Segala puji syukur kepada Allah, yang senantiasa menentramkan hati
dan pikiran, yang senantiasa menguatkan pundak di atas keteguhan iman.
Malam ini saya ingin menyambung kembali, sebuah catatan perjalanan pekan
kemarin. Pada tanggal 11-17 Oktober 2014 kemarin saya dan rekan-rekan
di Jurusan Pendidikan Geografi FIS UNY mendapat sebuah kehormatan, untuk
belajar bersama salah satu dosen dari Belanda. Dr. Brian Doucet adalah
dosen Urban Geography dari Department of Human Geography and Planning,
Faculty of Geosciences, Utrecht University, Netherlands. Beliau adalah
dosen saya sewaktu summer school tahun 2013.
dan pikiran, yang senantiasa menguatkan pundak di atas keteguhan iman.
Malam ini saya ingin menyambung kembali, sebuah catatan perjalanan pekan
kemarin. Pada tanggal 11-17 Oktober 2014 kemarin saya dan rekan-rekan
di Jurusan Pendidikan Geografi FIS UNY mendapat sebuah kehormatan, untuk
belajar bersama salah satu dosen dari Belanda. Dr. Brian Doucet adalah
dosen Urban Geography dari Department of Human Geography and Planning,
Faculty of Geosciences, Utrecht University, Netherlands. Beliau adalah
dosen saya sewaktu summer school tahun 2013.
Catatan #1
Pada catatan sebelumnya, kita telah sampai di perjalanan city tour.
Mari kita lanjutkan perjalanan menuju Malioboro. Minggu siang itu
setelah dari Prambanan, kami melanjutkan perjalanan ke Kotabaru,
tepatnya di depan masjid Syuhada. Ada nuansa harmonisasi budaya di sini.
Di samping ada masjid, ada juga gereja. Di sana kami berlima turun dan
melihat old buildings dan urban settlement yang berjajar rapi,
menggambarkan nuansa klasik peninggalan Belanda. Kami pun menuju sisi
barat Syuhada, menjumpai deretan slum area. Ya, kami telah sampai di
kawasan padat penduduk di sepanjang Sungai Code. Kami melihat, merasakan
apa yang ada di depan mata kami. Inilah sisi lain dari Yogyakarta,
sebuah daerah permukiman kaum migran, dan mereka yang mengadu nasib di
Yogyakarta.
Mari kita lanjutkan perjalanan menuju Malioboro. Minggu siang itu
setelah dari Prambanan, kami melanjutkan perjalanan ke Kotabaru,
tepatnya di depan masjid Syuhada. Ada nuansa harmonisasi budaya di sini.
Di samping ada masjid, ada juga gereja. Di sana kami berlima turun dan
melihat old buildings dan urban settlement yang berjajar rapi,
menggambarkan nuansa klasik peninggalan Belanda. Kami pun menuju sisi
barat Syuhada, menjumpai deretan slum area. Ya, kami telah sampai di
kawasan padat penduduk di sepanjang Sungai Code. Kami melihat, merasakan
apa yang ada di depan mata kami. Inilah sisi lain dari Yogyakarta,
sebuah daerah permukiman kaum migran, dan mereka yang mengadu nasib di
Yogyakarta.
Selepas dari Kotabaru, kami melanjutkan perjalanan ke Malioboro.
Sepanjang perjalanan, Pak Brian mungkin terheran-heran melihat ratusan
kendaraan melintas, memenuhi space jalan dan mengepulkan asap
karbonmonoksida. Kmai turun di sebelah stasiun Tugu lalu berjalan ke
depan stasiun untuk sekedar memotret keadaan di sana. Selanjutnya kami
berjalan ke arah selatan Malioboro, memasuki pasar Beringharjo. Kami
melihat adanya aktivitas perekonomian, saya yakin tidak ada pasar
tradisional sepadat Beringharjo di Belanda. Coba lihat, Pak Brian sangat
antusias mengambil gambar, antusias blusukan sampai ke lantai atas.
Kami melanjutkan perjalanan ke selatan, namun akhirnya berhenti untuk
mengisi perut. Kami ditraktir minum es buah. Mengapa beliau hanya
memesan teh hangat ? Itupun tidak habis, saya tahu bahwa kebiasaan orang
luar minum teh nya tertentu, teh jasmin.
