Judul yang aneh memang. Ada kata “cinta” dan “kolaborasi”. Dua kata yang selama ini jarang digunakan sebagai kata majemuk di dalam kamus Bahasa Indonesia. Baiklah, tulisan sederhana ini akan mengulas perjalanan saya selama menjadi bagian dari ICSEI. Tidak lengkap memang, setidaknya ini akan menjadi reminder bagi kami yang telah berkolaborasi di ICSEI 2014.
Apa itu ICSEI ? Kapan dan di mana ?
International Congress for School Effectiveness and Improvement (ICSEI) adalah sebuah kongres internasional yang mempertemukan para praktisi pendidikan dari berbagai negara guna membahasa efektivitas dan peningkatan mutu sekolah. ICSEI 2014 atau ke-27 berlangsung di Universitas Negeri Yogyakarta sebagai tuan rumah, yang sebelumnya berlangsung di Chile. ICSEI 2014 berlangsung mulai tanggal 2-7 Januari 2014 di Royal Ambarrukmo Hotel dan UNY. ICSEI mempertemukan para ‘orang penting’ dalam dunia pendidikan, termasuk presiden Alma Haris dari University of Malaya.
Siapa yang menjadi bagian dari ICSEI ?
Para peneliti,praktisi pendidikan,mahasiswa dari berbagai negara turut menyemarakkan agenda ini. Saya mengutip pidato Mrs. Alma (http://www.icsei.net) :
ICSEI has been described as a family, which for some it is, but in my experience it is more of a community. ICSEI is an inclusive community
because it represents and reaches policy makers, practitioners and
researchers in a huge number of countries. This inclusivity allows
different voices, different points of view and different perspectives to
emerge. This inclusivity also ensures that ICSEI is a learning community which fosters debate, discussion and disagreement to promote new understanding and new knowledge.
because it represents and reaches policy makers, practitioners and
researchers in a huge number of countries. This inclusivity allows
different voices, different points of view and different perspectives to
emerge. This inclusivity also ensures that ICSEI is a learning community which fosters debate, discussion and disagreement to promote new understanding and new knowledge.
As a learning community, ICSEI demonstrates the highest standards of
scholarship and intellectual debate. In this sense, it is also a scientific community
drawing upon a wealth of research evidence, over many years, about how
schools and school systems become effective and improve. It is the
quality of the research base that has ensured that the field continues
to influence policy and practice. The challenge is to ensure that ICSEI
is a first point of call for policy makers and practitioners around the
world, and to ensure it continues to deliver cutting edge, contemporary
and relevant research evidence.
scholarship and intellectual debate. In this sense, it is also a scientific community
drawing upon a wealth of research evidence, over many years, about how
schools and school systems become effective and improve. It is the
quality of the research base that has ensured that the field continues
to influence policy and practice. The challenge is to ensure that ICSEI
is a first point of call for policy makers and practitioners around the
world, and to ensure it continues to deliver cutting edge, contemporary
and relevant research evidence.
ICSEI is also a networked community. In between conferences,
the ICSEI networks are actively working, sharing ideas, generating
research projects and writing together. The formal and informal networks
within ICSEI ensure that new knowledge is constructed, shared and
disseminated, despite time zones and distance. Finally, ICSEI is a virtual community,
as much of the communication, discussion and planning takes place on
line or through Skype or face-time. With the fast pace of technological
change, who knows what technology ICSEI members will be using to stay in
touch in the future but one thing is certain, they will.
the ICSEI networks are actively working, sharing ideas, generating
research projects and writing together. The formal and informal networks
within ICSEI ensure that new knowledge is constructed, shared and
disseminated, despite time zones and distance. Finally, ICSEI is a virtual community,
as much of the communication, discussion and planning takes place on
line or through Skype or face-time. With the fast pace of technological
change, who knows what technology ICSEI members will be using to stay in
touch in the future but one thing is certain, they will.
It is a privilege to be President of ICSEI and to be part of the ICSEI community.
Professor Alma Harris
University of Malaya
Mengapa tertarik ikut ICSEI ?
Sebagai seorang mahasiswa, sudah seharusnya ya kita berburu ilmu, ambil yang baik dari orang luar, dan bandingkan dengan Indonesia, ambil hikmahnya.
Bagaimana pelaksanaan ICSEI 2014 ?
