Sebelum saya bangun, dia
sudah bangun. Sebelum saya berangkat, dia sudah berangkat. Sebelum saya
beres-beres rumah, dia sudah memulainya terlebih dahulu. Itulah Isti,
adek kandung saya yang kini menginjak usia 13 tahun.
Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah memberikan nikmat sehat dan
nikmat waktu luang, sehingga jari jemari ini bersedia untuk mengetik
sebuah note kecil, yang sederhana namun akan menjadi catatan hikmah.
Saya Janu, seorang pemuda Dusun Ngemplak, Caturharjo, Sleman. Saya
mempunyai seorang adek perempuan, namanya Isti Rahayu. Kami sekeluarga
menyapanya Isti.
Isti adalah adek saya satu-satunya, dulu pernah
akan mempunyai adek lagi, namun Allah berkehendak lain. Ibu saya sempat
keguguran di usia kandungan 4 bulan. Yang saya tahu saat itu ibu
bersimbah darah, berjuang untuk bertahan. Akhirnya ibu beristirahat
total selama 3 bulan karena pendarahan hebat. Sungguh, hal yang luar
biasa bagi saya memiliki ibu yang sangat kuat dan sholehah.
Note
kecil ini akan menceritakan sosok Isti, yang selama ini saya kenal
dengan adek yang sangat ramah, sholehah, rajin, berbakti kepada orang
tua. Saya mempunyai adek saat kelas 2 SD, di SD N Dalangan. Kami terpaut
8 tahun. Dia lahir Subuh hari, saya pun masih ingat saat pertama kali
menciumnya dan pamitan mau ke sekolah. Bersyukur, saya memiliki adek
perempuan yang sejak kecil saya amati akan menjadi sosok wanita sholehah
dan cerdas. Saya tidak memiliki kakak, namun sebagai kakak yang selalu
berusaha menjadi teladan.
Dek Isti dan saya sejak kecil sudah
biasa menyiapkan segala kebutuhan sendiri saat mau berangkat sekolah.
Bapak dan mamak biasanya jam 3 pagi sudah pergi ke pasar. Kami biasanya
menyiapkan sarapan pagi, mencuci baju sendiri, menyetrika sendiri,
semuanya serba sendiri. Ini sudah menjadi kebiasaan keluarga karena kami
sama-sama berusaha menjadi keluarga yang saling mengisi. Bapak dan
mamak ke pasar untuk jualan sayur dan kadang kami berdua membantu untuk
menyiapkan dagangan.
Isti mulai tumbuh, sejak memasuki sekolah
dasar dan mengikuti TPA di rumah simbah. Ya, saya dan Isti mengaji di
dusun simbah putri, tetangga dusun. Kami mengaji TPA dan pengalaman kami
sama. Yang mengajar juga pakdhe. Yang saya ingat, Isti sudah khatam,
saya malah berhenti di juz 23 kalau tidak salah. Isti pernah jadi juara
di TPA nya, saya lupa lomba apa. Saya pun sempat jadi juara 1 pemilihan
anak sholeh berprestasi (se-TPA). Ternyata ada kenangan yang tiak bisa
dilupakan.
Sejak kelas 1 sampai 6, saya melihat Isti sebagai
sosok siswa yang rajin dan jujur, terbukti tidak pernah mencontek. Dia
sering masuk 3 besar di kelas, kami sekeluarga bersyukur dengan
prestasinya. Selain ada bakat akademik, saya melihat Isti adalah adek
yang rajin sekali membantu orang tua. Jangan ditanya lagi berapa kali
dia memasakkan saya nasi,sayur,mie,dll. Saya malah kalah kalau
ditandingkan masak, apalagi bapak. Isti adalah sosok remaja nya mamak.
Kalau sewaktu-waktu mamak tdk di rumah dia selalu masak, tanpa ada yang
meminta.
Sekarang, Isti sudah sekolah di SMP N 1 Sleman,
almamater saya. Dia masuk dengan NEM cukup tinggi, namun masih di
peringkat 100an. Dia juga ketrima di kelas VII C, kelas saya dulu.
Sampai akhirnya berproses, dia bersemangat untuk belajar lebih giat tiap
hari, dan dia telah menuliskan mimpinya untuk jadi guru matematika.