Sepanjang perjalanan, Pak Brian mungkin terheran-heran melihat ratusan
kendaraan melintas, memenuhi space jalan dan mengepulkan asap
karbonmonoksida. Kmai turun di sebelah stasiun Tugu lalu berjalan ke
depan stasiun untuk sekedar memotret keadaan di sana. Selanjutnya kami
berjalan ke arah selatan Malioboro, memasuki pasar Beringharjo. Kami
melihat adanya aktivitas perekonomian, saya yakin tidak ada pasar
tradisional sepadat Beringharjo di Belanda. Coba lihat, Pak Brian sangat
antusias mengambil gambar, antusias blusukan sampai ke lantai atas.
Kami melanjutkan perjalanan ke selatan, namun akhirnya berhenti untuk
mengisi perut. Kami ditraktir minum es buah. Mengapa beliau hanya
memesan teh hangat ? Itupun tidak habis, saya tahu bahwa kebiasaan orang
luar minum teh nya tertentu, teh jasmin.
Benteng Vredeburg, gedung Agung, dan kawasan nol kilometer menjadi
tenpat pemberhentian perjalanan city tour siang itu. Beliau sangat
interest, malah ingin kembali diajak keliling kawasan Central Bussiness
District itu. Betapa semangatnya beliau, orang luar memang suka kalau
sudah diajak jalan dan menemukan hal-hal baru. Hanya saja, langkah kaki
kami sudah cukup untuk segera istirahat. Sing itu kami kembali ke hotel.
Pak Brian kami minta segera istirahat untuk mempersiapkan kuliah
pertama esok. City tour usai, saya pulang ke rumah untuk persiapan hari
esok.
tenpat pemberhentian perjalanan city tour siang itu. Beliau sangat
interest, malah ingin kembali diajak keliling kawasan Central Bussiness
District itu. Betapa semangatnya beliau, orang luar memang suka kalau
sudah diajak jalan dan menemukan hal-hal baru. Hanya saja, langkah kaki
kami sudah cukup untuk segera istirahat. Sing itu kami kembali ke hotel.
Pak Brian kami minta segera istirahat untuk mempersiapkan kuliah
pertama esok. City tour usai, saya pulang ke rumah untuk persiapan hari
esok.
Catatan #2
Senin, 13 Oktober 2014 sekitar Pkl 8.30 saya menjemput Pak Brian di
Jogjakarta Plaza Hotel. Ternyata beliau sudah menunggu di lobby room
hotel. Terlihat sangat rapi, kemeja berdasi, dan berjas melengkapi
pakaian formal yang beliau kenakan. “Janu, I’m ready to give a course.”
Saya langsung mengajak beliau berjalan menuju Fakultas Ilmu Sosial.
Mengapa tidak naik taksi atau motor ? Saya mengikuti kebiasaan beliau
yang lebih suka jalan daripada harus naik kendaraan bermotor, itu lebih
menyehatkan katanya. Sembari mengawali perbincangan hangat pagi itu,
saya memperkenalkan beberapa gedung kampus yang dijumpai. Sesampainya di
ruang Ki Hajar Dewantara kami menerima kuliah pertama dengan tema The
Geography Perspective. Tema yang sangat menarik untuk mengawali
perjalanan guest lecture ini. Pengalaman menarik hari Senin itu adalah
ketika dinner bareng Pak Brian, Ipul, dan Agung di warung sate Samirono.
