bagi Allah Ta’ala, Tuhan semesta alam. Hanya karena Allah lah kita ada
di dunia, hanya karena Allah lah, hela nafas ini masih terjaga. Adakah
kau dengar perjalanan hidup ini adalah rangkaian skenario yang telah
Allah tetapkan untuk kita. Adakah kau dengar bahwa daun-daun yang gugur
siang hari itu sudah ditakdirkan Allah kapan akan gugur ? Adakah kau
dengar, siang berganti malam, bulan menampakkan cahayanya menemani
bintang-bintang. Adakah kau dengar tanda-tanda kekuasaan Allah di muka
bumi ini ?
Perjalanan hidup manusia sudah menjadi
rahasia bagi Sang Pencipta, semua sudah tertulis dalam catatanNya.
Tua-muda, kaya-miskin, baik-buruk, senang-susah, semuanya sudah seimbang
karena Allah lah yang mengatur segalanya. Sebagai manusia yang
diciptakan di bumi ini tugas kita ada dua : menjadi hamba yang mengabdi
dan menjadi khalifah (pemimpin).
Menjadi hamba yang
mengabdi tentu melalui sebuah ilmu dan amal, bukan kah semua amal dan
ibadah harus didasari dengan ilmu ? Ya, semua harus didasari dengan ilmu
agar kita tetap pada jalan kebernaran, bukan kesesatan. Begitu juga
dalam menjadi seorang pemimpin, semua perlu melalui proses.
Proses-proses itulah yang akan menjadi hikmah dan batu loncatan untuk
menuju proses kematangan manusia, menjadi manusia seutuhnya yang
menyeimbangkan hubungannya dengan Allah, hubungannya dengan manusia, dan
hubungannya dengan lingkungan sekitar. Semua memerlukan proses, seperti
proses turunnya hujan yang diawali dengan penguapan air laut hingga
terbentuk awan.
Perjalanan manusia pun tidak hanya
mulus begitu saja, tidak seperti membalikkan telapak tangan. Perjalanan
manusia ibarat roda yang berputar, kadang di atas dan kadang di bawah.
Bisa juga seperti rotasi bumi, yang selalu membawa perubahan waktu
sepanjang 24 jam. Hidup manusia tak selamanya mudah, Allah akan terus
memberikan tantangan hidup untuk menjadi kekuatan dan kesempatan
melangkah ke tingkat berikutnya. Allah menguji manusia dengan musibah,
sebagai bentuk introspeksi diri dan muhasabah bersama. Allah mengirimkan
air bah dan gempa, untuk menilai sejauh mana manusia pandai bersyukur
dalam setiap keadaan.
Cukup Allah yang mengatur
hidup kita. Sebagai muslim yang berlandaskan Qur’an dan Sunnah, sudah
menjadi kewajiban kita untuk mengimaninya, mempelajarinya,
mengamalkannya, dan mendakwahkannya. Bukankah Allah berjanji akan
memberikan pahala berlipat untuk setiap kebaikan ?
Cukup
Allah yang mengatur hidup kita. Perjalanan hidup saya sampai saat ini
adalah kesempatan terindah dari Allah. Saya terlahir dari rahim ibu yang
selalu mencurahkan kasih sayangnya. Dari seorang ayah yang sederhana
dalam menjalani hidup dan luar biasa dalam memimpin keluarga. Saya
dilahirkan menjadi seorang kakak dari adek perempuan yang sholehah, dia
memang berbakat mengaji, cerdas dalam mempelajari ilmu, dan berbakat
dalam urusan masakan. Saya lahir dari keluarga sederhana yang selalu
mengambil hikmah dalam hidup. Kami sederhana, bukankah sederhana itu
adalah bahagia ?
Cukup Allah yang mengatur hidup kita.
Menjadi
bagian pemuda Indonesia adalah kesempatan berharga untuk membangun
negeri ini. Bertemu dengan orang-orang yang menginspirasi dan mempunyai
satu visi untuk membangun kembali Indonesia ini adalah motivasi hidup
untuk selalu berkontribusi. Mengenal dan mengimani pribadi Rasulullah,
dan para pejuang Islam adalah inspirasi yang tiada henti. Mengenal
sosok-sosok republik ini adalah sebuah penyadaran bahwa saya hidup di
negeri multikultural di tengah tantangan globalisasi. Bersyukurlah,
masih ada orang-orang baik yang mau memperbaiki republik ini. Seperti
sosok inspirasi : Mas Anies Baswedan, kang Ridwan Kamil, kang Ridwansyah
Yusuf Achmad, dan orang-orang di sekitar saya yang selalu memberikan
pelajaran tentang makna hodup yang hakiki, terimakasih.
