Jadi cerita awalnya begini. Jumat
sore sekitar Pkl 15.30 WIB saya sampai rumah, setelah padatnya beraktivitas di
kampus. Sesampainya di rumah, baru tahu kalau ternyata saya belum packing untuk
persiapan ke Jakarta selama tiga hari ke depan. Biasa, kebiasaan lama terulang
lagi. Akhirnya mamak, bapak, dan adek membantu packing tas, saya menyiapkan
berkas-berkas visa. Pkl 16.15 WIB saya cabut (pamit dari rumah) untuk menuju
Stasiun Lempuyangan. Setelah pamitan dengan keluarga, rasanya sudah lega karena
berharap agar didoakan yang terbaik untuk acara di Jakarta ataupun Bandung
nanti. Ketika di jalan, Ya Allah… kena lampu merah terus, jantung mulai
berdetak kencang karena kereta dijadwalkan berangkat Pkl 16.56 WIB dan Pkl
16.46 WIB baru sampai perempatan took buku gramedia. Ya Allah, semoga waktunya
cukup deh, sesampainya di parkiran motor “terlindungi” langsung lari ke stasiun
dan tanya petugas “Pak, kereta Gaya Baru Malam apakah sudah berangkat?”
Ternyata malah belum datang -_-
sore sekitar Pkl 15.30 WIB saya sampai rumah, setelah padatnya beraktivitas di
kampus. Sesampainya di rumah, baru tahu kalau ternyata saya belum packing untuk
persiapan ke Jakarta selama tiga hari ke depan. Biasa, kebiasaan lama terulang
lagi. Akhirnya mamak, bapak, dan adek membantu packing tas, saya menyiapkan
berkas-berkas visa. Pkl 16.15 WIB saya cabut (pamit dari rumah) untuk menuju
Stasiun Lempuyangan. Setelah pamitan dengan keluarga, rasanya sudah lega karena
berharap agar didoakan yang terbaik untuk acara di Jakarta ataupun Bandung
nanti. Ketika di jalan, Ya Allah… kena lampu merah terus, jantung mulai
berdetak kencang karena kereta dijadwalkan berangkat Pkl 16.56 WIB dan Pkl
16.46 WIB baru sampai perempatan took buku gramedia. Ya Allah, semoga waktunya
cukup deh, sesampainya di parkiran motor “terlindungi” langsung lari ke stasiun
dan tanya petugas “Pak, kereta Gaya Baru Malam apakah sudah berangkat?”
Ternyata malah belum datang -_-
Menanti kereta di Lempuyangan |
Akhirnya penantian panjang
berujung pada kedatangan kereta jam 17.25 an, saya menuju Jakarta untuk bertemu
peserta homestay program ke Australia dan Jepang, Gerakan Mari Berbagis
sekaligus akan mengurus visa keberangkatan ke Australia. Bberapa jam kemudian,
setelah tertidur pulas di kereta dan dapat kenalan namanya mas Fiqi dari STT
PLN Jakarta akhirnya turun di Stasiun Pasar Senen Jakarta, sekitar Pkl 03.00
WIB. What ? masih pagi banget dan kereta molor 2 jam, ini nih yang perlu
dibenahi, perlu disiplin waktu ya, contoh tuh kereta-kereta pas dulu di Belanda
selalu TEPAT WAKTU.
berujung pada kedatangan kereta jam 17.25 an, saya menuju Jakarta untuk bertemu
peserta homestay program ke Australia dan Jepang, Gerakan Mari Berbagis
sekaligus akan mengurus visa keberangkatan ke Australia. Bberapa jam kemudian,
setelah tertidur pulas di kereta dan dapat kenalan namanya mas Fiqi dari STT
PLN Jakarta akhirnya turun di Stasiun Pasar Senen Jakarta, sekitar Pkl 03.00
WIB. What ? masih pagi banget dan kereta molor 2 jam, ini nih yang perlu
dibenahi, perlu disiplin waktu ya, contoh tuh kereta-kereta pas dulu di Belanda
selalu TEPAT WAKTU.
