Bismillah…
Setiap orang wajib hukumnya
mempunyai mimpi. Mimpi atau nama lain dari cita-cita adalah sebuah keinginan
yang akan terpenuhi pada waktu yang akan datang. Saya yakin setiap orang
mempunyai mimpi yang berbeda-beda, betulkah demikian ? Ada yang ingin menjadi dokter,
menjadi guru, menjadi pilot, bahkan memiliki harta melimpah untuk investasi
masa depan. Bagi saya, mimpi mempunyai harta mewah hanya akan membuat orang
lupa akan tujuan hidup. Orang hanya akan memikirkan bagaimana dia bisa memenuhi
keinginannya untuk menjadi orang kaya ataupun bergelimang harta tanpa melihat
hal penting apa yang seharusnya kita siapkan untuk kehidupan setelah mati. Bagi
saya yang Alhamdulillah terlahir muslim, hal utama yang harus saya penuhi
adalah modal untuk akhirat. Modal untuk akhirat itu hanya bisa diperoleh dengan
ibadah karena akan menghasilkan pahala kebaikan. Tentunya, setiap ibadah dan
amalan harus disertai dengan ilmu yang benar, betul demikian ?
mempunyai mimpi. Mimpi atau nama lain dari cita-cita adalah sebuah keinginan
yang akan terpenuhi pada waktu yang akan datang. Saya yakin setiap orang
mempunyai mimpi yang berbeda-beda, betulkah demikian ? Ada yang ingin menjadi dokter,
menjadi guru, menjadi pilot, bahkan memiliki harta melimpah untuk investasi
masa depan. Bagi saya, mimpi mempunyai harta mewah hanya akan membuat orang
lupa akan tujuan hidup. Orang hanya akan memikirkan bagaimana dia bisa memenuhi
keinginannya untuk menjadi orang kaya ataupun bergelimang harta tanpa melihat
hal penting apa yang seharusnya kita siapkan untuk kehidupan setelah mati. Bagi
saya yang Alhamdulillah terlahir muslim, hal utama yang harus saya penuhi
adalah modal untuk akhirat. Modal untuk akhirat itu hanya bisa diperoleh dengan
ibadah karena akan menghasilkan pahala kebaikan. Tentunya, setiap ibadah dan
amalan harus disertai dengan ilmu yang benar, betul demikian ?
Kawan-kawan yang baik hati,
pada kesempatan ini saya ingin berbagi bagaimana saya bisa meraih sebuah mimpi
untuk belajar ke luar negeri dan mencari ilmu untuk investasi masa depan, untuk
dunia dan akhirat. Saya Janu, salah satu mahasiswa asal Indonesia yang tahun
2013 ini diberi kesempatan untuk melangkahkan kaki di negeri kincir angin,
Belanda. Pada tanggal 8-19 Juli 2013 saya mengikuti program Summer School
Utrecht, dengan tema “Contemporary Cities : Challenges and Opportunities”. Pada
tahun ini, saya menjadi satu-satunya delegasi Indonesia dengan tema tersebut.
Summer School Utrecht adalah program kuliah singkat yang diadakan oleh Utrecht
University setiap tahunnya. University Utrecht adalah satu-satunya universitas
yang mengadakan Summer School dengan jumlah program terbanyak. Saya memilih
program yang berhubungan dengan kota sesuai dengan basis saya di geografi.
Kebetulan di kampus juga ada mata kuliah yang serupa yaitu geografi desa kota.
pada kesempatan ini saya ingin berbagi bagaimana saya bisa meraih sebuah mimpi
untuk belajar ke luar negeri dan mencari ilmu untuk investasi masa depan, untuk
dunia dan akhirat. Saya Janu, salah satu mahasiswa asal Indonesia yang tahun
2013 ini diberi kesempatan untuk melangkahkan kaki di negeri kincir angin,
Belanda. Pada tanggal 8-19 Juli 2013 saya mengikuti program Summer School
Utrecht, dengan tema “Contemporary Cities : Challenges and Opportunities”. Pada
tahun ini, saya menjadi satu-satunya delegasi Indonesia dengan tema tersebut.
Summer School Utrecht adalah program kuliah singkat yang diadakan oleh Utrecht
University setiap tahunnya. University Utrecht adalah satu-satunya universitas
yang mengadakan Summer School dengan jumlah program terbanyak. Saya memilih
program yang berhubungan dengan kota sesuai dengan basis saya di geografi.
