempatan merasakan
pendidikan itulah yang mulia.
Bersyukur dan berbagi, saya sudah
diberi kesempatan untuk tahu seluk beluk siapa itu guru, melalui
ilmu-ilmu yang telah diajarkan oleh bapak ibu dosen. Ya, saya dan
teman-teman ingin sekali memajukan negeri ini, membuat Indonesia
Tersenyum dengan kontribusi kami untuk pendidikan. Kami ingin generasi
setelah ini jauh lebih baik, dengan peran serta kami para calon
pendidik. Kami ingin sekali melunasi janji kemerdekaan, dengan
mengabdikan diri untuk berbagi ilmu untuk Indonesia tercinta.
mendidik, bakti pengabdianmu untuk bumi pertiwi. Terimaksih bapak ibu
guruku TK ABA Kendangan, SD N Dalangan, SMP N 1 Sleman, SMA N 2
Yogyakarta, bapak ibu dosen P.Geografi UNY, dan semua kawan-kawan yang
selama ini mengingatkan Janu.
Mari buat Indonesia Tersenyum bersama-sama 🙂
Janu Muhammad
Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta 2011
“Man Jadda Wa Jada”
(sedikit coretan yang menjadi refleksi bagi diri penulis)