Pak Brian senang sekali makan satai. habis 10 sate beef dan enak
katanya. Ada pelajaran penting ketika beliau meminta air putih. “I need
mineral water” lalu saya pesankan segelas air putih ternyata tidak mau,
dan ternyata hanya mau air yang botolan, air mineral yang lebih terjamin
kualitasnya daripada air rebusan, hehehe. Selanjutnya kami hunting foto
dan memasuki nightlife di Tugu Jogja, Malioboro, lun-alun utara dan
alun-alun kidul. Oiya, saya hampir lupa. Malam itu juga, kali pertama
Pak Brian naik sepeda motor (membonceng saya). Ada perasaan senang yang
terpancar, namun saya justru khawatir. Masalahnya ban serasa bocor dan
belum seimbang, mungkin karena berat dan belum terbiasa memboceng. As
you know, kami malam itu berempat naik odong-odong. Bayangkan ya, ada
bule yang senang banget naik odong-odong. “Ini juga kali pertamaku naik
odong-odong ini.” Tanpa pikir panjang kami menikmati kebersamaan malam
itu bersama romantisme Yogyakarta. Setelah cukup malam, saya antar Pak
Brian pulang ke hotel. Lega rasanya beliau sukses membonceng
motor.hahaha
Jogjakarta Plaza Hotel. Ternyata beliau sudah menunggu di lobby room
hotel. Terlihat sangat rapi, kemeja berdasi, dan berjas melengkapi
pakaian formal yang beliau kenakan. “Janu, I’m ready to give a course.”
Saya langsung mengajak beliau berjalan menuju Fakultas Ilmu Sosial.
Mengapa tidak naik taksi atau motor ? Saya mengikuti kebiasaan beliau
yang lebih suka jalan daripada harus naik kendaraan bermotor, itu lebih
menyehatkan katanya. Sembari mengawali perbincangan hangat pagi itu,
saya memperkenalkan beberapa gedung kampus yang dijumpai. Sesampainya di
ruang Ki Hajar Dewantara kami menerima kuliah pertama dengan tema The
Geography Perspective. Tema yang sangat menarik untuk mengawali
perjalanan guest lecture ini. Pengalaman menarik hari Senin itu adalah
ketika dinner bareng Pak Brian, Ipul, dan Agung di warung sate Samirono.
Pak Brian senang sekali makan satai. habis 10 sate beef dan enak
katanya. Ada pelajaran penting ketika beliau meminta air putih. “I need
mineral water” lalu saya pesankan segelas air putih ternyata tidak mau,
dan ternyata hanya mau air yang botolan, air mineral yang lebih terjamin
kualitasnya daripada air rebusan, hehehe. Selanjutnya kami hunting foto
dan memasuki nightlife di Tugu Jogja, Malioboro, lun-alun utara dan
alun-alun kidul. Oiya, saya hampir lupa. Malam itu juga, kali pertama
Pak Brian naik sepeda motor (membonceng saya). Ada perasaan senang yang
terpancar, namun saya justru khawatir. Masalahnya ban serasa bocor dan
belum seimbang, mungkin karena berat dan belum terbiasa memboceng. As
you know, kami malam itu berempat naik odong-odong. Bayangkan ya, ada
bule yang senang banget naik odong-odong. “Ini juga kali pertamaku naik
odong-odong ini.” Tanpa pikir panjang kami menikmati kebersamaan malam
itu bersama romantisme Yogyakarta. Setelah cukup malam, saya antar Pak
Brian pulang ke hotel. Lega rasanya beliau sukses membonceng
motor.hahaha
Saat Dr. Brian Doucet mengisi kuliah di ruang KHD |
Catatan #3
Hari Selasa ini temanya tentang Important Theories of Human
Geography. Materinya seputrar teorinya Hagerstrand’s concept of time
geography dan Hottelling’s Law or minimum differentiation. Siangnya para
peserta diminta berdiskusi tentang perubahan apa saja yang dirasakan di
Yogyakarta selama dua tahun ini. Ada yang menyampaikan tentang
perubahan tata kota, perubahan budaya, perubahan tingkat perekonomian,
sampai pada berbagai masalah yang terjadi baik sosial maupun masalah
fisik (lingkungan).
Geography. Materinya seputrar teorinya Hagerstrand’s concept of time
geography dan Hottelling’s Law or minimum differentiation. Siangnya para
peserta diminta berdiskusi tentang perubahan apa saja yang dirasakan di
Yogyakarta selama dua tahun ini. Ada yang menyampaikan tentang
perubahan tata kota, perubahan budaya, perubahan tingkat perekonomian,
sampai pada berbagai masalah yang terjadi baik sosial maupun masalah
fisik (lingkungan).
Catatan #4
Hari Rabu ini tema kuliah seputar The Rise and Fall of Cities.
