Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Ta’ala..
Hingga malam hari ini Allah masih memerikan cinta-Nya kepada kita…
Saudaraku pengunjung blog yang budiman..
Berikut saya sharekan sebuah ilmu dari web www.rumaysho.com insyaAllah bermanfaat.
Di antara faedah surat Al Fatihah yaitu terbaginya manusia menjadi tiga
golongan. Ada manusia yang dimurkai karena berilmu namun engggan
mengamalkan ilmunya. Ada manusia yang sesat karena beramal asal-asalan
tanpa didasari ilmu. Ada manusia jenis ketiga, yaitu yang diberi ilmu
dan mengamalkan ilmunya yaitu manusia yang diberi nikmat.
golongan. Ada manusia yang dimurkai karena berilmu namun engggan
mengamalkan ilmunya. Ada manusia yang sesat karena beramal asal-asalan
tanpa didasari ilmu. Ada manusia jenis ketiga, yaitu yang diberi ilmu
dan mengamalkan ilmunya yaitu manusia yang diberi nikmat.
Faedah ini disebutkan dalam ayat,
اهْدِنَا
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang
telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang
dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al Fatihah: 6-7).
telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang
dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al Fatihah: 6-7).
Jalan yang lurus itulah yang senantiasa kita minta pada Allah. Jalan
lurus inilah jalan orang yang diberi nikmat, bukan jalan orang yang
dimurkai dan bukan pula jalan orang yang sesat.
lurus inilah jalan orang yang diberi nikmat, bukan jalan orang yang
dimurkai dan bukan pula jalan orang yang sesat.
Golongan Orang yang Dimurkai
Inilah golongan pertama. Mereka adalah golongan yang dimurkai. Sifat
mereka adalah orang yang berilmu namun enggan mengamalkan ilmunya.
Merekalah Yahudi dan yang sejalan dengan mereka dari umat ini yang punya
sifat memiliki ilmu, namun tidak mau mengamalkan ilmunya.
mereka adalah orang yang berilmu namun enggan mengamalkan ilmunya.
Merekalah Yahudi dan yang sejalan dengan mereka dari umat ini yang punya
sifat memiliki ilmu, namun tidak mau mengamalkan ilmunya.
Golongan Orang yang Sesat
Golongan orang yang sesat, inilah yang kedua. Mereka adalah ahli
ibadah, namun tidak memiliki ilmu. Mereka beribadah pada Allah, namun
asal-asalan dengan membuat amalan tanpa tuntunan. Merelah orang sufi dan
pelaku bid’ah. Mereka semua masuk dalam golongan yang sesat. Karena
mereka sibuk dengan ibadah namun meninggalkan ilmu. Bahkan mereka sampai
mengatakan bahwa dengan belajar malah bisa melalaikan dari ibadah.
ibadah, namun tidak memiliki ilmu. Mereka beribadah pada Allah, namun
asal-asalan dengan membuat amalan tanpa tuntunan. Merelah orang sufi dan
pelaku bid’ah. Mereka semua masuk dalam golongan yang sesat. Karena
mereka sibuk dengan ibadah namun meninggalkan ilmu. Bahkan mereka sampai
mengatakan bahwa dengan belajar malah bisa melalaikan dari ibadah.
Pelajaran Dilihat dari Umumnya Lafazh
Maksud ayat ‘maghdub ‘alaihim’ (orang yang dimurkai) adalah untuk kalangan Yahudi dan ‘dhoolliin’
(orang yang sesat) adalah untuk orang Nashrani. Namun ayat tersebut
tidak berlaku pada mereka saja, namun setiap yang punya sifat yang sama
dengan mereka. Para ulama berkata,
(orang yang sesat) adalah untuk orang Nashrani. Namun ayat tersebut
tidak berlaku pada mereka saja, namun setiap yang punya sifat yang sama
dengan mereka. Para ulama berkata,
العبرة بعموم اللفظ لا بخصوص السبب
“Pelajaran dapat dipetik dari keumuman lafazh, bukan dari kekhususan sebab.”