Bersyukurlah,
ibu dan ayah masih bisa menyekolahkan saya di kampus pendidikan
Yogyakarta ini. Bersyukurlah masih diberi kesempatan untuk membawa nama
harum almamater SD N Dalangan, SMP N 1 Sleman, SMA 2 Yogyakarta, dan
Pendidikan Geografi UNY. Bersyukurlah, masih memiliki idealisme
mahasiswa untuk berkarya melalui penelitian, melalui kepenulisan,
melalui organisasi, melalu relawan yang tak dibayar, dan melalui
komunikasi serta relasi seluruh Indonesia. Bersyukurlah…
Bersyukurlah,
hari ini menjadi kebulatan tekad untuk berbenah sikap, menjadi pribadi
yang bermanfaat, dan menjadi putra dari ibu-ayah yang sholeh, sesuai
permintaan ibu. Belum, belum bisa saya mengenakan gelar itu. Saya belum
sesholeh yang beliau kira. Saya belum bisa setulus Rasulullah yang
selalu bersedekah. Saya belum sesemangat Umar yang berani memimpin medan
perang. Saya belum selembut hati Usman bin Affan. Saya pun belum
sesabar Khadijah yang selalu melayani Rasulullah. Saya hanya bisa
melaksanakan amanah semampu yang bisa saya lakukan. Saya hanya bisa
memberi manfaat, apa yang bisa saya berikan.
Cukup Allah yang mengatur hidup kita.
Mimpi
dan mimpi, saya pun terus menyalakan mimpi itu. Ingin saya hiasi hidup
ini untuk senantiasa bermanfaat bagi orang-orang di sekitar saya. Agar
amal kebaikan saya tetap mengalir kepada ayah ibu. Ya, saya harus
berjuang menjemput mimpi itu. Saya percaya dan yakin, Man Jadda Wajada,
jika kita bersungguh-sungguh memperjuangkannya maka akan berhasil.
Melalui karya, melalui prestasi, melalui organisasi, melalui komunikasi,
melalui adab, melalui apa yang bisa saya gali dari potensi diri.
Melalui bimbingan dan pembelajaran sehari-hari. Tentu juga, melalui
ikhtiar dan doa yang selalu kita panjatkan kepada Allah.
Cukup
ALLAH yang Maha Mengatur jalan hidup kita. InsyaAllah menjadi seorang
pendidik dan pemimpin teladan adalah harapan terbesar saya untuk masa
depan. Semoga saja dipertemukan dengan istri sholehah,cerdas,dan
mempunyai semangat dalam membina rumah tangga. Bukankah untuk melahirkan
anak cerdas juga memerlukan istri yang mendidik anaknya dengan cerdas ?
Kita yakin, Allah berjanji bahwa orang baik akan bertemu dengan orang
baik, begitupun sebaliknya. Cukup Allah yang mengatur hidup kita.
========================================================================
Sebuah
renungan atas perjalanan hidup menjadi mahasiswa S-1 Pendidikan
Geografi UNY. Sebuah lilin harapan untuk menjadi harapan bangsa
Indonesia di masa depan. Sebuah ikhtiar untuk bersyukur dan berbagi
dalam segalan keadaan dan kebaikan. Sebuah penyemangat, bahwa bangsa ini
masih punya harapan. Bahwa bangsa ini masih punya banyak anak muda yang
ingin berkarya dan melunasi janji-janji kemerdekaan. InsyaAllah, semoga
senantiasa diberikan petunjuk dan jalan lurus dalam menjemput
mimpi-mimpi dan memberikan kemanfaatan. Semoga ikhtiar untuk
mempersiapkan menuntut ilmu di Belanda semakin matang. Kincir angin dan
bunga tulip telah menanti. Semoga doa dan semangat dari para sahabat,
bapak ibu dosen, dan semua yang pernah menjadi bagian hidup saya selalu
mengalir. Saya pun mendoakan yang terbaik untuk Anda semua. Mohon doa
dan penyemangatnya.
Saya punya semangat, bahwa anak penjual cabe di pasar Sleman bisa menjadi harapan besar bangsa Indonesia.
insyaAllah 🙂 Muda Berkarya untuk Indonesia!
#RefleksiMahasiswaEsSatu
Hamba Perindu Surga-Nya,
Janu Muhammad
2 Comments. Leave new
terimakasih untuk tulisan yang selalu menginspirasi janu,, aamiin, semoga mimpi-mimpi menjadi nyata. usaha dan doa padaNya. sehelai daunpun tak akan gugur tanpa izin dariNya. (Al-An'am : 59).
aamiin,insyaAllah 🙂