Subhanallah, di semester 1 Isti berhasil meraih peringkat 5 kelas dan
masuk 30 besar se-sekolah. Salut, sebuah prestasi yang membuat saya
trenyuh karena dia mau berjuang untuk bangkit dan tidak mudah menyerah.
Sampai akhirnya, Isti memutuskan untuk masuk ke ekstrakurikuler Kelompok
Ilmiah Remaja, sesuai background saya sejak SMA dan saat ini. Mungkin
beberap piala di rumah dan tumpukan sertifikat penghargaan menjadi
motivasi bagi dia untuk sama seperti masnya. Tapi, satu pesan yang saya
sampaikan untuk Isti agara menjadi diri sendiri, bermanfaat bagi orang
lain dan berprestasi melebihi kakaknya ini. Sebagai catatan, Isti pernah
meraih juara 2 MTQ DIY, pernah juara di TPA, mengikuti seleksi
olimpiade matematika dan yang membuat saya bersyukur saat ini adalah
Isti menjadi wakil SMP N 1 Sleman untuk mengikuti pelatihan Olimpiade
Penelitian Siswa Indonesia di Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman. Dari
sekian siswa, hanya dua yang dipilih, Isti dan Aini. Hari Kamis pagi
besok, saya aka mengantarnya ke dinas untuk mengikuti training dalam
persiapan Lomba Karya Ilmiah Remaja 2014.
Terucap doa agar adek
saya ini menjadi adek yang sholehah, cerdas, bermanfaat bagi sesama,
menjadi sosok yang selalu jujur dan berprestasi dan tentunya
cita-citanya menjadi guru akan terwujud. InsyaAllah.
Saya belajar
dari sosok adek yang setiap hari membangunkan, mengingatkan sholat,
dll, seperti sosok ibu yang selama ini karakternya sama. Setiap orang di
sekiar selalu memberi hikmah, tinggal bagaimana kita bisa memaknai
hal-hal kecil ini sebagai refleksi diri dan perbaikan diri. InsyaAllah,
Man Jadda Wajada ^_^
sudah bangun. Sebelum saya berangkat, dia sudah berangkat. Sebelum saya
beres-beres rumah, dia sudah memulainya terlebih dahulu. Itulah Isti,
adek kandung saya yang kini menginjak usia 13 tahun.
Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah memberikan nikmat sehat dan
nikmat waktu luang, sehingga jari jemari ini bersedia untuk mengetik
sebuah note kecil, yang sederhana namun akan menjadi catatan hikmah.
Saya Janu, seorang pemuda Dusun Ngemplak, Caturharjo, Sleman. Saya
mempunyai seorang adek perempuan, namanya Isti Rahayu. Kami sekeluarga
menyapanya Isti.
Isti adalah adek saya satu-satunya, dulu pernah
akan mempunyai adek lagi, namun Allah berkehendak lain. Ibu saya sempat
keguguran di usia kandungan 4 bulan. Yang saya tahu saat itu ibu
bersimbah darah, berjuang untuk bertahan. Akhirnya ibu beristirahat
total selama 3 bulan karena pendarahan hebat. Sungguh, hal yang luar
biasa bagi saya memiliki ibu yang sangat kuat dan sholehah.
Note
kecil ini akan menceritakan sosok Isti, yang selama ini saya kenal
dengan adek yang sangat ramah, sholehah, rajin, berbakti kepada orang
tua. Saya mempunyai adek saat kelas 2 SD, di SD N Dalangan. Kami terpaut
8 tahun. Dia lahir Subuh hari, saya pun masih ingat saat pertama kali
menciumnya dan pamitan mau ke sekolah. Bersyukur, saya memiliki adek
perempuan yang sejak kecil saya amati akan menjadi sosok wanita sholehah
dan cerdas. Saya tidak memiliki kakak, namun sebagai kakak yang selalu
berusaha menjadi teladan.
Dek Isti dan saya sejak kecil sudah
biasa menyiapkan segala kebutuhan sendiri saat mau berangkat sekolah.
