Sejarah telah mencatat, tahun 1629
terjadi pertempuran besar di Malaka. Dari Tanah Rencong, sekitar 400
kapal perang dengan satu kapal induk Cakra Dunia diberangkatkan. Tujuan utamanya, untuk mengusir Portugis dari nusantara. Militan Aceh bersatu di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda. Akhirnya, tahun 1641, Malaka akhirnya jatuh di tangan
VOC, Belanda. Perjuangan rakyat Aceh belum usai untuk meraih kedaulatan
rempah dan mengusir penjajah. Mereka kembali bersatu dengan tokoh pahlawan wanita, Cut Nyak Dien, namanya.
Perlawanan juga terjadi di bagian tengah hingga ujung timur Indonesia, Papua. Dengan misi mengusir kolonialisme
Belanda waktu itu, perjuangan masih terhenti di berbagai daerah. Karena masih
mengedepankan kekuatan fisik, serangan di berbagai daerah masih gagal
menumbangkan penjajah. Sampai akhirnya, meja diplomasi menjadi jalan tengahnya.
Era kebangkitan nasional menjadi kunci utama.
Golongan pemuda dari berbagai wilayah bersatu. Kemerdekaan dapat kita raih
tahun 1945.
Itu tadi sekelumit kisah perjuangan para pahlawan sebelum kemerdekaan. Dengan strategi kemaritiman yang handal, mereka mampu memegang navigasi, hingga Indonesia merdeka.
Sejarah Indonesia selalu kuceritakan kepada siswa-siswiku, bahwa kita adalah negeri maritim yang hebat. Dengan ribuan pulau yang membentang,
Indonesia kaya akan rempah-rempah yang dulu menjadi incaran bangsa Eropa. Dengan
tekad kuat para pejuang, akhirnya hari ini kita dapat menghirup
udara bebas. Kita telah merdeka.
Dari cerita di atas, aku ingin
menyampaikan pesan bahwa negeri ini punya potensi sumber daya alam yang melimpah ruah.
Sampai-sampai bangsa asing ingin menguasainya. Sayang sekali kalau dibiarkan,
iya kan? Bagaimana dengan perjuangan masa kini?
Abad 21 tiba, persaingan ekonomi
global tak terhindarkan lagi. Setiap bangsa perlu mengencangkan ikat pinggangnya. Seperti
halnya, Indonesia. Dulu, kapal-kapal penjajah yang ada di Samudera Hindia berlabuh ke
tanah Eropa dengan membawa rempah-rempah dari Indonesia. Kini, kita telah merdeka. Kapal-kapal
besar di laut lepas adalah milik bangsa ini, membawa aneka produksi ke luar negeri.
Di Indonesia, peran pengiriman logistik
adalah tugas utama BUMN. Sebut saja PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo). Faktanya, pusat pengiriman logistik di Pelabuhan masih lebih dari satu pintu. Dengan 4 regional yang ada, dirasa belum
efisien dalam operasional. Bayangkan saja, satu regional menangani berbagai klister
bisnis sehingga kesannya ‘kompetitif’. Belum di masalah sumber daya manusia, yang ada di Pelindo I belum tentu seperti di Pelindo IV.
Aku lebih yakin, jika Pelindo
bisa bersatu. Beragam produk ekspor ke mancanegara perlu mendapatkan dukungan
penuh lewat satu pintu. Belajar dari perjuangan di Aceh hingga Papua tadi, akhirnya makin kuat jika semuanya bersatu.
Mari kita simak video berikut:
Integrasi Pelindo
Langkah tepat telah diambil oleh Pelindo.
Di tengah pandemi yang masih melanda bumi pertiwi, Pelindo justru melakukan
transformasi. Sebuah keputusan yang perlu diapresiasi, Pelindo I, II, III, IV menuju integrasi akhir tahun 2021 ini.
memberikan beberapa manfaat, antara lain:
Pertama, efisiensi dalam meningkatkan
produktivitas dan konektivitas. Koordinasi dan sinergi secara
terpusat adalah akselerator kemajuan BUMN ini. Secara operasional lebih tertata
dan harapannya secara cost akan menampakkan kurva positif.
Selain itu, kendali
strategis serta koordinasi antar regional menjadi lebih mudah. Keempat, dari
aspek sumber daya manusia, akan ada standarisai di setiap regional. Harapan terbaiknya, produktivitas pegawai akan meningkat.
Aku ingat ketika belajar
oseanografi dan geografi ekonomi. Konektivitas antar daerah mampu menggerakkan daerah ekonomi baru. Maksudnya,
daerah yang mulanya belum berkembang, akhirnya mulai membuka diri. Tentu, ini yang
menjadi potensi baru untuk para investor asing. Contohnya di Kawasan Nusa
Tenggara Timur yang dulunya jarang menjadi tujuan wisata. Seiring adanya layanan
Pelindo di sana, kini terbukalah kran-kran baru untuk wisatawan. Lapangan kerja
pun makin bertambah.