Intinya membicarakan tentang jatuh bangunnya kota. Contoh menariknya
adalah adalah Kota Detroit di Michigan USA. Sudah beberapa tahun yang
lalu kota ini bangkrut karena terlilit hutang sehingga terlihat seperti
kota mati. Penduduk banyak yang pindah dan mengosongkan rumahnya. Bahkan
jalan-jalan menjadi sepi, salah satu sebabnya adalah kegagalan
pemerintahan dalam mengatur perekonomian penduduk. Detroit menjadi kota
sejarah untuk memberikan pelajaran bagi kota-kota lain di dunia tentang
pentingnya menjaga kestabilan ekonomi dan pemerintahan. Malam harinya
Pak Brian diajak dinner bersama dosen-dosen jurusan. Malam sekitar Pkl
19.20 ketika saya masih di kampus tiba-tiba diminta menyusul Pak Brian
di Malioboro. Dengan perasaan bercampur aduk antara jadi ke sana atau
tidak akhirnya saya putuskan untuk menjemput. Lagi, saya meminjam helm
temaan (Arif). Saya bertemu Pak Brian di dekat traffic light. Beliau
mengenakan kaos biru muda, seperti yang dipakai ketika mengajar tadi
pagi. Malam itu saya menemani Pak Brian keliling Malioboro, menyusuri
gang-gang daerah Dagen dan sampai di daerah kauman kami berjalan.
Ternyata malam itu Pak Brian mengajak saya untuk naik Andhong, kendaraan
tradisional yang baru pertama kali beliau naiki. Malam itu ditutup
dengan mengantarkan Pak Brian ke hotel UNY.
Intinya membicarakan tentang jatuh bangunnya kota. Contoh menariknya
adalah adalah Kota Detroit di Michigan USA. Sudah beberapa tahun yang
lalu kota ini bangkrut karena terlilit hutang sehingga terlihat seperti
kota mati. Penduduk banyak yang pindah dan mengosongkan rumahnya. Bahkan
jalan-jalan menjadi sepi, salah satu sebabnya adalah kegagalan
pemerintahan dalam mengatur perekonomian penduduk. Detroit menjadi kota
sejarah untuk memberikan pelajaran bagi kota-kota lain di dunia tentang
pentingnya menjaga kestabilan ekonomi dan pemerintahan. Malam harinya
Pak Brian diajak dinner bersama dosen-dosen jurusan. Malam sekitar Pkl
19.20 ketika saya masih di kampus tiba-tiba diminta menyusul Pak Brian
di Malioboro. Dengan perasaan bercampur aduk antara jadi ke sana atau
tidak akhirnya saya putuskan untuk menjemput. Lagi, saya meminjam helm
temaan (Arif). Saya bertemu Pak Brian di dekat traffic light. Beliau
mengenakan kaos biru muda, seperti yang dipakai ketika mengajar tadi
pagi. Malam itu saya menemani Pak Brian keliling Malioboro, menyusuri
gang-gang daerah Dagen dan sampai di daerah kauman kami berjalan.
Ternyata malam itu Pak Brian mengajak saya untuk naik Andhong, kendaraan
tradisional yang baru pertama kali beliau naiki. Malam itu ditutup
dengan mengantarkan Pak Brian ke hotel UNY.
Beli oleh-oleh di Malioboro (Fadhil, Meytha, Agung, Ipul, Pak Brian, Ebi, Janu) |
Catatan #5
Agenda Kamis ini adalah field study. Bersama sekitar 22 mahasiswa dan 1
dosen kami menuju Gunung Merapi, tepatnya di desa Kinahrejo kecamatan
Cangkringan, Di desa itu pernah terjadi erupsi dahsyat yang merenggut
nyawa Mbah Marijan, orang yang mengerti seluk beluk Merapi. Di sana
terdapat rumah-rumah yang terkena dampak letusan. Kami juga mengunjungi
salah satu bendungan di kali kuning. Siangnya kami menuju ke kraton
masjid Kauman. Agenda field study selesai Pkl 14.00 WIB. Malam harinya,
kami hang out keluar hotel bersama Pak Brian. Kami dapat traktiran makan
malam di Garden Cafe UNY. Malam itu adalah malam terakhir kami bersama
Pak Brian. Waktu terasa begitu cepat, canda tawa, dan kebaikan Pak Brian
kepada kami menjadi sebuah makna tersendiri. Malam itu kami mendapat
motivasi dan inspirasi hidup dari kisah beliau semasa kuliah sampai
akhirnya bekerja di Utrecht University. I can’t forget that story, it’s
too short time for us. Waktu akhirnya berjalan, kami bertujuh segera ke
Maliboro untuk belanja oleh-oleh. Pak Brian akhirnya membeli batik dan
beberapa pakaian untuk putrinya yang masih 4 bulan dan untuk istrinya.
