Pandemi
Covid-19 menggampar berbagai sektor kehidupan manusia, dari kesehatan, sosial,
dan ekonomi. Salah satu sumber sektor ekonomi yang terkena imbasnya adalah pariwisata.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, kunjungan wisatawan mancanegara ke
Indonesia tahun 2020 hanya mencapai 4,05 juta. Padahal, tahun sebelumnya sempat
mencatat angka 16,11 juta. Terjadi penurunan hampir 75% jika dibandingkan tahun
2019.
Hal serupa terjadi di Agrowisata
Krisan Gerbosari, Kulon Progo. Desa wisata yang mulai naik daun sejak awal 2018
itu, kini hampir mati suri. Permintaan pasar berkurang, jumlah kunjungan makin menurun,
pendapatan merosot tajam, berujung pada nasib para petani yang merana.
Gambar 1. Kunjungan Pertama Saya
Padahal, potensi Agrowisata Krisan
Gerbosari luar biasa. Berkat kreativitas warga, lahan tandus seluas 1,2 hektar,
diubah menjadi ratusan kubung bunga krisan. Berbagai pihak mendukungnya, dari
Dinas Pariwisata Kulon Progo, BUMN, serta sektor swasta lainnya. Agrowisata
Krisan Gerbosari yang menjadi pintu masuk deretan wisata Menoreh juga kerap
menerima kunjungan instansi. Puncaknya, pada tahun 2019 pernah meraih Juara 3
CSR PLN Award tingkat Jawa Tengah.
Gambar 2. Plakat
Penghargaan
Sejatinya, sebuah desa wisata dibangun
untuk menggerakkan roda ekonomi masyarakat. Pun begitu, tanggung jawab desa
wisata bukan hanya pada generasi paruh baya, melainkan para millennial
yang siap menjadi penerusnya. Melihat kondisi genting ini, diperlukan langkah
taktis untuk bangkit.
Untuk mewujudkan pariwisata
berkelanjutan, United Nations World Tourism Organization (UNWTO) pada tahun
2020 merekomendasikan perlunya kerja sama yang komprehensif dan strategi
perencanaan inklusif antarpihak. Pemerintah, sektor swasta, dan komunitas
memegang andil penting dalam pengembangan pariwisata. Muaranya, dapat memenuhi
aspek ekonomi, sosial, dan estetika, sekaligus menjaga keanekaragaman hayati.
Sementara itu, merujuk pada pemikiran
Sanagustin Fons (2011), tiga tujuan pengembangan desa wisata berkelanjutan
antara lain: keadilan sosial, efisiensi ekonomi, dan melestarikan lingkungan.
Aspek keadilan sosial erat kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat. Efisiensi
ekonomi berarti ada keberlanjutan bisnis. Pelestarian lingkungan
mengindikasikan adanya pemanfaatan sumber daya alam secara bijak.
Pandemi memang sulit ditebak kapan
berakhirnya. Begitu juga dengan masa depan destinasi wisata. Yang terpenting
adalah mempersiapkan strategi secara terencana dan solutif. Belum lama ini, Menteri
Pariwisata Republik Indonesia menawarkan konsep adaptive, innovative,
dan collaborative sebagai tiga kunci utama.
Agrowisata Bunga Krisan Gerbosari
perlu menangkap arahan ini dengan sigap. Penerapan Cleanlines, Health, and Environmental
Sustainability dengan pelatihan dari Badan Otoritas Borobudur (BOB) perlu diimplementasikan
secara konsisten. Demikian pula dengan petunjuk arah, Limasan Krisan, serta
informasi protokol kesehatan yang terpasang di sekitar lokasi adalah wujud
komitmen yang perlu diapresiasi.
Agrowisata Krisan Gerbosari perlu
melakukan inovasi produk. Pada tahun ke-2 pandemi Covid-19, perlu menawarkan
paket baru untuk wisatawan. Bunga krisan belum tentu mekar setiap waktu. Paket
wisata virtual dan edukasi bisa menjadi tambahannya. Segmennya, tidak sebatas
pembeli bunga skala besar. Para siswa yang sedang belajar secara virtual dapat
menjadi target baru. Sebagian sekolah mengadakan program virtual edu
trip. Seharusnya, ini peluang baru untuk Gerbosari. Dengan beragam wawasan
yang diperoleh dari proses penanaman hingga pengiriman bunga krisan, banyak
yang bisa diangkat menjadi nilai bisnis dan edukasi.
Gambar 4. Fasilitas Agro
Resto
Produk berupa teh bunga krisan serta
keripik yang selama ini diproduksi, bisa menjangkau masyarakat lebih luas lagi.
Untuk itu, pemasaran di online marketplace adalah hal penting. Dengan
pembaharuan tools pemasaran di media sosial, membuat website resmi,
merekrut tim pemasaran yang kreatif adalah hal urgent yang perlu diupayakan.
