Masih ingat betul, bulan Oktober tahun 2012 saya mengikuti Pameran Studi di Belanda di kampus Bulaksumur bersama Hardani Kamardi Arief Lakey dan Pebri Nurhayati. Bertempat di FEB UGM, kami mengunjungi stand-stand universitas yang berasal dari negeri kincir angin, Belanda. Saya terhipnotis oleh antusias para pengunjung yang setia berdesak-desakan demi mendapatkan jatah konsultasi gratis studi di Belanda oleh universitas-universitas ternama seperti Leiden University, University of Amsterdam, dan lain sebagainya. Kami pun tak ketinggalan membawa selebaran brosur-brosur universitas. Saya simpan baik-baik tas orange khas negeri bunga tulis itu. Ada beberapa pikiran yang terus melekat dari pengalaman pertama di pameran luar negeri itu. “Ternyata, kualitas pendidikan di Belanda jauh lebih baik dari Indonesia, kenapa tidak sekolah disana suatu saat nanti ?”
Tahun pun berganti, kesibukan kuliah lapangan ataupun teori di jurusan pendidikan geografi tidak menghalangi saya untuk menelusuri lebih jauh sistem pendidikan di Belanda. Saya pun mulai rutin membuka www.nesoindonesia.or.id , www.studyfinder.nl , dan www.ppibelanda.org . Tiga website itu yang menyediakan informasi lengkap apabila ingin studi di Belanda. Sejak awal tahun 2013 saya pun menuliskan mimpi di kamar agar kelak dapat studi di negeri tempat Bung Hatta mengenyam pendidikan itu. Mulai saat itupun saya rajin mendatangi setiap pameran yang diadakan oleh NESO Indonesia ataupun Uni Eropa. Saya dapat termotivasi untuk mempersiapkan segala kebutuhannya mulai dari persiapan aplikasi hingga mendapat konsultasi gratis meraih beasiswa luar negeri.
Juli 2013 menjadi sejarah berharga bagi perjalanan hidup saya. Setelah berikhtiar dan berdoa kepada-Nya, hampir-hampir saya down karena vertigo akut yang saya miliki, saya diberi kesempatan kuliah singkat musim panas di Utrecht University, Belanda. Saya menjadi satu-satunya wakil Indonesia, di antara 17 mahasiswa di kelas “Contemporary Cities: Challenges and Opportunities”. Bulan puasa kala itu cukup menguji iman, selama 19 jam pertama kalinya puasa di negeri orang. Alhamdulillah diberi kesempatan bertemu saudara-saudari Ppi Utrecht. Pengalaman dua minggu di bulan Juli itu telah saya tuliskan di blog www.muhammadjanu.blogspot.com.
Sepulangnya di Indonesia, sebuah dorongan untuk berbagi semangat kepada teman-teman mahasiswa semakin kuat. Pengalaman pertama kali ke luar negeri saat itu benar-benar menjadi tonggak sejarah agar kedepannya saya mau untuk belajar, tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi yang utama untuk kemajuan negeri ini. Sempat 1 bulan pertama selepas sampai Indonesia, saya ingin cepat-cepat kembali ke sana lagi. Rasanya belajar disana jauh lebih nyaman, terutama untuk riset sebagai bekal menjadi pendidik nantinya. Sejak saat itu, saya mulai merangkai jejak-jejak mimpi bagaimana suatu saat nanti dapat menempuh pendidikan di Utrecht University.
Dua tahun telah berlalu, tepat 29 Agustus 2015 saya resmi diwisuda. Ada sesuatu yang menjadi rasa syukur untuk saya persembahkan kepada orang tua. Tidak menyangka, Allah memilih saya menjadi wisudawan terbaik geografi periode itu dan aktivis terbaik tingkat fakultas. Sungguh, saya merasa bahagia dan bersyukur karena mamak dan bapak dapat tersenyum saat pelepasan wisuda malam itu. Sesibuk-sibuk apapun di organisasi riset dan juga kuliah, saya bersyukur dapat lulus 3 tahun 8 bulan dan alhamdulillah dengan predikat cum laude. Lagi, semua karena Allah yang telah mengatur jalan hidup ini.
Selepas lulus wisuda, saya berpikir, “Bagaimana saya akan memulai rangkaian realisasi mimpi studi di luar negeri dengan beasiswa itu?” Apakah hanya akan terus menerus jadi ‘pemburu’ pameran beasiswa ? Apakah hanya akan terus menerus ikut edu fair sana-sini ? Kapan mau eksekusi ? Halo Jan, kamu masih muda, ayo segera bergegas menjemput mimpi !
Seperti para dreamer lainnya, saya dihadapkan pada dua pilihan : mau daftar ke universitas dulu atau beasiswa dulu ? Apa pertimbangannya ? Semua perlu disiapkan matang-matang. Hingga akhirnya, terdengarlah nama beasiswa LPDP di kampus UNY. Pada saat itu kami pernah mengikuti sosialisasi beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) di auditorium UNY. Tampak hadir ratusan mahasiswa tua, eh tingkat akhir maksudnya, dan juga perwakilan pihak LPDP, tidak lain adalah Bu Ratna Prabandari Pak Lukmanul Hakim dan kakak-kakak awardee LPDP wilayah Yogyakarta.
