wassholatu wassalamu ‘ala nabiyyina Muhammadin
urgent dalam kehidupan
sehari-hari. Terlebih lagi kebutuhan terhadap ilmu agama. Ilmu yang
dengannya seseorang bisa mengenal Allah. Ilmu yang dengannya seseorang
bisa berbakti
kepada kedua orang tuanya. Ilmu yang lebih kita butuhkan dibandingkan
makanan
dan minuman.
manusia terhadap ilmu lebih besar dibandingkan kebutuhan manusia terhadap
makanan dan minuman, karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan sekali atau dua kali dalam sehari, namun ilmu dibutuhkan oleh manusia sepanjang hembusan
nafas.” (Lihat Bahjatun Nazhirin, hal 220). (Sumber http://buletin.muslim.or.id/aktual/seandainya-kita-tahu)
Hari ini ada saudara saya yang pagi-pagi mengirim sms, “Jan, ntar mau
bareng?klo ya ktm di dkt gor klebengan ya.” Alhamdulillah ada yang
mengingatkan untuk mengikuti kajian agama Islam sore ini. Sekitar Pkl
14.15 WIB
saya akhirnya menemui sahabat baik saya tadi dan kami menuju Masjid
Pogung Dalangan (MPD) utara UGM untuk menimba ilmi di Tabligh Akbar
dengan tema “Indahnya
Kesabaran”. Pada kesempatan mulia ini, ustadz Ali Basuki, Lc memberikan
nasihat-nasihatnya, membahas Kitab ‘Iddatus Shabirin karya Al Imam Ibnu
Qayyim.
Sesampainya di MPD, kajian sudah dimulai, dan kami langsung menyiapkan
alat
tulis. Ya, ini sangat penting untuk mencatat apa saja yang disampaikan
ustadz.
Alat tulis adalah senjata utama untuk mengikat ilmu. Barangkali esok
dapat kita
baca dan resapi maknanya kembali. Berikut saya rangkumkan sedikit apa
yang
berhasil saya catat, afwan jika catatan ini masih sangat sederhana
(boleh dikoreksi/diluruskan jika ada yang salah).
Hakikat Kesabaran (Sabar)
menyempurnakan Islam seseorang. Sabar ibarat kepala dalam tubuh manusia.
Kesabaran dengan niat karena Allah Ta’ala akan sempurna keimanan
seseorang.
Secara bahasa, sabar adalah upaya untuk menahan. Ibnul Qayyim
mengibaratkan sebuah kesabaran itu “Ketika seseorang berupaya merasakan
sesuatu yang pahit tanpa memasamkan muka”. Ia menahan sesuatu yang pahit
tanpa muka masam.
adalah senantiasa membiasakan dirinya untuk berjuang melangkah kepada
perkara-perkara yang dibenci Allah. Sabar juga berarti meninggalkan sifat
berkeluh kesah. Semakin berat ujian seseorang, maka akan semakin keras
pengaduannya kepada Allah karena ia tahu bahwa hanya kepada Allah lah tempat
mengadu.
bermakna sabar :
- As-Sabr yang berarti seseorang mampu menjaga dab menahan dari seruan-seruan
yang akan merusak agamanya. - At-Tasabbur yang berarti sebuah upaya menahan dari sesuatu yang berat dalam
kehidupannya seperti ketika tertimpa musibah. Allah memintanya untuk menaikkan
derajat kesabarannya. - Al-Istibar yang tingkatannya lebih tinggi dari At Tasabbur. Al Istibar
mencerminkan sesorang yang secara konsisten (istiqomah) mampu menjaga
kesabarannya dalam keadaan apapun. Ini adalah cerminan para nabi yang betapa
berat cobaannya untuk mempertahankan keimanan. - Al-Mushobaroh lebih identik dengan upaya menjaga agamanya dan kemuliaannya
di saat terjadinya sebuah pertikaian yang mengharuskan adanya perjuangan yang
panjang.
kondisi di antaranya :
-
Seseorang yang kekuatan agamanya mendominasi. Orang ini akan memiliki
kekuatan kesabaran untuk melawan hawa nafsunya. Sebaik-baik penyabar adalah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Merekalah orang yang berilmu, taat
beragam dan istiqomah berpegang teguh pada Al Qur’an dan As Sunnah. Akan
dikabarkan kebahagiaan baginya yaitu surga, insyaAllah. -
Kekuatan hawa nafsu lebih dominan sehingga mengalahkan kekuatan agamnya.