Kemudian, setelah sebelumnya
menghubungi teman dari UGM yang sudah kerja di Jakarta, Alhamdulillah dapat
tumpangan istirahat di daerah Kramat Pulo, 1 km dari Senen, saya naik ojek kok,
bukan jalan kaki. Alhamdulillah, ketemu mas Pischa Aditya Rosyadi, alumni Elins
UGM dan pernah ketemu di Internasional Leaders Festival. Kami berbincang
sana-sini, beliau begitu menginspirasi, lulus dalam waktu 3,5 tahun, peserta
terbaik PPSDMS, dan berbagi prestasi lainnya, pokoknya mantab ! Pagi itu juga
langsung buka laptop, mengirim laporan KKN, menyiapkan draft schedule, dan
lain-lain hingga waktu tak terasa sudah Subuh. Setelah sholat Subuh, kami
bergegas siap berangkat. Terlebih dahulu sarapan di warteg, eh malah ditraktir
mas Pischa, terimakasih kang ! Langsung saja menuju halte busway Pal Putih,
menyodorkan e-ticket yang beberapa bulan lalu saya beli dan menuju Setiabudi
One, melewati beberapa transit (Matraman, Dukuh Atas, Karet Kuningan). Saya
sampai di depan Starbuck Coffee Jumat Pkl 08.00 WIB, hanya untuk menunggu
teman-teman GMB yang mau ketemu Pak Dubes Australia. Rasanya belum percaya,
saya bisa sampai gedung megah itu, daerah Setiabudi yang dipenuhi gedung
bertingkat, semua serasa asing…banyak orang dengan muka Chinese berkacamata,
mungkin mereka heran pas melihat muka saya Jogja banget, tapi tetep manis :p
menghubungi teman dari UGM yang sudah kerja di Jakarta, Alhamdulillah dapat
tumpangan istirahat di daerah Kramat Pulo, 1 km dari Senen, saya naik ojek kok,
bukan jalan kaki. Alhamdulillah, ketemu mas Pischa Aditya Rosyadi, alumni Elins
UGM dan pernah ketemu di Internasional Leaders Festival. Kami berbincang
sana-sini, beliau begitu menginspirasi, lulus dalam waktu 3,5 tahun, peserta
terbaik PPSDMS, dan berbagi prestasi lainnya, pokoknya mantab ! Pagi itu juga
langsung buka laptop, mengirim laporan KKN, menyiapkan draft schedule, dan
lain-lain hingga waktu tak terasa sudah Subuh. Setelah sholat Subuh, kami
bergegas siap berangkat. Terlebih dahulu sarapan di warteg, eh malah ditraktir
mas Pischa, terimakasih kang ! Langsung saja menuju halte busway Pal Putih,
menyodorkan e-ticket yang beberapa bulan lalu saya beli dan menuju Setiabudi
One, melewati beberapa transit (Matraman, Dukuh Atas, Karet Kuningan). Saya
sampai di depan Starbuck Coffee Jumat Pkl 08.00 WIB, hanya untuk menunggu
teman-teman GMB yang mau ketemu Pak Dubes Australia. Rasanya belum percaya,
saya bisa sampai gedung megah itu, daerah Setiabudi yang dipenuhi gedung
bertingkat, semua serasa asing…banyak orang dengan muka Chinese berkacamata,
mungkin mereka heran pas melihat muka saya Jogja banget, tapi tetep manis :p
Suasana pagi itu di Jakarta… |
By the way setelah dari mushola untuk
bertemu kepada-Nya, Janu langsung ketemu kak Pida dan Mustika, mereka ini
alumni Universitas Indonesia sekaligus peserta homestay Australia, senang
ketika melihatnya. Beberapa waktu kemudian ketemu Bang Azwar, Arnald, mas Soni,
mas Andi, mbak Dian, dan lain sebagainya. Rindu yang lama tersimpan akhirnya
terobati dengan senyum dan tawa keluarga GMB. Kami mengadakan briefing,
persiapan teknis sebelum ke keditaan besar Australia. Sesuai kesepakatan, kami
Pkl 09.30 WIB berangkat, berjalan menuju kedubes yang letaknya tidak jauh dari
Setiabudi. Alhamdulillah, kami akhirnya dapat masuk dan lolos dari security
check, cukup ketat juga karena ambil gambar pakai kamera saja tidak boleh J Beberapa waktu
ngobrol, sambil menunggu Pak Dubes, ada mbak Angky, mbak Dini, mas Rey yang
keturunan Filipina-Australia, pak Sulis, pak Julian, dan lain-lain, kami
akhirnya dipersilakan masuk dan disambut hangat oleh Pak Dubes Australia, Greg
Moriarty. Hey Jan, saya belum percaya ini bisa terjadi, ini kali kedua Janu
salaman dengan Pak Greg, dan yang ini terasa beda, terimakasih ya Allah atas
kesempatan mulia ini.