Kebetulan di kampus juga ada mata kuliah yang serupa yaitu geografi desa kota.
Saya mengikuti Summer School
ini bukan tanpa persiapan. Semenjak awal tahun 2013, tepatnya bulan Januari
saya mulai mengenal Utrecht University yang merupakan universitas terbaik ke-2
di Belanda dengan peringkat ke-53 di dunia. Saat itu Utrecht University membuka
program kuliah musim panas dan saya tertarik untuk mencoba mengajukan lamaran.
Pada bulan Januari itu juga saya mengirim segala berkas, mulai dari skore
Toefl, formulir pendaftaran yang telah diisi, copy passport, esai, dan beberapa
berkas lain. Alhamdulillah, saya diterimas menjadi salah satu peserta Summer
School Utrecht 2013. Saya sangat bersemnagt untuk mencoba karena ini kali pertama
saya ‘ingin sekali’ keluar di zona nyaman. Rutinitas kampus dan statisnya gaya
perkuliahan di kampus membuat saya termotivasi untuk belajar ke luar negeri.
Ya, semenjak saat itu mimpi ke luar negeri tumbuh dan berkembang di sanubari.
ini bukan tanpa persiapan. Semenjak awal tahun 2013, tepatnya bulan Januari
saya mulai mengenal Utrecht University yang merupakan universitas terbaik ke-2
di Belanda dengan peringkat ke-53 di dunia. Saat itu Utrecht University membuka
program kuliah musim panas dan saya tertarik untuk mencoba mengajukan lamaran.
Pada bulan Januari itu juga saya mengirim segala berkas, mulai dari skore
Toefl, formulir pendaftaran yang telah diisi, copy passport, esai, dan beberapa
berkas lain. Alhamdulillah, saya diterimas menjadi salah satu peserta Summer
School Utrecht 2013. Saya sangat bersemnagt untuk mencoba karena ini kali pertama
saya ‘ingin sekali’ keluar di zona nyaman. Rutinitas kampus dan statisnya gaya
perkuliahan di kampus membuat saya termotivasi untuk belajar ke luar negeri.
Ya, semenjak saat itu mimpi ke luar negeri tumbuh dan berkembang di sanubari.
Ingin belajar ke luar negeri
tentunya memerlukan persiapan yang matang. Berikut akan saya share apa yang
telah saya persiapkan sejak Januari-Juli. Pertama, mematangkan niat. Pertanyaan
yang perlu dijawab adalah “Mengapa kita ingin belajar ke luar negeri ?” Inilah
aspek mendasar yang harus diperhatikan sejak awal. Saya kira alasan belajar ke
luar negeri adalah murni untuk mencari ilmu dan tentunya ibadah. Mengapa ?
Karena saya sebagai muslim, mencari ilmu yang bermanfaat adalah kewajiban.
Setelah ilmu diperoleh, akan lebih baik dan barokah jika disharekan dan
ditransfer ke orang lain karena pahalanya insyaAllah akan berlipat. Jadi, mari
bulatkan tekad untuk tidak sekadar ingin “jalan-jalan” ataupun “bosan” dengan
negeri sendiri. Ini faedah yang utama.
tentunya memerlukan persiapan yang matang. Berikut akan saya share apa yang
telah saya persiapkan sejak Januari-Juli. Pertama, mematangkan niat. Pertanyaan
yang perlu dijawab adalah “Mengapa kita ingin belajar ke luar negeri ?” Inilah
aspek mendasar yang harus diperhatikan sejak awal. Saya kira alasan belajar ke
luar negeri adalah murni untuk mencari ilmu dan tentunya ibadah. Mengapa ?
Karena saya sebagai muslim, mencari ilmu yang bermanfaat adalah kewajiban.
Setelah ilmu diperoleh, akan lebih baik dan barokah jika disharekan dan
ditransfer ke orang lain karena pahalanya insyaAllah akan berlipat. Jadi, mari
bulatkan tekad untuk tidak sekadar ingin “jalan-jalan” ataupun “bosan” dengan
negeri sendiri. Ini faedah yang utama.
Kedua, “Apa yang harus saya
lakukan setelah berniat?”
lakukan setelah berniat?”
