Akhirnya ada momentum untuk membuka blog. Setelah media
itu cukup lama saya diamkan karena belum cukup waktu untuk duduk
termenung dan menulis. Jiwa, raga, dan pikiran ini masih belum sempat
‘tenang’ ketika satu tujuan yang saya perjuangkan selama ini belum
mencapai titik puncak.
Ya, sepulang dari Amerika akhir Maret 2016
lalu, saya langsung ke kota kembang untuk mengikuti Program Pengayaan
Bahasa (PB) IELTS dari LPDP di ITB. Dari awal April hingga akhir Juni,
saya menjalani kehidupan di Bandung, kota bersahaja dengan masyarakatnya
yang ramah tamah. Memori bersama kawan-kawan satu perjuangan yang akan
meneruskan pendidikan ke luar negeri sungguh menjadi pelajaran berharga
dalam hidup saya. Kami telah berjanji untuk berjuang keras, ikhlas, dan tuntas dalam melaksanakan amanah yang diberikan LPDP.
Tanggal
25 Juni adalah tes IELTS ke-5 saya. Iya, mungkin saya sudah ‘aneh’ kok
sudah sampai ke-5 ini masih ngotot pengin dapat nilai 6.5? Bukan tanpa
alasan, saya sungguh mengidam-idamkan untuk bisa kuliah S2 di Utrecht
University Belanda. Hanya tinggal IELTS saja agar saya dapat LoA
Unconditional. Utrecht University ibaratkan UGM yang dulu jadi pilihan 1
saya ketika mau S1. Saya memang ‘terlalu’ optimis kali ya biar diterima
disana. Namun saat itu Allah berkehendak lain, UNY menerima saya untuk
belajar di Jurusan Pendidikan Geografi.
Pada tanggal 2 Juli 2016,
ada sebuah email masuk. Saya saat itu baru mengikuti kajian buka puasa
di Maskam UGM. Di sela-sela kajian saya buka hape dan ada sebuah email
dari University of Birmingham (UoB). Inti emailnya menerangkan bahwa
saya diterima secara conditional di UoB. Ya Allah, pada saat itu saya
hanya terus mengucap syukur ketika buka puasa. Berkah Ramadhan ! Untuk
mendapatkan unconditional, saya harus mengirim berkas hardcopy
dari dokumen-dokumen saat mendaftar UoB 25 Mei 2016 lalu. Saya lupa,
legalisir ijazah saya habis! Jumat malam itu saya langsung menghubungi
mbak Sari dan Mas Agung selaku admin geografi, dan ternyata hari itu
adalah hari terakhir sebelum libur idul Fitri. Deg! Saya diberi saran
mbak Sari untuk menghubungi Pak Mur, staf Kasubag kemahasiswaan Fakultas
Ilmu Sosial. Saya juga menghubungi Pak Ajat, dekan FIS untuk ketemuan
minta tanda tangan. Lagi, Allah memberi jalan.
http://jogja.tribunnews.com/2016/08/13/inilah-penerima-beasiswa-lpdp-dari-sleman-ke-universitas-birmingham
“Ketika Anda sedang ‘minta’ kepada Allah, maka banyak lah memberi ke orang lain dengan bersedekah.”
Sabtu
pagi sekitar jam 06.30 saya sampai FIS dan membawa fotokopi ijazah dan
transkrip, seharusnya Sabtu libur lho padahal. Pak Mur memang sangat
baik, saya sudah kenal beliau dan beliau sangat kenal saya sejak 2011.
Saya dibantu untuk minta cap ke ruangan Kasubag kemahasiswaan, dan juga
digratisin ngeprint beberapa file disana, bahkan legalisirnya gratis!
Beliau mendukung penuh untuk usaha saya itu. Sekitar Pkl 09.30 saya
bertemu pak dekan di toko buku Togamas Gejayan. Pak Ajat memang telah
banyak membantu saya selama kuliah S1, sering memberi rekomendasi jika
ikut program kemahasiswaan. Ya, pagi itu beliau memberi tanda tangan
berkas legalisir itu, di toko buku, masyaAllah. Lagi, saya kembali ke
kampus untuk bertemu Mas Eko, humas FIS yang juga sangat dekat dengan
saya sejak 2011. Beliau membantu saya dalam menyebarkan berita-berita
positif seputar prestasi dan kegiatan yang para mahasiswa ikuti melalui
website kampus.
