Jadi ceritanya begini, malam-malam di Limuny UNY untuk ngenet, berhubung memang modem dan lepy saya baru error 😀
Budaya Diskusi Budayanya Mahasiswa..
Ceritanya tadi itu ada mata kuliah Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) di kelas saya, kelas A Prodi Pendidikan Geografi UNY 2011. Pada jam ke-5 atau sekita Pkl 15.00 ada presentasi PKLH. Tema hari ini yaitu tentang Permasalhan Kualitas Penduduk di Indonesia. Menurut saya, tema itu sangat menarik dan akan sangat memancing iklim diskusi di kelas ini. Ceritanya begini, kelompok penyaji telah memaparkan presentasinya dengan baik. Saya menangkap beberapa poin berkaitan dengan permasalahan kualitas penduduk di Indonesia. Adapun beberapa indikator yang mendasari kualitas penduduk yaitu : tingkat pendidikan, kesehatan, pendapatan, itu secara umumnya.
Diskusi pun telah dimulai, terlihat banyak pertanyaan yang akan diajukan oleh teman-teman. Ini yang selalu terjadi di kelas saya, diskusi. Ya, saya sangat sepakat kalau mahasiswa itu harus membudayakan diskusi seperti ini. Kadang-kadang ada juga mahasiswa yang mengajak diskusi karena memang daya kritisnya. Namun, ada juga yang terpaksa ‘nimbrung’ diskusi untuk mengejar nilai plus. Yang jelas, siang tadi banyak pendapat dan opini yang bermunculan.
Saya menangkap adanya permasalahan kualitas penduduk di Indonesia. Perlu kita ingat, Indonesia masih jauh tertinggal dari bangsa-bangsa maju di dunia. Bahkan, kualitas penduduk kita lebih rendah dari Malaysia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor klasik. Pertama, tingkat pendidikan yang masih rendah. Anda masih ingat bagaimana tingkat dan mutu pendidikan di Indonesia ? Mari berkaca, masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak sempat atau tidak mampu mengenyak pendidikan. Padahal, pendidikan adalah sektor penting yang perlu diperhatikan, betul demikian ?
Banyak anak-anak di Indonesia yang akhirnya putus sekolah, menjadi robot di perempatan jalan demi sesuap nasi. Permasalahan pendidikan di Indonesia juga tidak luput dari kualitas tenaga pendidikan yang rendah. Kita masih kekurangan tenaga pendidik yang berkualitas, tenaga pendidik saja jumlahnya masih kurang, apalagi kualitasnya ? Banyak pelosok tanah air Indonesia yang kekurangan tenaga pengajar. Belum lagi dengan masalah fasilitas pendidikan ?
Faktor kedua yaitu tingkat kesehatan masyarakat Indonesia yang rendah. Hal ini bisa kita lihat dengan rendahnya gizi masyarakat Indonesia. Alhasil, gizi buruk pun menjangkit balita-balita di Indonesia. Pemenuhan gizi inilah yang masih menjadi problematika, terlebih mereka yang tergolong kurang mampu. Marilah berkaca, gizi itu penting. Gizi yang cukup akan menghasilkan manusia yang cerdas dan berkualitas, betul ? Lihatlah orangt-orang Jepang yang selelu makan ikan asin/tuna…
Faktor ketiga yaitu masalah pendapatan yang masih rendah. Ujung-ujungnya adalah masalah kemiskinan, betul tidak ? Ya, karena kemiskinan inilah bangsa ini belum maju-maju. Kemiskinan telah menggerogoti sendi-sendi masyarakat kita.
Lalu peran kita bagaimana ? Diskusi siang tadi menghasilkan kesepakatan. Bagi kami, dari calon guru ataupun pendidik haruslah memberikan sumbangsih untuk memperbaiki kualitas penduduk di Indonesia. Melalui pendidikan, kita bisa berihtiar untuk menciptakan manusia yang berakhlak mulia dan cerdas. Untuk itu, sudah saatnya kita mulai dari diri sendiri untuk semangat dalam menjalani proses pendidikan. Bukankah bisa dimulai dari hal-hal kecil ? Semangat belajar, komitmen untuk mencari ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum adalah kunci awal. Sungguh, alhamdulillah, inilah diskusi yang saya harapkan. Mahasiswa yang berbudaya itu mahasiswa yang membudayakan diskusi kritis dan solutif serta aplikatif 🙂
Selamat berdiskusi, mari ukir senyum Indonesia !
-Janz-