Setelah membulatkan niat
sudah menjadi kewajiban untuk mengkomunikasikan niat kita kepada Allah, orang
tua, maupun orang-orang di sekitar Anda. Komunikasi dengan Allah tentunya
melalui kewajiban lima waktu maupun amalan lainnya. Perlu diingat, bahwa itu
akan lebih baik jika kita berikhtiar disertai doa dan tawakal. Selain itu,
ridho orang tua juga perlu. Sudah sepantasnya orang tua member restu dan izin
akan kepergian kita menuntut ilmu ke luar negeri. Mohonlah kepada beliau-beliau
agar selalu mendoakan setiap setelah sholat agar senantiasa diberi kemudahan. Orang
tua memegang peran penting dalam pertimbangan setiap langkah dan kemantapan
kita untuk terus berjuang. Selain kepada orang tua, silakan mohon doa dan saran
dari saudara, keluarga, serta kawan Anda. Ini aspek penting yang perlu
dilakukan.
sudah menjadi kewajiban untuk mengkomunikasikan niat kita kepada Allah, orang
tua, maupun orang-orang di sekitar Anda. Komunikasi dengan Allah tentunya
melalui kewajiban lima waktu maupun amalan lainnya. Perlu diingat, bahwa itu
akan lebih baik jika kita berikhtiar disertai doa dan tawakal. Selain itu,
ridho orang tua juga perlu. Sudah sepantasnya orang tua member restu dan izin
akan kepergian kita menuntut ilmu ke luar negeri. Mohonlah kepada beliau-beliau
agar selalu mendoakan setiap setelah sholat agar senantiasa diberi kemudahan. Orang
tua memegang peran penting dalam pertimbangan setiap langkah dan kemantapan
kita untuk terus berjuang. Selain kepada orang tua, silakan mohon doa dan saran
dari saudara, keluarga, serta kawan Anda. Ini aspek penting yang perlu
dilakukan.
Ketiga, “Apa saja yang harus
saya siapkan ?”
saya siapkan ?”
Setelah memantapkan niat dan
meminta doa, sudah seharusnya kita mempersiapkan hal-hal teknis seperti
persiapan ilmu, persiapan passport, visa, dan segala dokumen yang diperlukan.
Summer School saya kali ini mengharuskan saya untuk membaca referensi atau tema
terkait isu-isu kota, bisa membaca buku ataupun melalui internet.
meminta doa, sudah seharusnya kita mempersiapkan hal-hal teknis seperti
persiapan ilmu, persiapan passport, visa, dan segala dokumen yang diperlukan.
Summer School saya kali ini mengharuskan saya untuk membaca referensi atau tema
terkait isu-isu kota, bisa membaca buku ataupun melalui internet.
Jangan lupa
juga untuk bertanya kepada teman yang pernah pergi ke luar negeri.
juga untuk bertanya kepada teman yang pernah pergi ke luar negeri.
Pada bulan Januari 2013 saya
membuat passport hijau. Ini adalah syarat wajib yang harus ada ketika kita
ingin berkunjung ke luar negeri. Passport bisa dibuat di kantor imigrasi setiap
provinsi di Indonesia. Berkas dan ketentuan passport contohnya ada di sini.
Setelah membuat passport, langkah selanjutnya adalah memikirkan “Bagaimana saya
bisa membiayai perjalanan saya belajar ke luar negeri ?” Ini adalah hal
terpenting dan urgent. Tanpa ada biaya, kita mustahil bisa terbang ke luar
negeri. Silakan untuk bertanya kepada penyelenggara program, adakah
scholarship untuk program yang kita ambil. Kebetulan untuk program saya tidak
tersedia scholarship. Untuk itu saya harus mencari sumber lain. Saya membiaya
perjalanan ke Belanda ini dengan menggunakan biaya orang tua, bantuan UNY, dan
sponsor. Tentunya saya perlu sponsor agar perjalanan saya bisa didukung dari
segi financial. Saya mengajukan beberapa proposal ke bank BNI, BPD, Mandiri,
Astra Internasional, Dikti, Garuda Indonesia, dan lain-lain. Dari perjuangan
itu, saya mendapatkan sponsor dari Garuda Indonesia berupa harga tiket khusus
pergi dan pulang. Meskipun saya tetap membayar tiket, namun bersyukur telah ada
yang meringankan dan mendukung studi saya ini. Untuk proposal Dikti, saya sudah
kedua kalinya belum mendapat berita baik, begitu pula proposal lainnya. Tidak
masalah, harus tetap semangat untuk menghidupkan mimpi. Setelah hal financial
selesai, saatnya mempersiapkan yang lain.
membuat passport hijau. Ini adalah syarat wajib yang harus ada ketika kita
ingin berkunjung ke luar negeri. Passport bisa dibuat di kantor imigrasi setiap
provinsi di Indonesia. Berkas dan ketentuan passport contohnya ada di sini.