Saya akan menceritakannya melalui uraian di bawah ini 🙂
Alhamdulillah, siang itu saya diundang ke Kantor Urusan Internasional dan Kemitraan (KUIK) UNY untuk berdiskusi dengan mbak Anis. Mbak Anis adalah ibuknya Student Volunteer (SV) atau ibuknya para tutor KUIK. Saya diberi amanah untuk bergabung dalam kepanitiaan ICSEI bersama 6 volunteer dari SV. Kebetulan, karena saya adalah koordinator SV tahun 2013-2014, secara langsung masuk kepanitiaan. Kami bersama SALC dari FBS diamanahi sebagai Liason Officer (LO). Saya menerima amanah dengan tersenyum, di dalam hati berdoa semoga bisa mengatur waktu dengan tepat. Beberapa kali kami rapat bersama staf KUIK, Pak Satoto sebagai kepala KUIK, para dosen yang akan menjadi chairman, dan bersama bu Suwarsih WR IV UNY. Siang itu saya baru tahu bahwa saya ditempatkan di Seksi Akademik yang menghandle persidangan.
Sebagai gambaran, kongres yang berlangsung selama hari ini terdiri dari konferensi,simposium,paper session,keynote speech,dan workshop. Saya menjadi penganggung jawab di ruang Kasultanan III Royal Ambarukmo yang menjadi ruang simposium bersama Pak Pjianto (dosen FMIPA) dan Ratih (SV). Tugas utama saya dan Ratih lebih mengurusi masalah teknis,hardware,dan sebagai operator jalannya simposium, sedangkan pak Puji sebagai panelis dan MC persidangan. Ini kali pertama saya menjadi panitia internasional seperti ini. Bayangkan saja, ada lebih dari 100 negara dan lebih dari 250 peserta luar negeri yang hadir. Ya Allah, terimakasih sudah diberi kesempatan dalam acara ini.
Hari ke-1
Hari Kami itu kami bersiap diri di Ruang Sidang Utama rektorat UNY. Berhubung tanggal 2 adalah ujian pertama saya, siang itu mohon maaf tidak bisa membantu persiapan ‘angkut-angkut’ amunisi ke RAH. Saya baru tiba di rektorat siang jam 13.00 dan menunggu meja registrasi. Ada yang saya ingat, unik memang ketika ada peserta perempuan yang meminta diantar ke toilet ‘duduk’ bukan jongkok. Ya, mereka menginginkan toilet duduk, padahal sehatnya justru jongkok lho ‘katanya’. Ada juga peserta yang bertanya “Where is the washroom?” saya menunjukkan arahnya, eh malah salah masuk ke ruang pak rektor, aduh mohon maaf Pak Rohmat 🙂
Setelah acara press conference, pre conference, dan ICSEI Board Meeting selesai, para peserta kami antar ke hotel Ambarukmo. Sebenarnya ada tiga hotel lain seperti Aston, Sheraton, dan pastinya hotel UNY :3 Di depan RAH saya malah bertemu mas Rahmat Dwi anak Hukum UGM yang sedang berjuang mencari nafkah, beliau mengemudikan taksi. Sapaan hangat siang itu ya mas 🙂 Baik, setelah itu saya dan mas Marko pulang ke kantor, di sana bertemu mas Fahmi yang berkacamata itu, kami makan sore di kantor.
Hari ke-2
Hari yang berkah, hari kedua ICSEI. Saya perkenalkan keluarga LO, ada Abi,Astrid,Wahyu,Ratih,Nining, Mas Alfa,dan Mas Martono dari tutor. Ada mas Denny,mas Fahmi,mas Aji,mas Adi (Marko),mas Teddy,mas Asep,mas Yosep,mas Zulvan,mas Panji,mbak Dewi,mbak Rista,mbak Wulan,mbak Fitri,mbak Mustika,dan yang lainnya. Kami pagi-pagi sudah ‘on’ di ruang registrasi, dari lobby ke timur. Maaf agak ‘gumunan’ pas pertama ke RAH saya excited banget, hotelnya gedhe banget,karpetnya tebal-tebal dan bagus… Ya maklum, orang ndeso saya itu 😀
Pagi itu kami welcoming ke para tamu, mereka dapat satu tas yang berisi segala perlengkapan ICSEI, ada buku abstrak yang sempat kami (mas Fahmi mas Denny janu) buat :3 Ada juga souvenir khas Jogja,dll. I think they are so surprised with our greeting.
Oke,lalu siang itu ada Congress Opening, suguhan dari UNY saya acungi jempol (y),perfect!
