Judul di atas mungkin sudah sangat familiar kita dengar. “Hidup Itu Impian” mengingatkan saya bahwa kita hidup selalu mempunyai impian. Ketika dulu ditanya, “Dek, kalau sudah besar ingin jadi apa?” Biasanya kita jawab dengan satu kata, yaitu “dokter”. Sepertinya kata itu sudah terpatri untuk anak di Indonesia agar ketika dewasa bisa menjadi dokter. Saya tidak bisa membayangkan ketika semua keinginan anak-anak Indonesia untuk menjadi dokter akan terwujud, bukan demikian.
Setiap manusia, jika ditanya pasti akan mempunyai impian yang berbeda. Ada yang bercita-cita menjadi polisi, perawat, tentara, koki, bahkan dokter seperti tadi. Kira-kira saat ini masih ada tidak ya yang minat menjadi guru/pendidik ? Semoga saja masih karena selama Indonesia ingin berpendidikan, selama itu pula peran guru masih dibutuhkan. Kemnali lagi pada pembahasan impian. Jika ada yang bertanya, “Janu, apa impian dalam hidupmu ?” insyaAllah dengan mantap akan saya jawab : menjadi anak sholeh, berbakti pada orang tua, dan bisa menjadi seoran dosen, aamiin. Ya, menjadi dosen geografi adalah cita-cita saya.
Lalu, setelah mempunyai impian tentunya perlu perjuangan untuk meraihnya. Betul sekali kawan, pengalaman hidup mengajarkan saya untuk selalu semangat dalam meraih setiap mimpi yang telah kita tulis dalam dreamlist. Bisa kuliah S-1 di Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Yogyakarta ini pun sudah merupakan anugerah besar dari Allah kepada saya. Mohon maaf, saya bukanlah dari keluarga kaya ataupun mewah. Saya berasal dari keluarga sederhana di desa Ngemplak, Caturharjo, Sleman. Saya dibesarkan di rumah hijau ini, tepatnya di sekita Gang Pache. Impian saya mulai hidup semenjak saya kecil. Pada masa taman kanak-kanak di TK ABA Kendangan, saya menempuh pendidikan selama 2 tahun, mulai tahun 1998-1999. Pada saat itu saya mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang tentara. Bukan tanpa alasan, saat itu saya ingin seperti paman Daroji yang menjadi tentara Angkatan Darat, bahkan dompet saya pun bermotif seragam tentara yang hijau kecoklatan.
Masa pendidikan dasar saya tempuh selama 6 tahun di SD Negeri Dalangan, mungkin banyak yang tidak tahu. Sekolah saya tersebut memang agak pelosok, namun pernah juga melahirkan tokoh-tokoh penting di desa saya. Selama pendidikan dasar, saya diajarkan untuk disiplin, tekun belajar, kompetisi, dan kemandirian. Alhamdulillah, dua prestasi pernah saya raih, menjadi juara 3 Lomba Matematika tingkat Kecamatan Sleman dan peserta Olimpiade Matematika pasiad se-Indonesia yang kalau tidak salah diadakan di SD N Ungaran I meski belum juara. Berbekal kemamuan yang kuat, saya terus bersaing, prestasi paling buruk adalah berada di rangking 9 kelas, dari sekitar 30 siswa. Alhamdulillah, pada kelulusan saya mendapat rangking 1. Allah Maha Adil, prinsip jujur sudah saya tanamkan sejak saat itu, bahkan sejak TK. Kata ibuk, jujurlah di mana saja kamu berada karena Allah selalu melihatmu. Dengan peringkat 1 tersebut, saya mendaftar sebagai siswa di SMP Negeri 1 Sleman, sekolah favorit dan unggulan di Kabupaten Sleman. di SMP itu, siswa-siswanya dikenal pintar, cerdas, rajin, dan maju. Allah kembali memberikan yang terbaik, saya lolos masuk SMP 1 tanpa tes, melalui prestasi akademik.
Hidup Itu Impian,
Masa-masa studi di SMP N 1 Sleman begitu beragam. Mulai dari aktivitas pelajaran, praktikum yang padat, ekstra TONTI, Dewan Penggalang, sampai OSIS pernah saya ikuti. Seribu lebih pengalaman berharga saya peroleh di sekolah tersebut. Sejak saat itu, saya berubah pikiran. Mimpi saya ingin menjadi seorang arsitek, mungkin karena terisnpirasi membangun rumah (tangga) ya ? Hehe
Secara singkat, 3 tahun telah saya lewati. Ketika pengumuman kelulusan, diri saya deg-degan. Optimis masuk 10 besar, kata hati saya. Detik-detik ingin mengetahi NEM akhirnya terjawab. Saya masuk 25 besar sekolah, belum sesuai dengan harapan. Namun, alhamdulillah nilai saya tidak mengecewakan. Minimal saya punya bekal nilai 36,95 atau rata-rata 9,238 untuk mendaftar SMA di Kota Yogyakarta.
Hidup Itu Impian,
Beberapa hari kemudian, saya berikhtiar untuk bersekolah di Kota Yogyakarta. Mengapa ? Satu alasan saja “Out of The Box” saya ingin beda dari yang biasanya. Sebenarnya saya bisa langsung diterima di SMA N 1 Sleman karena masuk 50 besar sekolah. Ya, sekolah saya sebagai sekolah unggulan bisa memang sudah mempunyai kerja sama dengan smansa sleman. Namun, keinginan hati memang ingin ke Jogja. Bismillah, SMA Negeri 2 Yogyakarta menjadi pilihan pertama. Seleksi online pun dimulai, ternyata memang benar. Output nilai dari lulusan SMP-SMP di Sleman memang jauh lebih tinggi dari yang dari Jogja. Alhamdulillah sekali lagi, Allah memudahkan saya. Saya berada di urutan ke-6 sampai hasil seleksi dilaksanakan. Akhirnya, atmosfer baru bisa saya rasakan di SMADA Yogyakarta.