Setelah membuat passport, langkah selanjutnya adalah memikirkan “Bagaimana saya
bisa membiayai perjalanan saya belajar ke luar negeri ?” Ini adalah hal
terpenting dan urgent. Tanpa ada biaya, kita mustahil bisa terbang ke luar
negeri. Silakan untuk bertanya kepada penyelenggara program, adakah
scholarship untuk program yang kita ambil. Kebetulan untuk program saya tidak
tersedia scholarship. Untuk itu saya harus mencari sumber lain. Saya membiaya
perjalanan ke Belanda ini dengan menggunakan biaya orang tua, bantuan UNY, dan
sponsor. Tentunya saya perlu sponsor agar perjalanan saya bisa didukung dari
segi financial. Saya mengajukan beberapa proposal ke bank BNI, BPD, Mandiri,
Astra Internasional, Dikti, Garuda Indonesia, dan lain-lain. Dari perjuangan
itu, saya mendapatkan sponsor dari Garuda Indonesia berupa harga tiket khusus
pergi dan pulang. Meskipun saya tetap membayar tiket, namun bersyukur telah ada
yang meringankan dan mendukung studi saya ini. Untuk proposal Dikti, saya sudah
kedua kalinya belum mendapat berita baik, begitu pula proposal lainnya. Tidak
masalah, harus tetap semangat untuk menghidupkan mimpi. Setelah hal financial
selesai, saatnya mempersiapkan yang lain.
Dokumen penting yang harus
ada ketika belajar ke luar negeri adalah : passport, visa, asuransi, tiket
pesawat, surat penerimaan (Letter of Acceptance), surat tugas dari kampus,
dokumen pribadi. Saya sekitar bulan Februari sudah mendapatkan passport dan
LoA. LoA dikirim langsung dari Utrecht
dan ditujukan ke rumah saya melalui pos. Bulan Februari dan sampai sekitar Mei
saya gunakan untuk mencari sponsor.
ada ketika belajar ke luar negeri adalah : passport, visa, asuransi, tiket
pesawat, surat penerimaan (Letter of Acceptance), surat tugas dari kampus,
dokumen pribadi. Saya sekitar bulan Februari sudah mendapatkan passport dan
LoA. LoA dikirim langsung dari Utrecht
dan ditujukan ke rumah saya melalui pos. Bulan Februari dan sampai sekitar Mei
saya gunakan untuk mencari sponsor.
Memasuki H-1 bulan, saya
harus mempersiapkan visa, assuransi, tiket, surat tugas, dll. Kondisi saya saat
itu benar-benar down dan sangat tidak memungkinkan untuk mengurus semua berkas.
Saya kebetulan baru ujian semester dan kondisi kesehatan baru tidak fit.
Mungkin yang ada di benak saya adalah “Saya ingin sekali meraih mimpi itu dan
saya tidak mau menyerah begini saja.” Dukungan bapak ibu yang begitu besar
adalah motivasi saya untuk terus melangkah karena saya sudah berada satu
langkah ke depan. Saya sulit sekali membayangkan,
betapa besar dukungan bapak ibu kepada saya agar bisa ‘sekolah’ setinggi
mungkin. Padahal, beliau-beliau dalam kesehariannya sebagai pedagang di pasar
Sleman dan tentu akan berat jika harus membiayai semuanya. Saya berusaha tegar,
inilah kepercayaan bapak ibu agar putranya ini jauh lebih baik, bisa lulus
dengan baik, bekerja, dan menikah. Perjuangan bapak ibu yang sehari-hari
biasanya berangkat ke pasar jam 3 pagi dan sampai rumah jam 2 siang, setelah itu
melayani petani yang menjual hasil pertaniannya seperti sayuran dan cabe sampai
larut malam. Biasanya bapak ibu tidur jam 11 malam, kemudian bangun jam 2 pagi.