bertemu kepada-Nya, Janu langsung ketemu kak Pida dan Mustika, mereka ini
alumni Universitas Indonesia sekaligus peserta homestay Australia, senang
ketika melihatnya. Beberapa waktu kemudian ketemu Bang Azwar, Arnald, mas Soni,
mas Andi, mbak Dian, dan lain sebagainya. Rindu yang lama tersimpan akhirnya
terobati dengan senyum dan tawa keluarga GMB. Kami mengadakan briefing,
persiapan teknis sebelum ke keditaan besar Australia. Sesuai kesepakatan, kami
Pkl 09.30 WIB berangkat, berjalan menuju kedubes yang letaknya tidak jauh dari
Setiabudi. Alhamdulillah, kami akhirnya dapat masuk dan lolos dari security
check, cukup ketat juga karena ambil gambar pakai kamera saja tidak boleh J Beberapa waktu
ngobrol, sambil menunggu Pak Dubes, ada mbak Angky, mbak Dini, mas Rey yang
keturunan Filipina-Australia, pak Sulis, pak Julian, dan lain-lain, kami
akhirnya dipersilakan masuk dan disambut hangat oleh Pak Dubes Australia, Greg
Moriarty. Hey Jan, saya belum percaya ini bisa terjadi, ini kali kedua Janu
salaman dengan Pak Greg, dan yang ini terasa beda, terimakasih ya Allah atas
kesempatan mulia ini.
Sambuatn Pak Dubes |
Mr.Greg Moriarty beserta staf
dari kedutaan telah mempersilakan masuk, mencicipi hidangan yang telah
disajikan, aneka snack dan minuman hangat. Kesan pertamanya : apa memang ini
tidak disediakan kursi ya ? Ternayta benar, untuk menyambut tamu memang tidak
ada kursi alias berdiri. Acara pun dimulai, ada sambutan dari Pak Dubes, beliau
mengapresiasi betul komitmen dari keluarga Gerakan Mari Berbagi yang sampai
saat ini tetap solid dalam memberikan perubahan bagi bangsa ini. Pak Dubes juga
mengucapkan terimakasih atas kerja sama yang telah dibangun antara GMB dan
Kedubes Australia, khususnya kepada inisiator GMB, Bang Azwar Hasan.
Selanjutnya, Bang Az juga memeberi sambutan singkat, mengutarakan bahwa di
depan ini adalah para pemuka pemuda terpilih setelah melewati seleksi ketat dan
berhak mendapatkan reward homestay di Australia ataupun Jepang. Acara
dilanjutkan dengan sesi pertanyaan, ada kak Pida, kak Tika, kak Dian, mas Arnald,
dan beberapa yang bertanya.
dari kedutaan telah mempersilakan masuk, mencicipi hidangan yang telah
disajikan, aneka snack dan minuman hangat. Kesan pertamanya : apa memang ini
tidak disediakan kursi ya ? Ternayta benar, untuk menyambut tamu memang tidak
ada kursi alias berdiri. Acara pun dimulai, ada sambutan dari Pak Dubes, beliau
mengapresiasi betul komitmen dari keluarga Gerakan Mari Berbagi yang sampai
saat ini tetap solid dalam memberikan perubahan bagi bangsa ini. Pak Dubes juga
mengucapkan terimakasih atas kerja sama yang telah dibangun antara GMB dan
Kedubes Australia, khususnya kepada inisiator GMB, Bang Azwar Hasan.
