Hari ke-3
(2 Juli 2013)
Perjalanan saya di Jakarta
memasuki hari ke-3. Hari ini saya berharap akan jauh lebih baik. Saya awali
pagi itu dengan mandi pagi. Saya juga membuat makanan pengganjal perut, roti
tawar bertabur meses dan susu coklat serta segelas susu. Tidak lupa, saya juga
membuatkannya untuk mas Ichan. Kami pun memulai aktivitas masing-masing. Mas
Ichan kuliah di BSI dan saya menuju ke Embassy of Netherlands di jalan Rasuna
Said, daerah mega Kuningan. Kami naik transjakarta, transportasi yang lumayan
aman, nyaman, serta terjangkau. Kebetulan kami dapat tiket seharga dua ribu
karena belum jam 7, tiket biasanya seharga tiga ribu lima ratus. Beberapa
halted an transit saya lalui, sampai akhirnya saya turun di Kuningan Timur. Ada
sedikit tips : jangan malu dan sungkan untuk bertanya ya kalau masih lugu
seperti saya ini.
memasuki hari ke-3. Hari ini saya berharap akan jauh lebih baik. Saya awali
pagi itu dengan mandi pagi. Saya juga membuat makanan pengganjal perut, roti
tawar bertabur meses dan susu coklat serta segelas susu. Tidak lupa, saya juga
membuatkannya untuk mas Ichan. Kami pun memulai aktivitas masing-masing. Mas
Ichan kuliah di BSI dan saya menuju ke Embassy of Netherlands di jalan Rasuna
Said, daerah mega Kuningan. Kami naik transjakarta, transportasi yang lumayan
aman, nyaman, serta terjangkau. Kebetulan kami dapat tiket seharga dua ribu
karena belum jam 7, tiket biasanya seharga tiga ribu lima ratus. Beberapa
halted an transit saya lalui, sampai akhirnya saya turun di Kuningan Timur. Ada
sedikit tips : jangan malu dan sungkan untuk bertanya ya kalau masih lugu
seperti saya ini.
Tampaknya aktivitas di kedutaan
sudah dimulai. Di sekitar Kuningan sini memang daerahnya kedutaan, ada kedubes
Switzerland, India, Pakistan, dal lain sebagainya. Semuanya dijaga super ketat.
“Alhamdulillah, ketemu juga,” senangnya hati saya. Selama ini sulit sekali
membuat appointment dan sukurlah bias ke sini sekarang. Saya lalu bertanya ke
security kedubes Belanda, mereka menyuruh saya untuk lewat pintu samping. Ya,
memang biasanya setiap tamu lewat pintu samping. Sesampainya di sana, saya
ditanya petugas keamanan (baca:satpam). “Ada keperluan apa Pak ?” tanyanya.
Wah, masih muda begini kok dikatakan “bapak”. “Saya ada keperluan pembuatan
visa Pak,” jawab saya. Lalu beliau mempersilakan saya ke petugas selanjutnya.
Tas dan diri saya diperiksa, bahkan tasnya dibuka di security check pakai metal
detector dan pintu ajaib (pintu pemeriksaan). Alhamdulilah lolos, itu artinya
saya tidak membawa benda tajam atau bom serta sejenisnya.
sudah dimulai. Di sekitar Kuningan sini memang daerahnya kedutaan, ada kedubes
Switzerland, India, Pakistan, dal lain sebagainya. Semuanya dijaga super ketat.
“Alhamdulillah, ketemu juga,” senangnya hati saya. Selama ini sulit sekali
membuat appointment dan sukurlah bias ke sini sekarang. Saya lalu bertanya ke
security kedubes Belanda, mereka menyuruh saya untuk lewat pintu samping. Ya,
memang biasanya setiap tamu lewat pintu samping. Sesampainya di sana, saya
ditanya petugas keamanan (baca:satpam). “Ada keperluan apa Pak ?” tanyanya.
Wah, masih muda begini kok dikatakan “bapak”. “Saya ada keperluan pembuatan
visa Pak,” jawab saya. Lalu beliau mempersilakan saya ke petugas selanjutnya.
Tas dan diri saya diperiksa, bahkan tasnya dibuka di security check pakai metal
detector dan pintu ajaib (pintu pemeriksaan). Alhamdulilah lolos, itu artinya
saya tidak membawa benda tajam atau bom serta sejenisnya.
Ruangan tunggu tampak sepi,
terlihat hanya beberapa orang yang masuk. Saya langsung bertanya ke petugas,
ternyata nama saya tidak ada di list calon pembuat visa. “Gawat, mohon maaf
Pak, saya mau minta toleransi dan kesempatan kedua untuk bias membuat visa hari
ini (dengan muka tertunduk)” pinta saya. Lalu petugas itu meminta saya untuk
mengirim email ke kedubes bagian visa, dengan menyodorkan selembar kertas
syarat-syarat pembuatan visa. Saya bingung sekali karena tidak punya hape yang
bias buat internetan, bawa laptop tapi tanpa modem, mau pakai hotspot sini tapi
ternayat di password. Saya kemudia mengeluarkan hape, eh ternyata tidak boleh,
langsung saja muka saya memerah, malu. Saya putuskan untuk keluar mencari
warnet. Berbekal rupiah yang diberi ibu, saya naik ojek sampai menemukan warnet
lumayan jauh. Bapak yang tukang ojek saya minta menunggu, sekitar 30 menit saya
buka internet dan memantau email.