Bapak dan mamak biasanya jam 3 pagi sudah pergi ke pasar. Kami biasanya
menyiapkan sarapan pagi, mencuci baju sendiri, menyetrika sendiri,
semuanya serba sendiri. Ini sudah menjadi kebiasaan keluarga karena kami
sama-sama berusaha menjadi keluarga yang saling mengisi. Bapak dan
mamak ke pasar untuk jualan sayur dan kadang kami berdua membantu untuk
menyiapkan dagangan.
Isti mulai tumbuh, sejak memasuki sekolah
dasar dan mengikuti TPA di rumah simbah. Ya, saya dan Isti mengaji di
dusun simbah putri, tetangga dusun. Kami mengaji TPA dan pengalaman kami
sama. Yang mengajar juga pakdhe. Yang saya ingat, Isti sudah khatam,
saya malah berhenti di juz 23 kalau tidak salah. Isti pernah jadi juara
di TPA nya, saya lupa lomba apa. Saya pun sempat jadi juara 1 pemilihan
anak sholeh berprestasi (se-TPA). Ternyata ada kenangan yang tiak bisa
dilupakan.
Sejak kelas 1 sampai 6, saya melihat Isti sebagai
sosok siswa yang rajin dan jujur, terbukti tidak pernah mencontek. Dia
sering masuk 3 besar di kelas, kami sekeluarga bersyukur dengan
prestasinya. Selain ada bakat akademik, saya melihat Isti adalah adek
yang rajin sekali membantu orang tua. Jangan ditanya lagi berapa kali
dia memasakkan saya nasi,sayur,mie,dll. Saya malah kalah kalau
ditandingkan masak, apalagi bapak. Isti adalah sosok remaja nya mamak.
Kalau sewaktu-waktu mamak tdk di rumah dia selalu masak, tanpa ada yang
meminta.
Sekarang, Isti sudah sekolah di SMP N 1 Sleman,
almamater saya. Dia masuk dengan NEM cukup tinggi, namun masih di
peringkat 100an. Dia juga ketrima di kelas VII C, kelas saya dulu.
Sampai akhirnya berproses, dia bersemangat untuk belajar lebih giat tiap
hari, dan dia telah menuliskan mimpinya untuk jadi guru matematika.
Subhanallah, di semester 1 Isti berhasil meraih peringkat 5 kelas dan
masuk 30 besar se-sekolah. Salut, sebuah prestasi yang membuat saya
trenyuh karena dia mau berjuang untuk bangkit dan tidak mudah menyerah.
Sampai akhirnya, Isti memutuskan untuk masuk ke ekstrakurikuler Kelompok
Ilmiah Remaja, sesuai background saya sejak SMA dan saat ini. Mungkin
beberap piala di rumah dan tumpukan sertifikat penghargaan menjadi
motivasi bagi dia untuk sama seperti masnya. Tapi, satu pesan yang saya
sampaikan untuk Isti agara menjadi diri sendiri, bermanfaat bagi orang
lain dan berprestasi melebihi kakaknya ini. Sebagai catatan, Isti pernah
meraih juara 2 MTQ DIY, pernah juara di TPA, mengikuti seleksi
olimpiade matematika dan yang membuat saya bersyukur saat ini adalah
Isti menjadi wakil SMP N 1 Sleman untuk mengikuti pelatihan Olimpiade
Penelitian Siswa Indonesia di Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman. Dari
sekian siswa, hanya dua yang dipilih, Isti dan Aini. Hari Kamis pagi
besok, saya aka mengantarnya ke dinas untuk mengikuti training dalam
persiapan Lomba Karya Ilmiah Remaja 2014.
Terucap doa agar adek
saya ini menjadi adek yang sholehah, cerdas, bermanfaat bagi sesama,
menjadi sosok yang selalu jujur dan berprestasi dan tentunya
cita-citanya menjadi guru akan terwujud. InsyaAllah.
Saya belajar
dari sosok adek yang setiap hari membangunkan, mengingatkan sholat,
dll, seperti sosok ibu yang selama ini karakternya sama. Setiap orang di
sekiar selalu memberi hikmah, tinggal bagaimana kita bisa memaknai
hal-hal kecil ini sebagai refleksi diri dan perbaikan diri. InsyaAllah,
Man Jadda Wajada ^_^
——————————————————————————————————————————————————————
Janu M