Tidak hanya sekadar opening,tapi ada suguhan budaya dan hidangan untuk para tamu, selamat datang di ICSEI 2014! Pasca opening,ada keynote speech dari Jim Spillane dengan moderator Alma Haris. Beliau berbicara tentang “The Practice of Improvement:Designing Organizational Infrastructures for Sustainable School and System Improvement”. Kira-kira sampai sore, setelah itu malamnya ada welcome dinner di Bangsal Kepatihan. Saya kebetulan tidak ikut acara makan malam ini 🙂
Hari ke-3 sampai 5
Di hari ke 3-5 ini lebih banyak presentasi paper,poster,dan simposium,ada juga keynote speech seperti dari Pak Suyanto dan Bu Suwarsih Madya. Betewe, ternyata saya dan Bu Suwarsih pernah satu almamater (SMP N 1 Sleman), terus apa ? #NggakNyambung
Saya suka pas tema leadership in edducation di ruangan simposium saya. Ada juga bu Nurfina Aznam yang mengangkat potensi SD Tumbuh Yogyakarta dengan anak-anak diffabel. Saya bersyukur bisa mendengarkan dan menyimak hasil penelitian dari mereka, seperti dari Mr. Michael, Ros,dll (agak lupa namanya). Mereka dari Belanda (banyak), Kanada, Australia, USA. UK, China, Scotland,Austria,dll. Semoga Janu bisa S-2 dengan beasiswa full di Utrecht University Belanda. 🙂 Ada hal yang menarik ketika saya mengamati karakter orang bule ketika presentasi :
1. Persiapan presentasi dengan se-perfect mungkin, seperti reuest mereka untuk menyiapkan podium, microphone, pointer, internet conection, dan lain-lain. Intinya presentasi dengan persiapa yang matang.
2. Penyampaian presentasi yang enjoyfull, tidak hanya membaca slide namun explore kemampuan berbicara. Ini yang perlu diperhatikan, sebagian dari kita masih sering presentasi dengan membaca slide, iya apa iya ?
3. Duduk paling depan untuk pendengar presentasi, bukan duduk dari paling belakang. Kebanyakan orang Indo yang saya amati selalu duduk di belakang dan tidak membaur bersama orang bule. Ingat-ingat, forum ini untuk berdiskusi dan mengenal satu sama lain, bukan cuma menggerombol dengan bangsa sendiri :3
4. Waktu efektif dan bawaan presentasi yang bersahabat, ya memang demikian
Dari pengalaman di atas, sudah semestinya kita berkaca dan memperbaiki diri hehe,termasuk saya ini. Sekali lagi, kami mendapatkan pelajaran berharga dari pendampingan di simposium ini, termasuk pada persiapan teknis acara. Pada awal-pertengahan hari terakhir presentasi tidak ada masalah pada laptop dan lcd, ternyata pada saat workshop post conference ada sedikit trouble.
Saya ingin bercerita lagi, setiap malam biasanya ada acara optional, seperti dance and music night serta ada folklore. Mereka yang ikut pasti ada additional fee nya,karena memang tidak include ke acara inti ICSEI. Dari UNY mempersembahkan performa terbaiknya,mulai dari tari tradisional ke modern,angklung,dan lain-lain. Kali pertama juga saya bisa melihat pertunjukan Reog dan jathilan yang jadi satu, saya mengira hanya di Ponorogo reognya. Takjub juga pas ada sesi main angklung, ternyata anak-anak UNY juga punya kebolehan main angklung, tidak hanya di Sunda saja.
ICSEI berjalan dengan penuh khidmat dan banyak memori yang tak terlupakan.
1. Ketemu kakak2 SALC, para dosen, dan pastinya tamu
2. Ilmu baru dan kesempatan berlatih bahasa Ingris
3. Relasi dan jaringan di luar negeri
4. Latihan mental di tengah sorotan para ‘orang penting’ dan petinggi kampus
5. Bisa berkontribusi di KUIK secara totalitas untuk mewujudkan world class university
6. Makan bersama para ‘yellow team’ di gudang RAH :3
7. Shock terapi karena trouble presentation
8. Ketemu orang-orang menginspirasi
9. Semakin yakin akan pentingnya pendidikan bagi kemajuan suatu bangsa
10. Pendewasaan diri bersama orang-orang yang lebih dulu merasakan kepanitiaan konferensi internasional
ICSEI 2015 akan berlangsung di Ohio, USA pada tanggal 3-6 Januari 2015. Saya mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada keluarga LO ICSEI 2014, kalian hebat ! Untuk Pak Satoto, Bu Suwarsih, Bu Lusiana, Bu Retna, Bu Wid, mbak Anis, mbak Astin, mbak Ratna, mas Laska, mas Aji, dan lain sebagainya yang tidak bisa terucap satu per satu. Terimakasih atas pembelajarannya, semoga saya bisa berkontribusi untuk kemajuan UNY dan menjadi bagian dari orang-orang yang memberi manfaat, insyaAllah…. 🙂 Mari berkolaborasi !
Hamba Perindu Surga-Nya,
Janu Muhammad