Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang selalu memberikan kasih dan sayang-Nya kepada kita semua, hingga detik ini saya masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk menghirup udara segar di dunia. Ba’da tahmid, sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada uswah kita, Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam.
Saya coba memenuhi janji saya untuk melanjutkan kisah Summer School Utrecht 2013 saya. Memori ini saya kira tidak akan lepas dari benak dan pikrian saya, dua minggu di Utrecht adalah sebuah pengalaman baru yang menjadi tonggak studi saya selanjutnya. Setelah perjalanan hari pertama kemarin, mari kita lanjutkan untuk menengok hari kedua sampai hari terakhir. Barangkali akan sulit terurai secara detail jika hanya saya share kan melalui blog ini, barangkali bisa saya tulis dalam sebuah novel pribadi. Pada hari kedua ini saya mendapatkan tambahan ilmu dari Mr. Brian Doucet, “Introduction to Utrecht” pengenalan kota Utrecht yang menjadi pusat akulturasi budaya, perekonomian, dan pusat studi di Belanda. Kami dijelaskan mulai dari sejarahnya, sampai pendekatan geografi terkait kota. Setelah itu, kami diajak untuk berkeliling Utrecht menggunakan sepeda. Saya kagum dan senang dengan budaya bersepeda di sini. Di sini banyak orang yang bersepeda, entah itu mahasiswa, warga, dosen, maupun pejabat. Semua sama, semua bersepeda. Pesepeda ibarat menjadi ‘raja’ di Belanda karena keberadaannya sangat dihormati. Sepeda menajdi prioritas transportasi utama, selain ada bis, mobil, motor, maupun tram. Pada sesi selanjutnya saya mendapat ilmu tentang geografi ekonomi dari sudut pandang enterpreneurship. Kuliah berakhir pukul 17.00.
Hari berikutrnya, Rabu 10 Juli 2013 masih kuliah seperti biasa. Namun, pada siang harinya saya tidak masuk kuliah karena ada janji bertemu dengan kakak-kakak PPI Utrecht. PPI adalah singkatan Perhimpunan Pelajar Indonesia. Saya saat itu sangat memerlukan sekali bantuan karena ada masalah yang cukup ‘serius’ dan privacy, hehe. Saya berjumpa dengan mas Richo Andi Wibowo (PhD candidate, dosen Fakultas Hukum UGM) serta mas Ariyadi Wijaya (PhD candidate, dosen Matematika UNY). Kami bertemu di depan Summer School Office Janskerkhof dan akhirnya bisa berbincang di kampus. Jujur, saya bersyukur bisa bertemu beliau-beliau, alhamdulillah…
Memasuki hari berikutnya, hari Kamis adalah hari yang berkesan karena saya dan kawan-kawan diberi kesempatan ke Eindhoven. Eindhoven itu keren, karena kota sepeda. Pengalaman unik hari itu adalah : saya ketinggalan kereta dan bingung harus bagaimana, untung ada Pamela teman saya yang juga ketinggal. Kami akhirnya berangkat barenag dan sampai di hall sekitar Pkl 11.00. Setelah itu kami diajak berkeliling memakai sepeda, Eindhoven itu kota inivatif dan modern, bangunannya lebih modern daripada Utrecht. Sore harinya ada BBQ Time, saya hanya bisa ‘mlongo’ karena alhamdulillah puasa, perlu hati-hati ya karena banyak hidangan yang menggoda namun belum tentu halal.
Ini kawan-kawan saya, senangnya bisa cycling tour bareng 🙂 |
Terimakasih Mr. Joost de Kruiff |
Janu di depan Eindhoven Hall |
Ini Mr. Brian Doucet, dosen paling keren dan top dah 😀 |
Hari berikutnya, Jumat 12 Juli 2013 adalah kuliah ke 10 dilanjutkan observation assignment. Saya diberi tugas pertama untuk observasi ke Vorstraat dengan Ji Hye (mahasiswi asal Korsel). Hari itu saya jujur pengin segera pulang ke asrama dan melepas lelah untuk akhir pekan. Nah, akhir pekannya itu, Sabtu dan Minggu hanya saya gunakan di housing. Aktivitas saya adalah : bersih-bersih, blogging, mulai menyusun jadwal pekan depan, dan mulai menyusun tugas. Teman-teman saya sebagian jalan-jalan, ada yang ke Cheese Farm dll, sepertinya mereka semangat sekali untuk liburan. Saya agak menahan dan harus ngirit di sini, dan tentunya harus menjaga puasa saya.
salah satu sudut Voorstraat |
Hari berikutnya, Senin 15 Juli saya mendapat mata kuliah tentang “Gentrification of the City: Urban Problem or Urban Solution?” dari Mr Brian, Population Change dari Dr. Pieter, dan Transport and Mobility in Netherlands. Hari itu sangat menarik, terutama untuk topik terakhir. Kami diberi kesempatan untuk sharing, saya pun menceritakan kondisi di Indonesia.
Selasa, 16 Juli 2013 kami berkunjung ke Amsterdam, sebuah kota modern yang sangat berkembang. Intinya kami diceritakan perkembangan housing di kota ini, jelas lebih mahal biaya hidup di AMS. Sore harinya saya sempatkan untuk berkunjung e Rijksmuseum dan sedikit mengambil gambar di “I amterdam”. Tak lupa saya membeli souvenir di dekat central station.
I amsterdam di depan Rijksmuseum |
Merah Putih-ASEAN |
KBRI Den Haag |
Hari Rabu, harinya ke KBRI Den Haag. Di sini saya meminta SPPD untuk LPJ saya ke rektorat UNY. Pengalaman uniknya adalah perjalanan ke Den Haag yang menguras waktu dan biaya, maklum biaya perjalanan sekitar 26 Euro atau sekitar 300 ribu, yang penting sudah dapat stempel KBRI Den Haag meski harus nyasar mencari lokasi KBRI.
Kamisnya saya ke Rotterdam, di sana ada rumah kubus, pelabuhan, dan pokoknya Rotterdam itu seperti distrik area yang sangat-sangat modern. Hari Jumat adalah hari terakhir, kami evaluasi bersama, presentasi poster, dan sayonara 🙂 Setelah itu saya menuju rumah mas Richo untuk bermalam dan esok Sabtu ini akan terbang ke Indonesia…insyaAllah. Memori dua minggu ini akan selalu terkenang dan tumbuh untuk masa depan.
“Hidup mengajari kita untuk selalu tegar dalam mengambil keputusan. Konsekuensinya adalah : bersiaplah akan risiko yang ada dan tetap berjuanglah untuk tegar menjalaninya.”
-JM-
1 Comment. Leave new
kata-kata petuahnya bijak sekali mas 🙂
memotivasi saya yg masih sering homesick. kangen rumah.
salam,
dian
camaba pend. geo 2013