Sungguh tak kuasa betapa beratnya perjuangan bapak-ibu.
harus mempersiapkan visa, assuransi, tiket, surat tugas, dll. Kondisi saya saat
itu benar-benar down dan sangat tidak memungkinkan untuk mengurus semua berkas.
Saya kebetulan baru ujian semester dan kondisi kesehatan baru tidak fit.
Mungkin yang ada di benak saya adalah “Saya ingin sekali meraih mimpi itu dan
saya tidak mau menyerah begini saja.” Dukungan bapak ibu yang begitu besar
adalah motivasi saya untuk terus melangkah karena saya sudah berada satu
langkah ke depan. Saya sulit sekali membayangkan,
betapa besar dukungan bapak ibu kepada saya agar bisa ‘sekolah’ setinggi
mungkin. Padahal, beliau-beliau dalam kesehariannya sebagai pedagang di pasar
Sleman dan tentu akan berat jika harus membiayai semuanya. Saya berusaha tegar,
inilah kepercayaan bapak ibu agar putranya ini jauh lebih baik, bisa lulus
dengan baik, bekerja, dan menikah. Perjuangan bapak ibu yang sehari-hari
biasanya berangkat ke pasar jam 3 pagi dan sampai rumah jam 2 siang, setelah itu
melayani petani yang menjual hasil pertaniannya seperti sayuran dan cabe sampai
larut malam. Biasanya bapak ibu tidur jam 11 malam, kemudian bangun jam 2 pagi.
Sungguh tak kuasa betapa beratnya perjuangan bapak-ibu.
Itulah yang menjadi motivasi
untuk bangkit. Namun, bulan Juni saya mengalami sakit yang cukup serius. Saya
terbaring lemas selama satu pekan karena “vertigo” saya kambuh. Vertigo adalah
gejala sakit kepala yang bukan main sakitnya. Mirip seperti migraine, namun
lebih sering kambuh. Saya divonis dokter memiliki vertigo sejak sekitar dua
tahun yang lalu. Pikiran kecil saya “Saya ini terlalu memforsir diri dan
memikirkan mimpi ini.” Ya, saya mengevaluasi diri bahwa saya mungkin terlalu
berambisi untuk pergi ke luar negeri dengan kondisi kesehatan yang tidak
mendukung. Sejak saat itu, cobaan niat mulai datang. Niat saya mulai goyah,
ditambah lagi sulitnya membuat janji pembuatan visa di Jakarta yang amat sulit
karena full booked. Yang saya lakukan adalah : tawakal dan menyerahkan semuanya
pada Yang Maha Kuasa. Namun, tentu saja saya tidak diam begitu saja. Di
sela-sela sakit, saya masih berusaha untuk mengirim email, mencari segala
informasi terkait keberangkatan saya besok Juli. Dengan pikiran yang lebih
ringan dan atas nasihat orang tua agar jangan memikirkan terlalu dalam,
ikhlaskan apa yang nanti akan terjadi. Ya, saya percaya apapun yang terjadi
sudah menjadi kehendak Allah untuk saya.
untuk bangkit. Namun, bulan Juni saya mengalami sakit yang cukup serius. Saya
terbaring lemas selama satu pekan karena “vertigo” saya kambuh. Vertigo adalah
gejala sakit kepala yang bukan main sakitnya. Mirip seperti migraine, namun
lebih sering kambuh. Saya divonis dokter memiliki vertigo sejak sekitar dua
tahun yang lalu. Pikiran kecil saya “Saya ini terlalu memforsir diri dan
memikirkan mimpi ini.” Ya, saya mengevaluasi diri bahwa saya mungkin terlalu
berambisi untuk pergi ke luar negeri dengan kondisi kesehatan yang tidak
mendukung. Sejak saat itu, cobaan niat mulai datang. Niat saya mulai goyah,
ditambah lagi sulitnya membuat janji pembuatan visa di Jakarta yang amat sulit
karena full booked. Yang saya lakukan adalah : tawakal dan menyerahkan semuanya
pada Yang Maha Kuasa. Namun, tentu saja saya tidak diam begitu saja. Di
sela-sela sakit, saya masih berusaha untuk mengirim email, mencari segala
informasi terkait keberangkatan saya besok Juli. Dengan pikiran yang lebih
ringan dan atas nasihat orang tua agar jangan memikirkan terlalu dalam,
ikhlaskan apa yang nanti akan terjadi. Ya, saya percaya apapun yang terjadi
sudah menjadi kehendak Allah untuk saya.