Hidup Itu Impian,
Smada bukan hal yang asing lagi bagi saya. Kakak kelas saya sewaktu SMP banyak yang diterimas di sini. Di dusun saya saja ada dua orang yang sekolah di sini, itulah sebabnya saya punya link untuk mencari informasi tentang SMA 2. Yang saya tahu, sekolah ini siswa-siswanya alim, agak pendiam, dan jarang ada masalah. Alhamdulillah, ternyata ada benarnya. Saya mulai beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang sangat heterogen. Bahasa Indonesia sudah sangat sering didengar, bahkan bahasa Inggris, karena memang SMA 2 adalag sekolah RSBI saat itu, sudah bertaraf internasional. Sekolah ini juga merupakan sekolah favorit dengan segudang prestasi.
Hidup Itu Impian,
Kembali lagi ditanya masalah cita-cita. Ketika pertama kali ditanya oleh Pak Murjono, saat MOS, saya besok akan bergelar “Sarjana Pendidikan”. Saat itu memang belum terpikir untuk menjadi tenaga pendidik. Memang kalau kita kaji, profesi guru itu sangat mulia sekali. Tnpa guru, ilmu tidak akan tersampaikan. Kembali lagi, ketika saya di SMADA, banyak sekali pengalaman organisasi dan kepanitiaan hingga kompetisi lomba yang pernah saya ikuti. Mulai dari Rohis KHARISMA, MPK Eka Manggala Smada Bhakti, KIR Smada Science Club, TONTI Lethal Falcon, FAROHIS Jogja, sampai organisasi FKAPMEPI DIY. Alhamdulillah, semua bisa memberi manfaat.
Hidup Itu Impian,
Kita terkadang tidak sempat memikirkan akan jadi apa kita besok. Namun, sebenarnya kita sudah merintis masa depan itu sejak lama. Ketika di SMADA Jogja itu pula saya mulai membangun mimpi. Kuncinya adalah dengan usaha dan doa. Sempat ada kekecewaan saat itu, prestasi saya turun karena kesibukan di organisasi. Ini yang benar-benar memukul saya, meskipun saya mulai mendapat beasiswa/uang penghargaan 3 besar poin plus tertinggi satu angkatan. Alhamdulillah, ini berkat Allah.
Hidup Itu Pilihan,
Allah adakah sebaik-baik pembuat keputusan. Saya ingin melanjutkan ke Geografi UGM, minat pertama saya dan P.Geografi UNY, pilihan saya juga. Sampai pada waktu pengumuman SNMPTNM, saya belum beruntung masuk UGM, untungnya masih diterima di UNY melalui jalur undangan prestasi akademik. Saya bersyukur, Allah masih membukakan pintu. Saya masuk UNY tanpa tes, seperti ketika mau masuk SMP N 1 Sleman dan SMA N 2 Yogyakarta tanpa tes. Inilah kejutan hebat dari Allah.
Hidup Itu Impian
Kita pasti punya mimpi dan mimpi itu pasti akan terwujud. Kuliah di UNY mengingatkan saya pada jawaban ketika ditanya dulu, sarjana pendidikan. Ya. ternyata kata-kata itu terjadi. Saya saat ini adalah calon guru atau pendidik dengan gelar S.Pd. Jadi, insyaAllah kalau sudah lulus nama saya jadi Janu Muhammad, S.Pd.hehehe
Sampai saat ini saya masih semester 4 di Jurusan Pendidikan Geografi UNY. Allah memang Maha Kaya. Jujur saja, sebenarnya saya kasihan dengan ibu dan bapak yang pendapatannya pas-pasan. Biaya yang harus saya keluarkan tidaklah sedikit, beberapa praktikum dan kebutuhan kuliah memerlukan biaya besar. Alhamdulillah, tahun 2012 saya mendapat beasiswa dari DIKTI yaitu beasiswa PPA (Pengembangan Prestasi Akademik) kalau tidak salah. InsyaAllah tahun 2013 ini mau lamar lagi, semoga dapat lagi 🙂
Hidup Itu Impian,
Impian saya tidak berhenti sampai di sini. Tahun 2013 ini saya membuat My Dream List 2013, salah satunya adalah mengikuti Utrecht Summer School di Belanda, Juli 2013. Saya berjuang agar bisa berangkat ke sana, menimba ilmu untuk persiapan S-2 nanti di Belanda, insyaAllah. Meskipun ini hal yang konyol, anak seorang pedagang sayur di Pasar Sleman ingin ke luar negeri. Tetapi, tidak ada yang tidak mungkin. Allah bisa membuat segalanya jadi mungkin, dan saya akan berusaha maksimal serta berdoa agar impian saya bisa tercapai. Semoga saya selalu dimudahkan jalannya, agar bapak, ibu, dan adek bisa ikut senang. Semoga saya bisa belajar setinggi mungkin sampai menjadi dosen Geografi.. dan impian saya yang lain adalah melihat adek saya, Isti Rahayu bisa meraih juara 1 di ujian nasional dan diterima di almamater saya SMP Negeri 1 Sleman, aamiin. InsyaAllah dimudahkan…