Kisah ini saya dapatkan dari http://kbwa.akprind.ac.id/?p=513
Seorang pria mendatangi Sang Master, “Guru, saya sudah bosan
hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya
kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati”. Sang
Master tersenyum, “Oh, kamu sakit”. “Tidak Guru, saya tidak sakit.
Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan ini. Itulah sebabnya saya ingin
mati”. Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya. Sang Master
meneruskan, “Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, ‘Alergi Hidup’.
Ya, kamu alergi terhadap kehidupan”.
Banyak sekali di antara kita
yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan
hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma kehidupan. Hidup ini
berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita
menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut
mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit.
Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan
membuat kita sakit. Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam
hal berumah-tangga, bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah.
Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang
langgeng, dan yang abadi dalam hidup ini ? Kita tidak menyadari tentang
sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita
gagal, kecewa dan menderita…
“Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjuk-ku”. Demikian Sang Master menyarankan.
“Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh”. Tidak, saya tidak ingin hidup.” pria itu menolak tawaran Sang Guru.
“Jadi kamu tidak ingin sembuh?? “ Kamu betul-betul ingin mati?” tanya Sang Master
“Ya, memang saya sudah bosan hidup”, pria itu kukuh menjawab.
“Baik,
besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol
diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam
delapan malam kau akan mati dengan tenang.” Perintah Sang Master.
Giliran pria tersebut bingung. Setiap Master yang ia datangi selama ini
selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini
aneh. Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah
betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.
Pulang
kerumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut
“obat” oleh Sang Master EDAN itu. Dan, ia merasakan ketenangan
sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu
santai !!!
Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan
terbebaskan dari segala macam masalah. Malam itu, ia memutuskan untuk
makan malam bersama keluarganya di restoran Jepang. Sesuatu yang sudah
tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir ini
malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia
bersenda gurau. Suasananya pun menjadi santai banget !
Sebelum
tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di kupingnya, “Sayang,
aku mencintaimu. “Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin
meninggalkan kenangan manis !!”
Esoknya bangun tidur, ia membuka
jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan
tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Pulang kerumah
setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa
membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk
dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir,
ia ingin meninggalkan kenangan manis !!!
Di kantor, ia menyapa
setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, “Hari
ini, Boss kita kok aneh ya ?”Dan sikap mereka pun langsung berubah.
Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia
ingin meninggalkan kenangan manis !!
Tiba-tiba, segala sesuatu di
sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan
apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup
menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.
Pulang kerumah jam 5 sore,
ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini
justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Sayang, sekali lagi
aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.”
Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, “Pi, maafkan kami semua. Selama
ini, Papi selalu stres karena perilaku kami.” Tiba-tiba, sungai
kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia
mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah
botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya ?
Ia
mendatangi Sang Master lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya Sang
Master langsung mengetahui apa yang telah terjadi,“Buang saja botol itu.
Isinya air biasa. Kau sudah sembuh?? Apa bila kau hidup dalam
ke-kini-an, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat
menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan
ini !!!
Leburkan egomu, leburkan keangkuhanmu, leburkan
kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air, dan mengalirlah bersama
sungai kehidupan. Kau tidak akan pernah jenuh, tidak akan pernah bosan.
Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci
kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan”..
Pria itu
mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke rumah,
untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih mengalir
terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam ke-kini-an. Itulah sebabnya, ia
selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP !!!
Hidup bukanlah merupakan suatu beban yang harus dipikul tapi merupakan suatu anugerah untuk dinikmati. “Anda tidak akan pernah menang jika Anda tidak pernah memulai.”