Oleh karenanya pula, sebagian salaf mengatakan,
من فسد من علمائنا ففيه شبه من اليهود, ومن فسد من عبادنا ففيه شبه من النصارى
“Barangsiapa yang rusak dari ulama kita (yang berilmu), maka mereka
punya keserupaan dengan Yahudi. Dan barangsiapa yang rusak dari ahli
ibadah kita, maka mereka punya keserupaan dengan Nashrani.”
punya keserupaan dengan Yahudi. Dan barangsiapa yang rusak dari ahli
ibadah kita, maka mereka punya keserupaan dengan Nashrani.”
Golongan yang Memperoleh Nikmat
Golongan yang selamat adalah golongan yang ketiga ini. Mereka
memiliki sifat berilmu dan beramal. Merekalah golongan yang diberi
nikmat sebagaimana disebutkan pula dalam ayat lainnya,
memiliki sifat berilmu dan beramal. Merekalah golongan yang diberi
nikmat sebagaimana disebutkan pula dalam ayat lainnya,
وَمَنْ
يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ
عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ
وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا
يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ
عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ
وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu
akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah,
yaitu: para nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan
orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An Nisa’: 69). Jika kita ingin menjadi orang yang mendapatkan nikmat, maka kumpulkanlah sifat memiliki ilmu nafi’ (bermanfaat) dan beramal sholih.
akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah,
yaitu: para nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan
orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An Nisa’: 69). Jika kita ingin menjadi orang yang mendapatkan nikmat, maka kumpulkanlah sifat memiliki ilmu nafi’ (bermanfaat) dan beramal sholih.
Bukan Karena Upaya dan Kerja Keras Kita
Supaya menjadi golongan yang diberi nikmat adalah karunia dari Allah,
bukan dari usaha kita. Oleh karenanya dalam surat Al Fatihah sudah
disebutkan bahwa kita meminta pada Allah hidayah supaya berada di jalan
yang lurus. Artinya, untuk berada di atas jalan tersebut hanya dengan
karunia Allah, bukan karena daya dan upaya kita. Jadi Allah-lah yang
memberi taufik untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat. Allah-lah yang
memberi taufik untuk dapat beramal sholih. Jika Allah menghendaki tentu
kita pun bisa menjadi orang yang dimurkai dan yang sesat. Jadi yang
mengeluarkan dari dua golongan celaka tersebut adalah Allah. Dia-lah
yang menjadikan kita dapat menempuh jalan para nabi, shiddiqin, syuhada’
dan orang sholih. Jadi bukan karena upaya dan kerja keras kita namun
karena karunia dari Allah.
bukan dari usaha kita. Oleh karenanya dalam surat Al Fatihah sudah
disebutkan bahwa kita meminta pada Allah hidayah supaya berada di jalan
yang lurus. Artinya, untuk berada di atas jalan tersebut hanya dengan
karunia Allah, bukan karena daya dan upaya kita. Jadi Allah-lah yang
memberi taufik untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat. Allah-lah yang
memberi taufik untuk dapat beramal sholih. Jika Allah menghendaki tentu
kita pun bisa menjadi orang yang dimurkai dan yang sesat. Jadi yang
mengeluarkan dari dua golongan celaka tersebut adalah Allah. Dia-lah
yang menjadikan kita dapat menempuh jalan para nabi, shiddiqin, syuhada’
dan orang sholih. Jadi bukan karena upaya dan kerja keras kita namun
karena karunia dari Allah.
Ibnul Qayyim dalam Al Qosidah An Nuniyah mengatakan,
لو شاء ربك كنت أيضا مثلهم*** فالقلب بين أصابع الرحمن
“Jika Rabbmu mau tentu engkau akan semisal dengan mereka. Karena hati di antara jari jemari Ar Rahman (yaitu Allah)”
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang diberi nikmat, bukan termasuk yang dimurkai dan bukan pula yang sesat. Hanya Allah yang memberi hidayah.
Referensi:
Syarh Ba’du Fawaidh Surotil Fatihah, -guru kami- Syaikh Dr. Sholih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al Fauzan, terbitan Dar Al Imam Ahmad.
—
@ Pesantren Darush Sholihin, Panggang-Gunungkidul, 12 Jumadal Ula 1434 H