Sampai sekitar Pkl 22.00 kami menyusuri Malioboro, beli es krim, ambil
gambar bersama dan akhirnya pulang ke hotel. Kenangan yang sangat indah
dan tak terlupakan.
dosen kami menuju Gunung Merapi, tepatnya di desa Kinahrejo kecamatan
Cangkringan, Di desa itu pernah terjadi erupsi dahsyat yang merenggut
nyawa Mbah Marijan, orang yang mengerti seluk beluk Merapi. Di sana
terdapat rumah-rumah yang terkena dampak letusan. Kami juga mengunjungi
salah satu bendungan di kali kuning. Siangnya kami menuju ke kraton
masjid Kauman. Agenda field study selesai Pkl 14.00 WIB. Malam harinya,
kami hang out keluar hotel bersama Pak Brian. Kami dapat traktiran makan
malam di Garden Cafe UNY. Malam itu adalah malam terakhir kami bersama
Pak Brian. Waktu terasa begitu cepat, canda tawa, dan kebaikan Pak Brian
kepada kami menjadi sebuah makna tersendiri. Malam itu kami mendapat
motivasi dan inspirasi hidup dari kisah beliau semasa kuliah sampai
akhirnya bekerja di Utrecht University. I can’t forget that story, it’s
too short time for us. Waktu akhirnya berjalan, kami bertujuh segera ke
Maliboro untuk belanja oleh-oleh. Pak Brian akhirnya membeli batik dan
beberapa pakaian untuk putrinya yang masih 4 bulan dan untuk istrinya.
Sampai sekitar Pkl 22.00 kami menyusuri Malioboro, beli es krim, ambil
gambar bersama dan akhirnya pulang ke hotel. Kenangan yang sangat indah
dan tak terlupakan.
Catatan #6
Pagi itu kami awali kuliah dengan sebuah kejutan, wow Pak Brian pakai
baju batik, ini baru luar biasa. Ternyata pesan saya kemarin malam
mendapat sambutan baik Pak Brian. Jumat pagi itu saya mengajak beliau
keliling IS,sampai mampir ke sekret HMPG dan Screen. Intinya beliau
sangat suka untuk diajak jalan-jalan daripada menunggu (diam). Materi
pagi itu melanjutkan contoh kota-kota modern di dunia seperti Edinburgh,
Toronto, dan Rotterdam, Glasgow. Memang sangat menarik untuk
dipelajari. Menjelang siang Pkl 11.00 Pak Brian memperkenalkan study
abroad ke Faculty of Geosceinces, Utrecht University. Para mahasiswa dan
dosen sangat antusia memperhatikan. Janu pengin banget diterima di
Human Geography and Planning, dengan amsa studi 2 tahun (ada riset).
Semoga dikuatkan dalam berjuang menuju Utrecht. Sebelum closing ceremony
ada sambutan dari Bu Hastuti sebagai kepala jurusan serta penyerahan
kenang-kenangan. Saya bersyukur dapat hadiah spesial dari Pak Brian,
alhamdulillah.
baju batik, ini baru luar biasa. Ternyata pesan saya kemarin malam
mendapat sambutan baik Pak Brian. Jumat pagi itu saya mengajak beliau
keliling IS,sampai mampir ke sekret HMPG dan Screen. Intinya beliau
sangat suka untuk diajak jalan-jalan daripada menunggu (diam). Materi
pagi itu melanjutkan contoh kota-kota modern di dunia seperti Edinburgh,
Toronto, dan Rotterdam, Glasgow. Memang sangat menarik untuk
dipelajari. Menjelang siang Pkl 11.00 Pak Brian memperkenalkan study
abroad ke Faculty of Geosceinces, Utrecht University. Para mahasiswa dan
dosen sangat antusia memperhatikan. Janu pengin banget diterima di
Human Geography and Planning, dengan amsa studi 2 tahun (ada riset).