Kondisi ini mulai menuai
titik terang semenjak sebuah email masuk di inbox saya. Intinya, saya diberi
kesempatan untuk dating ke Jakarta dan membuat visa. Saya menerima email itu
dari Embassy Netherlands hari Kamis, 27 Juni 2013 dan diminta ke Jakarta hari
Senin 1 Juli 2013. Saya harus mengirim berkas visa, selengkapnya bisa dilihat
di bagian postingan ini. Dari hari Senin-Kamis saya di Jakarta untuk
menyelesaikan visa saya. Pada hari Jumat 5 Juli 2013 benar-benar mencapai titik
klimaks. Surat tugas, tiket pesawat, mencetak baner dan yang lainnya menjadi
satu pekerjaan pada hari itu. Samapai akhirnya pada hari Sabtu sore saya
berangkat ke Jakarta untuk menanti hari Minggu malam penerbangan saya.
Alhamdulillah, semua berkas dan segala kebutuihan sudah siap. Saya jadi ke Belanda….
Terimakasih ya Allah.
titik terang semenjak sebuah email masuk di inbox saya. Intinya, saya diberi
kesempatan untuk dating ke Jakarta dan membuat visa. Saya menerima email itu
dari Embassy Netherlands hari Kamis, 27 Juni 2013 dan diminta ke Jakarta hari
Senin 1 Juli 2013. Saya harus mengirim berkas visa, selengkapnya bisa dilihat
di bagian postingan ini. Dari hari Senin-Kamis saya di Jakarta untuk
menyelesaikan visa saya. Pada hari Jumat 5 Juli 2013 benar-benar mencapai titik
klimaks. Surat tugas, tiket pesawat, mencetak baner dan yang lainnya menjadi
satu pekerjaan pada hari itu. Samapai akhirnya pada hari Sabtu sore saya
berangkat ke Jakarta untuk menanti hari Minggu malam penerbangan saya.
Alhamdulillah, semua berkas dan segala kebutuihan sudah siap. Saya jadi ke Belanda….
Terimakasih ya Allah.
Hari Sabtu 6 Juli 2013 menjadi sebuah keharuan bagi saya
karena berpisah dari keluarga dan akan menjalani Ramadhan di negeri yang sangat
jauh dari Indonesia. Bapak, ibu, dan adek mengantarkan saya sampai di stasiun
tugu. Pelukan hangat dari bapak dan ibu saat itu seakan menghapus keringat
perjuangan saya selama 7 bulan ini. Saya yakin mampu, dan Allah telah membuka
jalan untuk saya. Ibu, beliau lah pahlawan yang selalu ada di samping saya, mendoakan
dan menginginkan yang terbaik untuik putra sulungnya ini. Bapak, di usianya
yang akan memasuki setengah abad seakan menjadi penerang agar saya bisa
bermanfaat untuk keluarga, agama, dan semua orang. Itu pesan bapak yang
benar-benar saya ingat karena suatu saat nanti saya lah yang akan merawat beliau dan membalas budi kepada orang tua saya.
karena berpisah dari keluarga dan akan menjalani Ramadhan di negeri yang sangat
jauh dari Indonesia. Bapak, ibu, dan adek mengantarkan saya sampai di stasiun
tugu. Pelukan hangat dari bapak dan ibu saat itu seakan menghapus keringat
perjuangan saya selama 7 bulan ini. Saya yakin mampu, dan Allah telah membuka
jalan untuk saya. Ibu, beliau lah pahlawan yang selalu ada di samping saya, mendoakan
dan menginginkan yang terbaik untuik putra sulungnya ini. Bapak, di usianya
yang akan memasuki setengah abad seakan menjadi penerang agar saya bisa
bermanfaat untuk keluarga, agama, dan semua orang. Itu pesan bapak yang
benar-benar saya ingat karena suatu saat nanti saya lah yang akan merawat beliau dan membalas budi kepada orang tua saya.