Melalui visinya, LPDP bertekad untuk menjadi lembaga pengelola dana terbaik di tingkat regional untuk mempersiapkan PEMIMPIN masa depan serta mendorong inovasi bagi Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan. Visi tersebut tertuang dalam 4 pokok misi : pembiayaan pendidikan, mendorong riset strategis, pengelolaan dana abadi, dan sebagai last resort untu mendukung rehabilitasi fasilitas pendidikan.
Ternyata, LPDP ini berfokus pada pengembangan kualitas sumber daya manusia di berbagai bidang yang menunjang percepatan pembangunan Indonesia. Tentu, beberapa bidang seperti : teknik, sains, pertanian, hukum, ekonomi, keuangan, kedokteran, agama, dan sosial budaya menjadi prioritas utama. Selengkapnya di http://www.lpdp.depkeu.go.id/ (silakan aktif mempelajari panduannya)
Pada acara sosialisasi itu, saya dan teman-teman mahasiswa UNY termotivasi agar melanjutkan studi dnegan beasiswa LPDP. Ya, saya pribadi juga berharap agar dapat kuliah dengan beasiswa ini. Akan sangat sulit jika orang tua membiayai untuk S2 saya. Sharing yang sangat bermanfaat hari itu ditutup dengan pemberian hadiah bagi yang dapat menjawab quiz dengan benar. Alhamdulillah, saya dapat 1 tas LPDP (ini katanya belum tentu tiap awardee dapat tas lho). Tasnya besar dan sering saya pakai di kampus. Sesekali ditanya teman, “eh Jan, kamu udah dapat beasiswa LPDP poh ? Kok punya tas itu?!! Saya jawab dengan senyum manis penuh harap dan doa. Semoga kelak Allah mengabulkannya.
“Ya Allah, izinkan saya suatu saat menjadi bagian dari keluarga besar LPDP”
Niat dari hati terdalam untuk serius membangun negeri, mengharuskan saya melebihkan setiap usaha untuk dapat sekolah di luar negeri dengan beasiswa LPDP. Saya masih ingat betul perkataan Bu Ratna, “LPDP tidak mencari mereka yang cerdas saja, tetapi mereka yang sudah terlibat di kegiatan masyarakat atau organisasi.” Iya, kalimat itu yang selalu menjadi motivasi. Untuk menjadi kandidat yang layak mendapat beasiswa LPDP, tidak cukup tiba-tiba aktif di organisasi atau komunitas hanya saat menjelang seleksi beasiswa. LPDP melihat sebagai sebuah proses, dimana perjalanan kita sewaktu SMP, SMA, di kampus, dan di masyarakat menjadi pertimbangan berharga. Tidak cukup mereka yang outstanding saja, tetapi juga yang telah berkontribusi nyata karena para awardee pasti disiapkan untuk memimpin daerahnya sesuai bidangnya masing-masing.
Bulan Agustus-Spetember 2015 adalah perjuangan untuk mengikuti kursus Bahasa Inggris, pada saat itu juga saya harus menjaga ibuk yang baru saja operasi di rumah sakit. Semua serba harus terjadwal dengan baik. Memang benar, harus melebihkan usaha dan doa agar mendapatkan hasil maksimal. Pada bulan September 2015 itu saya pun memutuskan untuk mengambil tes TOEFL ITP pertama kali dalam sejarah hidup saya. Ya, syukurlah hasilnya mencukupi untuk mendaptar beasiswa LPDP.
Akhirnya, saya memilih beasiswa LPDP, beasiswa yang langsung berasal dari pemerintah Indonesia. Beasiswa yang tidak ada kuota jumlah penerima tiap periodenya (asal qualified). Beasiswa yang menjadi harapan rakyat di daerah maju ataupun terpelosok di Indonesia. Beasiswa yang berasal dari rakyat dan untuk rakyat. Tanggung jawab besar bagi setiap penerimanya nanti, semoga amanah.
Bulan Oktober 2015 menjadi bulan penentuan apakah saya akan mendaftar LPDP atau tidak untuk periode ini. Rencana pribadi sebenarnya akan mendaftar bulan Januari 2016. Ternyata ada yang berbisik, “Kalau syaratnya sudah siap, kenapa harus ditunda-tunda ?”
Syaratnya sudah siap ? Apa sajakah itu ?
Silakan kunjungi
http://muhammadjanu.blogspot.co.id/2015/12/tips-sederhana-lolos-beasiswa-lpdp.html
“Kalau niat sudah bulat, lebihkan usaha serta doa, dan kuatkan tekad”
Motivasi mendaftar beasiswa LPDP bukanlah untuk ekspektasi pribadi. Luruskan niat, bangunlah strategi agar nantinya kita bersinergi memajukan negeri ini.
Yogyakarta 11 Desember 2015
Salam hangat,
Alumni Pendidikan Geografi UNY
6 Comments. Leave new
Hebat! Seneng yang baca… semoga lancar Januuu…..
Terimakasih doanya mbak Fitri,sukses juga!
Saya selalu senang mampir di blog salah satu kenalan lama saya di facebook, apakabarmu hari ini broo.. terus menginspirasi generasi muda Indonesia!
Halo Mas Udin,,,wah lama tak bersua.alhamdulillah kabar baik. Gimana kabar? Saya ckp aktif di fb klo mau ngobrol 🙂 baarokallahu fiikum
Assalamu'alaikum kak , wow tulisanya menginspirasi bgt 😀 boleh minta esai lpdpnya kak 😀 terima kasih
Email: arifin_zain90@yahoo.com
Mas ada cp nya gak ? Mau tanya lebih banyak