Semoga dikuatkan dalam berjuang menuju Utrecht. Sebelum closing ceremony
ada sambutan dari Bu Hastuti sebagai kepala jurusan serta penyerahan
kenang-kenangan. Saya bersyukur dapat hadiah spesial dari Pak Brian,
alhamdulillah.
Siang harinya saya dan Pak Suhadi mengantar Pak Brian ke airport.
Kami berpisah, rasanya belum mau ditinggal Pak Brian, sosok yang baik
hati, penuh kesabaran, dan senantiasa memberikan motivasi. “I believe
this is not the last time but the first time to see. I’m waiting for
your study in Netherlands“, kata Pak Brian.
Kami berpisah, rasanya belum mau ditinggal Pak Brian, sosok yang baik
hati, penuh kesabaran, dan senantiasa memberikan motivasi. “I believe
this is not the last time but the first time to see. I’m waiting for
your study in Netherlands“, kata Pak Brian.
Dapat gift dari Pak Brian |
Alhamdulillah, 6 catatan perjalanan selama guest lecture ini akan
menjadi sebuah pembelajaran saya dan rekan-rekan untuk hari esok. Kita
patut belajar dari beliau tentang : kedisiplinan waktu, budaya menulis
dan membaca, keberanian menyampaikan pendapat, toleransi agama dan
budaya, serta kegigihan dalam mencapai target hidup. Rasanya saat ini
saya mulai rindu, ingin segera bertemu kembali di Utrecht nan jauh di
sana. InsyaAllah akan ada jalan :))
menjadi sebuah pembelajaran saya dan rekan-rekan untuk hari esok. Kita
patut belajar dari beliau tentang : kedisiplinan waktu, budaya menulis
dan membaca, keberanian menyampaikan pendapat, toleransi agama dan
budaya, serta kegigihan dalam mencapai target hidup. Rasanya saat ini
saya mulai rindu, ingin segera bertemu kembali di Utrecht nan jauh di
sana. InsyaAllah akan ada jalan :))
Semoga tahun 2015 bertemu kembali di Belanda, insyaAllah |
Terimakasih atas kebersamaannya selama mendampingi Pak Brian : Agung
terimakasih sudah buat desain poster dan backdrop bagusss. Ebi makasih
udah menyediakan konsumsi terlezat sam mArdha. Halim, Samsul, dan Putra
yang udah stand by persiapan tempat dan transportasi, joss.. Diana yang
di tengah kesibukannya masih mau membantu acara ini. Meytha yang selalu
stand by jadi MC dan bendahara. Ipul yang ready swaktu-waktu. Apta
makasih yaaa, setidaknya kita belajar menjadi MC dan moderator yang baik
😀 Fadil pakar geomorfologi yang sudah menyempatkan survey dan
memastikan kehadiran peserta. Untuk seluruh keluarga besar Jurusan
Pendidikan Geografi UNY dan HMPG UNY terimakasih atas dukungannya.
Semoga jurusan kita siap mendukung UNY menuju world class university. InsyaAllah :))
terimakasih sudah buat desain poster dan backdrop bagusss. Ebi makasih
udah menyediakan konsumsi terlezat sam mArdha. Halim, Samsul, dan Putra
yang udah stand by persiapan tempat dan transportasi, joss.. Diana yang
di tengah kesibukannya masih mau membantu acara ini. Meytha yang selalu
stand by jadi MC dan bendahara. Ipul yang ready swaktu-waktu. Apta
makasih yaaa, setidaknya kita belajar menjadi MC dan moderator yang baik
😀 Fadil pakar geomorfologi yang sudah menyempatkan survey dan
memastikan kehadiran peserta. Untuk seluruh keluarga besar Jurusan
Pendidikan Geografi UNY dan HMPG UNY terimakasih atas dukungannya.
Semoga jurusan kita siap mendukung UNY menuju world class university. InsyaAllah :))
—-end—-
Salam Hangat,
Janu Muhammad