Bagi masyarakat, Pelindo memberikan keuntungan ekonomi. Harga barang yang diangkut bisa ditekan, sehingga lebih nyaman di kantong. Manfaat lainnya bagi masyarakat,
dengan integrasi Pelindo ini maka standari pelayanan di setiap pelabuhan akan
sama-sama berkualitas. Sekat-sekat pembatas hilang, terstandarisasi secara
nasional. Muaranya, setiap pelabuhan akan meningkatkan jumlah aktivitas dan
menjadikan Pelindo sebagai garda terdepan Indonesia menuju level global.
“Melalui integrasi ini, akan ada standarisasi
kompetensi di seluruh perseroan. Dengan standar layanan yang serupa di seluruh Pelabuhan
akan semakin meningkatkan kenyamanan customer,” ujar Prasetyo, Direktur Utama
Pelindo 1. Senada dengan Direktur Utama Pelindo I, Prasetyabudi sebagai Direktur Utama Pelindo IV juga menyampaikan
bahwa kinerja operasional di pelabuhan bakal terpacu, investasi usaha meningkat,
dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.
Untuk Pelindo sebagai BUMN, integrasi ini semakin mendekatkan langkah menjadi terminal peti kemas terbesar nomor 8 di dunia. Secara operasional akan lebih efisien. Sumber keuangan BUMN lebih kuat dan memungkinkan adanya inovasi baru di setiap layanan Pelindo.
Lalu, apa saja manfaat untuk pemerintah? Menurutku, yang terpenting adalah kemudahan koordinasi antara pemerintah dengan Pelindo yang terintegrasi. Peluang peningkatan pajak juga tergambar nyata serta potensi investor baru yang menanamkan modalnya di Indonesia.
Mewujudkan Poros Maritim Dunia
Kemajuan suatu bangsa tidak dapat diraih hanya dengan menengadahkan tangan. Demikian halnya dengan cita-cita mulia bangsa ini. Untuk menjadi poros maritim dunia seperti dahulu kala, perlu kerja keras lintas sektor.
Mengacu pada lima pilar utama Poros Maritim Dunia, Indonesia menargetkan:
- membangun budaya maritim
- pengelolaan sumber daya laut
- diplomasi maritim
- kekuatan pertahanan maritim
- pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim
Integrasi Pelindo akan jadi kekuatan besar dunia logistik (Rhenald Kasali)
Perlu dukungan berbagai pihak untuk mewujudkan cita-cita besar ini. Pelindo perlu merangkul elemen bangsa, dari yang muda sampai tua. Untuk mewujudkan Poros Maritim Dunia, generasi muda juga perlu melek tentang budaya maritim. Pun demikian halnya dengan pengelolaan sumber daya laut. Ketika ada ruang inovasi, bukan tidak mungkin pertumbuhan ekonomi biru makin melesat.
Tidak hanya itu, di tapal batas wilayah perlu penguatan diplomasi dan pertahanan maritim. Yang semuanya itu satu irama untuk mendukung konektivitas maritim antarwilayah. Puncaknya, penyatuan Pelindo membawa arah bangsa ini menjadi bangsa yang berdaulat. Seperti halnya kisah perjuangan dari Aceh hingga Papua tadi, ribuan pulau di republik ini bersatu. Semua berkolaborasi menyatukan kekuatan untuk layanan kepelabuhan. Pelindo tumbuh, memberikan energi baru untuk Indonesia maju.
Jalan-jalan ke Kota Manado
Jangan lupa beli kallpertaart
Yuk dukung integrasi Pelindo
Demi Indonesia maju dan hebat
Tulisan ini diikutkan dalam lomba blog Pelindo 2021. Tulisan dan infografis adalah karya asli penulis.
Jumlah kata: 982
Referensi:
BPS. 2019. “Statistik Transporasi Laut”. https://www.bps.go.id/publication/2020/11/20/a13c82a0a9f343720404cf45/statistik-transportasi-laut-2019.html Diakses 25 Agustus 2021.
Fernando, Riki. 2021. “Aceh, Portugis, dan Tahun-tahun Suci yang Membara”. https://bbaceh.kemdikbud.go.id/2021/04/30/aceh-portugis-dan-tahun-tahun-perang-suci-yang-membara/. Diakses 25 Agustus 2021.
Pelindo 4, 2021. “Tentang pelindo 4”. https://inaport4.co.id/about-us/. Diakses 25 Agustus 2021.
Pelindo 4. 2021. “Galeri Pelind0 4”. https://inaport4.co.id/jelajah/. Diakses 25 Agustus 2021.
Pelindo 4. 2021. “Program Unggulan Pelindo 4 di Tahun 2021”. https://www.youtube.com/watch?v=bvsrmSoREik. Diakses 25 Agustus 2021.