Beberapa hari kemudian akhirnya saya menerima LoA
Unconditional dari University of Birmingham. Saat itu, saya mendaftar
dengan nilai IELTS 6 dan untuk jurusan saya memang sudah memenuhi
syarat. Pada saat lebaran, hasil tes IELTS ke-5 keluar. Saya berharap
sekali agar dapat 6.5 namun Allah berkehendak lain. Cobaan pun kembali
menggoyahkan hati ini. Saya masih memiliki harapan besar agar kuliah di
Utrecht karena mereka memberi deadline sampai 14 Juli 2016. Allah
berkehendak lain, nilai saya tetap berada di posisi 6, sama seperti tes
ke-4. Saya yakin masih ada seberkas cahaya harapan. Mimpi untuk kuliah
di Utrecht sepertinya harus saya tunda untuk saat ini. Saya telah
berikhtiar maksimal, sudah sejak tahun 2015 saya mempersiapkannya.
Allah
membukakan mata hati saya untuk meletakkan pilihan ke-2 selain Utrecht.
Ya, Birmingham. Pencarian jurusan dan topik riset yang saya upayakan
harus mirip seperti di Utrecht, ternyata Birmingham juga masuk kriteria
saya. Saya tidak ingin mengulang keteledoran masa lalu, ketika terlalu
optimis akan kuliah di UGM namun ternyata saya diterima di pilihan ke-2.
Ya, terkadang memang berat menerimanya, namun hanya dengan ikhlas
segalanya akan dipermudah.
Minggu ke-2 lebaran, saya sudah
‘matur’ orang tua kondisi saat itu. Mamak dan Bapak memberikan restu
untuk menikah setelah S2 dan harus segera kuliah di Britania Raya !
“Nak, lupakan dulu Belanda, sekarang fokuslah pada apa yang masih bisa
kamu perjuangkan.” Alhamdulillah, kedua orang tua semakin memberi
dorongan agar saya menerima lamaran Birmingham. Setelah shalat
istikhoroh dan tawakal, saya pun memulai berjuang di tahap selanjutnya :
ACC Perpindahan kampus oleh LPDP, membuat visa, dll.
Hal yang
paling saya khawatirkan adalah ketika akan mengajukan perpindahan
universitas ke LPDP. Tujuan awal saya adalah kuliah di Utrecht, namun
sekarang rencana pindah ke Birmingham. LPDP sebagai sponsor saya
mensyaratkan IELTS 6.5 untuk syarat pindah universitas. Awalnya saya
agak pesimis, namun tekad itu kembali bangkit ketika dapat doa dari
mamak. “Nak, terus berusahalah…hilangkan segala prasangka di pikiranmu.”
Berawal
dari gathering awardee LPDP DIY di gudeg Bu Sri di jalan wates kala
itu, saya dapat bertanya dan konsultasi langsung dengan Bu *****. Saya
menceritakan kondisi sebagai awardee afirmasi yang sudah tes IELTS 5x
dan 4x nya pakai biaya saya pribadi. “Bu, apakah ada solusi jika kondisi
saya demikian?” Beliau langsung menyarankan saya untuk mengirim scan 5
hasil IELTS itu ke email untuk direview. Alhamdulillah, seminggu
setelahnya ada balasan lewat WhatsApp untuk melengkapi berkas tambahan
berupa : JURNAL INTERNASIONAL. Ya Allah, sore itu serasa sudah kritis
karena momen-momen penentuan apakah saya dapat memenuhi syarakat itu
atau tidak. Setelah menjemput adek di terminal Jombor, saya mengajaknya
ke Fakultas Geografi UGM. Saya secara mendadak telah memesan prosiding
konferensi internasional yang saya ikuti Januari 2016 kemarin. Tulisan
hasil skripsi saya telah diterbitkan disana dan ber-ISBN. Minggu kemarin
saya dapat rejeki setelah mengisi training dan langsung terpakai untuk
membeli prosiding seharga 350 ribu. Alhamdulillah, tercukupi.
Sesampainya
di rumah, saya kembali mencari prosiding lain dan saya scan ketiganya.
Total, saya mensubmit prosiding jurnal internasional ber-ISBN sebanyak
tiga buah, beberapa prosiding nasional dan dokumen pendukung lainnya
termasuk portofolio. Di saat seperti itu saya merasakan betul arti
penting publikasi ilmiah yang ebnar-benar saya harapkan dapat membantu
saya. Segala publikasi selama S1 saya attach ke email, termasuk
sertifikat-sertifikat internasional. Malam itu rasanya sudah menuai
titik puncak ihtiar saya untuk kuliah di luar negeri. Saya menjalani
proses dengan senyum dan tegang, hehe. Allah yang memberikan jalannya.
