Penerima beasiswaIMPoME 2012
Exchange student at Utrecht University
mendapatkan beasiswa ini ke negeri Van Oranje. Aku mendapatkan beasiswa
IMPOME (International Master Programme of Mathematics Education).
Beasiswa ini adalah kerjasama antara pihak Utrecht University dengan
pihak Indonesia untuk mengembangkan RME (Realistic Mathematics
Education) di Indonesia. RME telah diadaptasi di Indonesia dengan nama
PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia) hampir 10 tahun.Tujuan
dari beasiswa ini adalah untuk membekali generasi-generasi muda (dosen
dan calon dosen) tentang ilmu-ilmu RME dari para professional di negeri
asalnya, Belanda. Diharapkan dari kamilah ilmu-ilmu tentang RME yang
telah diadaptasi dengan budaya lokal dalam naungan PMRI bisa memberikan
manfaat terhadap kemajuan sistem pendidikan di Indonesia ini. Sungguh
sangatlah mulia tujuan dari program beasiswaku ini.
Well, ngomongin tentang Belanda, aku tak pernah menyangka akan
menginjakkan kaki disana. Bermula dari tentor English Conversation Class
dan tentor English Debate pada waktu aku masih menjadi mahasiswa
Pendidikan Matematika di Universitas Negeri Malang, aq mulai memimpikan
negeri itu. Tentor yang bernama Pipit Andriani itu adalah seorang
debaters berskala nasional yang dikontrak untuk kerja di UNICEF Belanda.
Tanpa kusadari sejak saat itu aq bermimpi untuk bisa menyusulnya ke
Belanda. Aku sering chatting dengan mbak Pipit, hanya menanyakan kabar
sembari meminta didoakan bisa nyusul ke sana (usaha terselubung,
hehehe). Mungkin sejak saat itu, melalui kabel telepon mimpiku berkelana
keliling eropa, berenang di sungai Rhein, menjelajah padang tulip, dan
terombang-ambing tertiup kincir angin hingga sampai di Indonesia lagi,
mengajakku turut serta dalam perjalanannya dan menjadi tour guide untuk
datang ke Negeri Kincir Angin tersebut.
Setelah lulus S1, aku menjadi orang yang sukanya ambil kesempatan, apa
yang ada di depan mata sikat dulu BLEH….!!!! Ketika aq menjadi guru di
salah satu smp favorit di Malang, ada lowongan di salah satu bank
Negara, aq masukkan lamaran. Tetapi di tengah proses lamaran di bank
tersebut, aku melihat program beasiswa ini, hanya saja karena syarat nya
harus dosen maka hatiku sempat menciut.
Tetapi, tiba – tiba di suatu siang dosenku meneleponku dan memberikan
informasi beasiswa ini (kebetulan aku memang dekat dengen beberapa
dosen, karena menurutku relasi itu sangatlah penting). Aku berdalih ke
dosen tersebut bahwa saya belum lah jadi dosen. Beliau berkata itu
gampang, kamu datang ke kampus, cari kajur dan bilang kondisimu, nanti
dibantu. Dengan bantuan dosen-dosen tersebut, aku akhirnya mendapat
surat CTAB (Calon Tenaga Akademik Baru) dari rektor yang menyatakan
bahwa saya adalah calon tenaga pendidik di Universitas tersebut. Surat
sudah ditangan, saatnya tes wawancara. Tetapi waktu panggilan tes yang
mendadak membuatku DILEMA. Karena saat itu aku sedang menjalan training
sebagai pegawai BANK dan tidak bisa ijin tanpa alasan yang kuat. Aku tak
ingin melewatkan kesempatan itu, tetapi itu juga belum jelas, masih tes
wawancara, jadi aku juga tak ingin melepaskan training di BANK
tersebut. Alhasil, aku harus berbohong. Aku minta tolong ayah untuk
membuatkan surat ijin dari dokter bahwa aku sakit dan memberikan
suratnya di tempat aku training. Sempat deg-degan juga sih, takut sakit
beneran. Untung sakit yang dipalsukan hanya diare, tapi diare pun juga
berbahaya.
Setelah itu, kurang lebih 3 hari kemudian ketika aku sedang on the job
training (OJT) sebagai pegawai bank, ada telepon yang mengabarkan bahwa
aku diterima beasiswa tersebut. Bukan main galaunya diriku pada saat
itu. Di satu sisi, pegawai bank sudah ditangan, aku sudah tanda tangan
kontrak dengan masa depan yang lumayan menjanjikan dari segi financial.
Di sisi lain, kesempatan untuk berkembang dan maju ada di depan mata.
Kegalauan menjadi-jadi karena senin depannya adalah pelantikan untuk
menjadi pegawai bank. Dengan kemantapan hati, pada hari senin ketika
teman-teman yang lain datang bersama orang tua untuk mengikuti
pelantikan jam 9 pagi, aku datang bersama ayahku jam 8 untuk
mengundurkan diri dan harus membayar denda untuk mengambil IJAZAH S1 ku.
Dan aku mantapkan hati untuk berkembang bersama beasiswa tersebut.
Sayangnya perjuangan tidak berhenti disitu, aku masih harus berkompetisi
diantara 30 orang penerima beasiswa untuk berangkat ke Belanda.
Syaratnya hanya skor IELST minimal 6,5 dan ini adalah tes IELST
pertamaku. Terkadang aku masih ragu, benarkah aku ingin ke Belanda,
beranikah aku berada di Negeri orang nun jauh disana dalam kurun waktu
setahun (karena selama ini aku masih anak mami yang masih suka pulang ke
rumah setiap minggu Malang-Sidoarjo). Tetapi, Allah berkehendak lain,
skor IELST ku 6,5 dan aku berangkat ke Belanda dengan BONEK
(Bondo-Nekat). Sayangnya, ketika aku sampe di Belanda, tentorku, mbak
Pipit telah habis masa kontraknya dan sudah pulang ke Indonesia
(hiks..hiks)
Tapi memang lo, kata-kata BONEK ini terlanjur melekat di benakku.
Sering aku melakukan perbuatan yang hanya berbekal kenekatan dan
berhasil. Tetapi BONEKnya dalam sudut pandang yang positif lo….bukan
ugal-ugalan seperti supporter bola di Surabaya hehehehe.
Seperti jalan dari mimpiku untuk pergi ke Belanda ini. Ya mungkin
kalian tetap melihat usahaku untuk mendapatkan jalan ini, tapi aku
merasa bahwa jalan ini membuka dengan sendirinya…..aku hanya harus
melewatinya dengan sebaik mungkin.
Percayalah bahwa jalan dari mimpi-mimpi kalian sudah ada dan sudah
terbentuk, tinggal kalian mau melewatinya atau tidak. Jika ragu, lebih
baik kembali (SLOGAN TNI).
Maka jangan pernah ragu untuk menapaki jalan itu, karena mimpimu yang telah mencari jalan tersebut.