terlihat hanya beberapa orang yang masuk. Saya langsung bertanya ke petugas,
ternyata nama saya tidak ada di list calon pembuat visa. “Gawat, mohon maaf
Pak, saya mau minta toleransi dan kesempatan kedua untuk bias membuat visa hari
ini (dengan muka tertunduk)” pinta saya. Lalu petugas itu meminta saya untuk
mengirim email ke kedubes bagian visa, dengan menyodorkan selembar kertas
syarat-syarat pembuatan visa. Saya bingung sekali karena tidak punya hape yang
bias buat internetan, bawa laptop tapi tanpa modem, mau pakai hotspot sini tapi
ternayat di password. Saya kemudia mengeluarkan hape, eh ternyata tidak boleh,
langsung saja muka saya memerah, malu. Saya putuskan untuk keluar mencari
warnet. Berbekal rupiah yang diberi ibu, saya naik ojek sampai menemukan warnet
lumayan jauh. Bapak yang tukang ojek saya minta menunggu, sekitar 30 menit saya
buka internet dan memantau email.
Selepas dari itu, saya kembali ke
kedubes dan melapor kalau saya sudah kirim email. Dengan muka serius, saya
mencoba untuk meloby petugas agar memberikan toleransi pembuatan visa karena
saya jauh-jauh dating dari Jogja dan ini sangat mendesak. Beliau lalu menelpon
atasannya, Alhamdulillah saya diberi kesempatan hari ini. Selanjutnya, saya
memasukkan tas dan jaket ke loker khsusu yang sudah disediakan, yang boleh
dibawa masuk adalah dokumen visa. Saya foto dulu di sana dengan budget 50 ribu,
dapat foto 4,5 cm x 4,5 cm sejumlah 4 lembar dengan background abu-abu. Setelah
berkas lengkap, saya menuju ke dalam untuk mengantre panggilan.
kedubes dan melapor kalau saya sudah kirim email. Dengan muka serius, saya
mencoba untuk meloby petugas agar memberikan toleransi pembuatan visa karena
saya jauh-jauh dating dari Jogja dan ini sangat mendesak. Beliau lalu menelpon
atasannya, Alhamdulillah saya diberi kesempatan hari ini. Selanjutnya, saya
memasukkan tas dan jaket ke loker khsusu yang sudah disediakan, yang boleh
dibawa masuk adalah dokumen visa. Saya foto dulu di sana dengan budget 50 ribu,
dapat foto 4,5 cm x 4,5 cm sejumlah 4 lembar dengan background abu-abu. Setelah
berkas lengkap, saya menuju ke dalam untuk mengantre panggilan.
“Subhanallah, ruangannya adem
sekali dan banyak ornament khas Belanda di sini,” senangnya hati saya. Serasa
di Belanda, semakin membuat saya semangat untuk wawancara. Tibalah giliran saya
untuk maju. Say mehyerahkan berkas, ternyata belum urut, saya grogi melihat
mbaknya yang agak cantik, wajar. Ternayata berkas saya belum urut dan diminta ke
belakang untuk menyusun sesuai petunjuk yang ada. Betapa malunya saat itu.
Sampai akhirnya saya menyerahkan paspor, LoA, surat pengantar kampus, asuransi,
dan dokumen pribadi ke petugas. Saya menunggu beberapa menit dan ada
jawaban,”Mas, ini sudah lengakap, jadinya besok jam 3 sore ya,” katanya. “Uang
administrasinya berapa mbak?” Tanya saya. Tenyata untuk saya nol rupiah alias
gratis, saya juga tidak tahu kenapa, seharunya 60 Euro. Alhamdulillah. Sebuag
kuitansi putih untuk pengambilan visa besok sore sudah saya pegang dan akhirnya
bias pulang ke kos lagi.
sekali dan banyak ornament khas Belanda di sini,” senangnya hati saya. Serasa
di Belanda, semakin membuat saya semangat untuk wawancara. Tibalah giliran saya
untuk maju. Say mehyerahkan berkas, ternyata belum urut, saya grogi melihat
mbaknya yang agak cantik, wajar. Ternayata berkas saya belum urut dan diminta ke
belakang untuk menyusun sesuai petunjuk yang ada. Betapa malunya saat itu.
Sampai akhirnya saya menyerahkan paspor, LoA, surat pengantar kampus, asuransi,
dan dokumen pribadi ke petugas. Saya menunggu beberapa menit dan ada
jawaban,”Mas, ini sudah lengakap, jadinya besok jam 3 sore ya,” katanya. “Uang
administrasinya berapa mbak?” Tanya saya. Tenyata untuk saya nol rupiah alias
gratis, saya juga tidak tahu kenapa, seharunya 60 Euro. Alhamdulillah. Sebuag
kuitansi putih untuk pengambilan visa besok sore sudah saya pegang dan akhirnya
bias pulang ke kos lagi.
1 Comment. Leave new
Halo mas, mau tanya.
Rencananya akhir Juni ini akan berangkat juga ke Belanda untuk Summer School di Leiden. Tapi, untuk pengurusan visa, ada syarat jumlah rekening tabungan minimal EUR34 dikali berapa hari stay disananya. Untuk keperluan summer school apakah tetap sama di rekening harus ada sejumlah uang itu atau gimana ya? thanks