Bulan
Agustus telah tiba, bulan yang akan penuh keberkahan insyaAllah. Saya
mohon didoakan oleh mamak bapak agar direktur LPDP dibukakan hatinya
untuk meng-Acc surat permohonan saya. Malam itu, ketika saya dan dek
Isti makan malam di warung pecel lele selepas sekolah tiba-tiba ada
email dari Mbak *****. Saya dan beberapa orang diberi kontrak beasiswa.
“Maksudnya apa ya ini?” saya masih bingung membaca emailnya.
Alhamdulillah, itu artinya LPDP sudah menyetujui saya kuliah di
Birmingham. Ya Rabb, tak kuasa saya ingin segera ke rumah dan memeluk
mamak. Malam itu menjadi hari yang penuh rasa syukur atas apa yang Allah
berikan selama ini. “Kalau saya dulu sudah menyerah, apa jadinya saya
ya?” Saya memang lemah di Bahasa, namun saya punya kemampuan lain yang
dapat saya kembangkan. Sejak malam itu saya lebih semangat dan serius
dalam mempersiapkan segala rencana ke depan, termasuk rencana nikah
setelah esdua,hehe. Sebenarnya setelah S1 langsung bisa S3 (estri) namun
orang tua minta saya S2 dulu. ehehe
Sampai tulisan ini dibuat,
saya masih menanti visa saya. InsyaAllah akan sampai di rumah sekitar
tanggal 22/23 Agustus 2016. Tepat tanggal 17 Agustus 2016 kemarin mamak
saya berusia 49 tahun. Semoga beliau menerima persembahan kado S2 ke
Britania Raya ini dengan ikhlas. Allah yang akan membalas kebaikan mamak
yang selama ini telah berjuang keras siang malam menghidupi keluarga.
Beliau sungguh wanita hebat di keluarga kami. Mohon doanya agar beliau
sehat dan senantiasa diberikan istiqomah dalam beribadah, serta
diberkahi dalam menafkahi keluarga kami bersama bapak di pasar.
Terimakasih atas doa dan semangat dari teman-teman semua.
Tunggu ya tulisan saya berikutnya seputar persiapan ke Inggris 🙂 insyaAllah. Terimakasih sudah meluangkan waktu ke blog ini.
“Kalau
Anda merasa sudah hampir gagal, ada Allah yang akan membantu. Ada orang
tua yang secara tulus dan ikhlas mendoakan. Ada sahabat yang menguatkan
untuk segera bangkit. Bisa jadi Anda tinggal selangkah ke depan dapat
mencapai garis finish! Ayo optimis!”
Yogyakarta, 19 Agustus 2016
Pembelajar
Janu Muhammad
11 Comments. Leave new
Sukses Janu, selamat berjuang di Negeri Ratu Elisabeth
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Lagi cari-cari info kuliah di Eropa, ketemu blog ini. Keren banget Mas, walau ngga sesuai harapan, Tuhan tau yg terbaik buat Mas. Sukses ya!
subhanallah, sampai berkaca kaca membacanya. barakallah fii ilmy ☺
Baca tulisan ini jadi makin semangat untuk sekolah ke luar negeri 🙂
Wah benar2 perjuangan estra keras ya … Barakallah mas janu, semoga lnacar kuliahnya 🙂
Mas Janu, saya mohon pencerahannya,
saya posisi sudah mendapat LoA CONDITIONAL dari Birmingham, lalu ketemu blog ini,
Mau tanya Mas, ini biar menjadi UNCONDITIONAL benar harus dikirim kan COPY IJAZAH LEGALISIR dan COPY TRANSKRIP LEGALISIR via paket ke Birmingham langsung?
jumlahnya masing masing berapa mas?
perlu disertakan dikirimkan juga translate ijazah dan translate transkripnya?
terima kasih
Masyaallah tulisannya menginspirasi mas. saya lg cari2 info utk beasiswa LPDP S2. namun trkendala di skor toefl 🙁 . Skrg ini saya msh cari tmp kursus b.inggris yg pas. Smga sya bisa brjuang sprti ms janu 🙂
Luar biasa. Jadi semakin terinspirasi untuk kuliah keluar negeri.
Masyaallah, barakallah mas janu
Masyaallah, barakallah mas janu