Selanjutnya, Bang Az juga memeberi sambutan singkat, mengutarakan bahwa di
depan ini adalah para pemuka pemuda terpilih setelah melewati seleksi ketat dan
berhak mendapatkan reward homestay di Australia ataupun Jepang. Acara
dilanjutkan dengan sesi pertanyaan, ada kak Pida, kak Tika, kak Dian, mas Arnald,
dan beberapa yang bertanya.
Pak Dubes dan Bang Azwar |
Saya terdiam, meresapi apa yang
telah disampaikan oleh Mr. Greg ataupun Bang Az, ataupun dari staf kedubes.
Perlu banyak persiapak untuk ke Australia sana, mulai dari hal-hal kecil
seperti visa, mentalitas, ruhani, bahkan fisik. Pesan Bang Az : persiapan
maksimal akan mendapat hasil maksimal. Setelah nonton film Ramadhan di Australia,
forum ditutup dengan foto bersama.
telah disampaikan oleh Mr. Greg ataupun Bang Az, ataupun dari staf kedubes.
Perlu banyak persiapak untuk ke Australia sana, mulai dari hal-hal kecil
seperti visa, mentalitas, ruhani, bahkan fisik. Pesan Bang Az : persiapan
maksimal akan mendapat hasil maksimal. Setelah nonton film Ramadhan di Australia,
forum ditutup dengan foto bersama.
Our Team, GMB Family |
Sepulang dari kedubes, saya dan
mas dr. Julian sholat Jumat di gedung Setiabudi, setelahnya kami langsung ke
Wahid Institute (WI) sekitar Matraman dengan naik taksi. Di sana telah disambut
mas Andi, kak Agus, kak Pida, bang Soni. Kami makan siang dulu di warteg dan
sampai malam menghabiskan waktu di WI. FYI, WI adalah sebuah LSM yang
diinisiasi oleh ibu Yeni Wahid, putra Gus Dur, di sana saya melihat kamar Pak
Gus Dur sewaktu masih bertugas sebagai presiden, ada juga foto-foto keluarga
Gus Dur. Saya belajar makna multicultural di sana, belajar geografi sejarah
juga dari diskusi yang dilakukan sore itu.
mas dr. Julian sholat Jumat di gedung Setiabudi, setelahnya kami langsung ke
Wahid Institute (WI) sekitar Matraman dengan naik taksi. Di sana telah disambut
mas Andi, kak Agus, kak Pida, bang Soni. Kami makan siang dulu di warteg dan
sampai malam menghabiskan waktu di WI. FYI, WI adalah sebuah LSM yang
diinisiasi oleh ibu Yeni Wahid, putra Gus Dur, di sana saya melihat kamar Pak
Gus Dur sewaktu masih bertugas sebagai presiden, ada juga foto-foto keluarga
Gus Dur. Saya belajar makna multicultural di sana, belajar geografi sejarah
juga dari diskusi yang dilakukan sore itu.
Malamnya sekitar jam 19.30 saya,
mas Andi, ams Soni pulang menuju kos mas Pischa untuk mengambil tas
barang-barang saya. Sempat jalan jauhnya subhanallah, akhirnya dapat taksi dan
menuju halte Pal Putih. Saya lari kencang mengambil tas, dan mas Pischa sudah
membawakannya di depan kost. “Terimakasih ams Pischa atas bantuannya.”
mas Andi, ams Soni pulang menuju kos mas Pischa untuk mengambil tas
barang-barang saya. Sempat jalan jauhnya subhanallah, akhirnya dapat taksi dan
menuju halte Pal Putih. Saya lari kencang mengambil tas, dan mas Pischa sudah
membawakannya di depan kost. “Terimakasih ams Pischa atas bantuannya.”
Kami menuju rumah Bang Azwar di
Setiabudi untuk menginap. Sesampainya di sana, ketemu mas Alvin, Bang Azwar,
kak Arif. Saya akhirnya istirahat karena esok pagi masih ada kegiatan lain.
Setiabudi untuk menginap. Sesampainya di sana, ketemu mas Alvin, Bang Azwar,
kak Arif. Saya akhirnya istirahat karena esok pagi masih ada kegiatan lain.
…………………………