Sebuah nasihat terutama untuk mereka para wanita. Betapa besar tantangan
yang
harus mereka hadapi. Teringat pada zaman Rasulullah, saat itu
wanita-wanita jahiliah senantiasa memamerkan auratnya, maka ancaman
neraka baginya. Saat ini
pun banyak wanita yang berpakaian tapi telanjang. Maka sudah seharusnya
sebagai
seorang muslimah harus berpegang teguh mengutamakan prinsip agama Islam.
dari sifat kedua ini :
- Korban yang menjadi pasukan hawa nafsu dan
pengikut hawa nafsu (pengikut syaitan). - Korban yang menjadi pemimpin hawa
nafsu, justru syaitan yang menjadi pengikutnya (sudah terlampau parah).
diri seseorang, maka akan membahayakan orang lain. Kondisi ini terjadi saat
sifat sabar hilang. Ada beberapa karakter korban yang mengutamakan hawa nafsu :
- Orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya. Mereka senantiasa
menggugurkan perintah dakwah. - Mempersiapkan dirinya untuk perang/menentang Allah dan Rasulullah.
Hakikatnya adalah kesombongan darinya, ia hanya mencari kehidupan dunia semata. - Orang-orang yang munafik (nifak).
- Yang lebih banyak bermain-main di dunia. Ia muslim namun penghamba dunia.
- Ada keinginan untuk taubat tetapi tidak mampu keluar dari kondisinya, mudah
kembali ke dalam kemaksiatan. - Orang-orang yang sudah putus asa. Ia menggantungkan dengan ampunan Allah di
akhir hayatnya. - Menunda taubat dan meyakini akan bertaubat di akhir hayatnya. Padahal,
kematian adalah rahasia Allah.
-
Sabar di atas perintah-perintah Allah Ta’ala
- Sabar dalam perselisihan
- Sabar dalam ragam ketentuan-ketentuan Allah.
- Sabar untuk menjaga keistiqomahan di atas agama Allah.
-
Wajib : sabar menjaga perkara haram, sabar menunaikan kewajiban, dan sabar
tatkala mendapat cobaan Allah. -
Sunah : kembali seperti objek yang hukumnya sunah.
- Haram : yaitu menahan diri dari perkara-perkara yang bisa membinasakan (al
mahdzur). Contohnya saat kelaparan dan di samping kita ada bangkai, maka agar
kitat tetap hidup maka makanlah bangkai itu (karena darurat). Tetapi jika kita
justru menahan rasa sakit hingga akhirnya meninggal, maka itu adalah sesuatu
yang dibenci Allah. - Makruh : contohnya banyak. Seseorang yang bersabar dari perkara yang mubah
tetapi akibatnya menghasilkan mudhorot baginya. - Mubah : jika objek yang ada mempunyai tingkatan yang sama (biasa).
sore ini. Semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan kepada Al Ustadz Ali
Basuki, Lc dan kita senantiasa diberikan istiqomah dalam menimba ilmu syar’i. Nabi
kita Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam telah memberikan kabar
gembira bagi siapa saja dari kita yang mau untuk menuntut ilmu sebagaimana
dalam sabdanya:
Allah akan memudahkan jalannya untuk menuju surga.” (HR. Muslim).
merupakan kabar gembira yang diberitakan oleh manusia yang paling mulia lagi
paling benar ucapannya. Maka sepantasnyalah kita sebagai seorang muslim
menyambut kabar gembira tersebut dengan berlomba-lomba untuk mencarinya.