Dengan target wisatawan tidak hanya usia 30 ke atas, penyesuaian media promosi
adalah suatu kewajaran. Jangka menengahnya, aplikasi digital yang menyediakan
fitur booking, buy product, virtual tour, farming class,
dan penawaran lainnya patut menjadi target. Dalam sentuhan jari, Agrowisata Krisan
Gerbosari dapat dinikmati dari mana saja.
Langkah berikutnya, kolaborasi lintas
instansi sangat penting, mengingat desa wisata masih belum mandiri. Sinergi memunculkan
beragam ide baru untuk tetap eksis. Kerja sama menciptkana solusi untuk
penguatan sumber daya manusia, inovasi produk, dan pemasaran. Pemerintah
setempat perlu mendampingi secara intensif, dari perencanaan bisnis,
monitoring, dan evaluasi secara terukur. Pemerintah juga dapat mengupayakan
bantuan perbaikan fasilitas di agrowisata, seperti pembenahan kubung bunga
krisan, akses menuju lahan bunga krisan, maupun perluasan lahan.
Gambar 5. Deklarasi
Komitmen Protokol Kesehatan
Para peneliti dan penggiat desa
wisata dapat memberikan input. Kolaborasi dengan karang taruna juga perlu
dilakukan untuk mencetak para warrior muda. Terakhir, peran sektor
swasta juga vital. Suntikan modal untuk membiayai operasional adalah hal
esensial. Berbekal pencapaian yang ada selama ini, jaringan kelembagaan, serta
dukungan berbagai pihak, Agrowisata Krisan Gerbosari siap bangkit, melesat di
tengah pandemi.
Akhirnya, pengelolaan agrowisata
secara professional, mampu menyesuaikan zaman, memanfaatkan teknologi kekinian,
menciptakan inovasi produk, serta kerja sama yang berkelanjutan, adalah jalan
terang menuju desa wisata mandiri. Seiring kemajuan yang ada, masyarakat makin
sejahtera, dan pelanggan terpuaskan semuanya. Semoga terwujud nyata.
Referensi:
Dinas Pariwisata Kulon Progo. 2021. “Agrowisata Bunga
Krisan.” https://www.dinpar.kulonprogokab.go.id/agrowisata-bunga-krisan.html.
Diakses 11 Agustus 2021.
Direktorat Statistik Keuangan, Teknologi Informasi,
dan Pariwisata BPS. 2020. Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara Tahun 2020.
Jakarta: BPS.
Diskominfo DIY. 2018. “Kawasan Agrowisata Krisan Slah
Satu Unggulan Gerbosari.” https://diskominfo.jogjaprov.go.id/berita/baca/kawasan-agrowisata-krisan-salah-satu-potensi-unggulan-gerbosari.
Diakses 11 Agustus 2021.
Hidayah, Kurniatul. 2021. “Bantu Optimalisasi Potensi
Bunga Krisan, UGM Beri Pendampingan Petani di Kulon Progo”. https://jogja.tribunnews.com/2021/06/19/bantu-optimalisasi-potensi-bunga-krisan-ugm-beri-pendampingan-petani-di-kulon-progo?page=2.
Diakses 11 Agustus 2021.
Hidayatullah, Al Banjari. 2021. Buku Panduan Praktis:
10 Langkah Mengembangkan Desa Wisata Hijau. Jakarta: GIZ dan ISED.
Kuntadi. 2021. “Miliki SOP Pariwisata, 7 Desa Wisata
di Kawasan Otorita Borobudur Siap Dikunjungi Wisatawan”. https://yogya.inews.id/berita/miliki-sop-pariwisata-7-desa-wisata-di-kawasan-otorita-borobudur-siap-dikunjungi-wisatawan.
Diakses 11 Agustus 2021.
Nur Aini. 2018. “Kulon Progo Bangun Kawasan Bunga
Krisan”. https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/02/13/p43bxf382-kulon-progo-bangun-kawasan-wisata-bunga-krisan.
Diakses 11 Agustus 2021.
Sanagustin Fons M. Victoria, Mosene Fierro Jise A.,
Maria Gomez y Patino. 2011. Rural Tourism: A Sustainable Alternative, Applied
Energy, Vol.88, Elsevier Ltd.
UNWTO. 2020. “Recommendation Rural Development”.
unwto.org/recommendations-rural-development. Diakses 11 Agustus 2021.
Yeyen Prestyaning. 2015. “Krisan Organik Sebagai Bahan
Baku Aneka Pangan Olahan.” https://balittro.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/10/57-Yeyen-Krisan-Pupuk-Organik-Bahan-Baku-Olahan-Pangan.pdf.
Diakses 11 Agustus 2021.
Yuni Andari, Nur Aini Yuniarti. 2020. Strategi
Pengembangan Taman Edukasi Pertanian di Desa Gerbosari Kecamatan Samigaluh
Kabupaten Kulon Progo. Jurnal Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat UGM,
Volume 3 No 2, 2020.
Sumber gambar dari dokumentasi penulis
Artikel telah diikutkan sebagai naskah Lomba Desa Wisata 2021 (Janu Muhammad)