Bersama mas Richo, ketua PPI Utrecht yang dengan ikhlas menolong saya, ini momen mengharukan saat mau pulang |
Saat kisah ini saya tulis,
tak kuasa air mata mengalir membasai wajah saya. Saya haru, bersyukur, dan
hanya bisa berterimakasih kepada Allah subhanahu wata’ala atas terkabulnya doa
yang selama ini saya panjatkan. Saya telah mebuktikannya, kekuatan doa adalah
kunci utama selain usaha keras.
tak kuasa air mata mengalir membasai wajah saya. Saya haru, bersyukur, dan
hanya bisa berterimakasih kepada Allah subhanahu wata’ala atas terkabulnya doa
yang selama ini saya panjatkan. Saya telah mebuktikannya, kekuatan doa adalah
kunci utama selain usaha keras.
Beberapa tips di atas adalah
sedikit tips yang bisa saya bagikan. Sekali lagi, saya hanya manusia biasa yang
mau berusaha untuk terus berjuang meraih cita-cita menjadi dosen geografi. Hal
ini pun saya temui ketika di Belanda, bertemu dengan kakak-kakak Perhimpunan
Pelajar Indonesia di Utrecht. Barangkali di postingan selanjutnya saya akan
membagikan kisah suka-duka belajar di luar negeri dan apa saja yang akhirnya saya
dapatkan.
sedikit tips yang bisa saya bagikan. Sekali lagi, saya hanya manusia biasa yang
mau berusaha untuk terus berjuang meraih cita-cita menjadi dosen geografi. Hal
ini pun saya temui ketika di Belanda, bertemu dengan kakak-kakak Perhimpunan
Pelajar Indonesia di Utrecht. Barangkali di postingan selanjutnya saya akan
membagikan kisah suka-duka belajar di luar negeri dan apa saja yang akhirnya saya
dapatkan.
Jadi, menurut saya belajar
ke luar negeri dalam Summer School ini adalah gerbang menuju masa depan saya.
Tentu ini adalah kesempatan saya untuk membuka mata di dunia internasional,
demi sebuah ilmu. Semoga bermanfaat dan pesan saya :
ke luar negeri dalam Summer School ini adalah gerbang menuju masa depan saya.
Tentu ini adalah kesempatan saya untuk membuka mata di dunia internasional,
demi sebuah ilmu. Semoga bermanfaat dan pesan saya :
“Hidupkanlah mimpi-mimpimu,
meski batu dan duri engkau hadapi. Terus berusahalah, berjuanglah sampai titik
ketika kamu benar-benar tidak mampu lagi. Ingatlah bahwa perjuangan itu pahit
namun buahnya akan sangat manis. Teruslah berdoa dan bermunajah kepada Allah untuk
mengiringi apa yang menjadi keputusanmu nanti. Semoga engkau selalu dimudahkan
Allah, begitu pula harapanku kepadamu.”
meski batu dan duri engkau hadapi. Terus berusahalah, berjuanglah sampai titik
ketika kamu benar-benar tidak mampu lagi. Ingatlah bahwa perjuangan itu pahit
namun buahnya akan sangat manis. Teruslah berdoa dan bermunajah kepada Allah untuk
mengiringi apa yang menjadi keputusanmu nanti. Semoga engkau selalu dimudahkan
Allah, begitu pula harapanku kepadamu.”
16 Comments. Leave new
sangat mengispirasi mas janu
semoga saling menginspirasi bro gilang 🙂
mas janu selamat ya mas, kisahnya penuh perjuangan dan menginspirasi 🙂
terimakasih doanya dek 🙂
Selamat mas januu 🙂
– anggota Yels 2013 ..
terimakasih mas/mbak, wah siapa nih ? 🙂
AMIN. Bro…!!! tulisan-mu ini, menjadi motovasi untuk sy juga.
siappppp,,,see you in Utrecht 🙂
mantap mas… semangatnya insyaallah tertular ke aku.. makasih mas! 🙂
aamiin,insyaAllah 🙂
Mas janu ini sangat menginspirasi 🙂
semoga saling menginspirasi mas Eko…
hehe
mas itu biaya visa,trasport keluar egeri,dll tanggung sendiri?
maaf baru bisa membalas. alhamdulillah ada bantuan dari kampus dan sponsor 🙂 kalau ditanggung sendiri ya berat…hehe
Mas, bisa minta contoh proposalnya tlg kirim ke email saya ya. Terima kasih
Mas, gmna sih kriteria proposal mas shingga bisa dterima oleh garuda? Mgkin bisa dkrim contohnya? Saya btuh banget bantuannya. Trima ksih.