“Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) itu ya manusia yang ingin dimanusiakan, masyarakat yang ingin diterima dengan masyarakat, orang yang ingin disayangi juga oleh keluarganya. Kami berharap Indonesia bisa bebas dari pasung, bebas stigma, dan bisa menghargai orang-orang di sekitarnya karena setiap yang punya jiwa ingin juga dimanusiakan jiwanya.” (Triana)
Sekali gila, tetap gila, pasung saja, jangan dekat-dekat, mereka berbahaya. Stigma negatif itu masih saja melekat ketika mendengar kata ‘orang gila’. Padahal, sejatinya setiap jiwa adalah manusia. Bagi masyarakat, hidup berdampingan dengan orang gila itu sulit, menakutkan, karena bisa membahayakan. Lebih memprihatinkannya, sampai ada yang dipasung, diperlakukan layaknya bukan manusia, demi mendapat rasa aman ketika tinggal di sampingnya.
Namun kondisi tersebut mampu diubah oleh Triana Rahmawati. Berawal dari hal sederhana, ketika ia sedang membeli makanan di angkringan dekat kosnya di Solo, tiba-tiba ada orang azan, padahal belum masuk waktu salat. Si Penjual makanan hanya bisa menyampaian untuk tidak perlu diigubris, namanya saja orang gila. Bagi Triana, tidak digubris berarti tidak dianggap keberadaanya. Momen penting itu menjadi awal pemikiran Triana untuk melakukan sesuatu. Jiwanya tergerak, terketuk untuk lebih peduli kepada orang dengan masalah kejiwaan.
Memanusiakan orang dengan masalah kejiwaan adalah yang melatarbelakangi Triana mendirikan komunitas berbasis sosial, Griya Schizofren, pada 10 Oktober 2012. Arti Griya Schizofren berasal dari dua kata, ‘griya’ yang berarti rumah, dan ‘Schizofren’ dari padanan ‘Sc’ yaitu sosial, ‘hi’ artinya humanity, ‘fren’ itu friendly. Griya Schizofren menjadi tempat anak muda untuk menyalurkan kepeduliannya kepada orang dengan masalah kejiwaan.
Lalu, sebenarnya apa itu Skizofrenia? Skizofrenia adalah gangguan yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir, merasakan, dan berperilaku dengan baik. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013, diperkirakan 1-2 orang tiap 1000 penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa berat, termasuk skizofrenia, dan hampir 15 persen penderitanya mengalami pemasungan.
Bersama para relawannya, Triana dari kurun waktu tahun 2012 hingga saat ini telah melakukan pendampingan ODMK di Griya PMI Peduli Kota Solo. Hingga Oktober 2019 ada 98 ODMK yang tinggal di griya ini dengan rentang usia 25-55 tahun. Asalnya pun dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Sebagian besar adalah hasil razia, atau yang hidup di jalanan tanpa anggota keluarga. Upaya untuk mengembalikan mereka kepada keluarga terus dilakukan, namun tak selamanya berhasil. Tidak sedikit yang akhirnya menghabiskan waktu bertahun-tahun di griya ini.
Semangat yang terus menyala
Triana bersama Griya Schizofren melakukan pendekatan berbasis sosial. Ia ingin membuktikan bahwa ODMK tidaklah membahayakan apabila ditangani dengan benar, dengan hati. Misi yang ia bangun pun begitu mulia, tak lain adalah sebagai upaya campaign kepada generasi muda agar lebih peduli lagi dengan kesehatan jiwa, bahwa setiap dari kita punya potensi terkena gangguan jiwa. Triana mengungkapkan, generasi muda lebih bagus lagi tanggap ke orang lain seperti yang ada di Griya PMI Peduli ini.
Kegiatan pendampingan yang dilakukan Triana bersama Griya Schizofren terbilang sederhana, namun Triana telah membuktikan semangat dan konsistensinya. Ia dan para relawan mengajak para ODMK untuk menyanyi, melukis, mewarnai, bermain ceria dan tentunya mendengarkan dongeng.
“Kalau ditanya kenapa sih mau konsisten di gerakan ini? Jawabannya adalah karena aku juga punya jiwa, berarti kemungkinan aku bisa seperti mereka atau punya masalah kejiwaan itu juga besar. Itulah kenapa aku bisa menghargai kesehatan jiwaku ketika aku bertemu dengan mereka. Mereka mengajarkan aku untuk bersyukur, kalau kesehatan jiwa yang kita miliki sering kita lupakan. Padahal, itu menempel di diri kita.” ungkap Triana Rahmawati.
Ia dan relawan Griya Schizofren yang rata-rata berasal dari kalangan mahasiswa, rutin mengunjungi para ODMK selama empat kali dalam seminggu, tujuannya agar proses pengobatan yang kini dijalani kian membuahkan hasil secara maksimal.
“Triana dan Schizofren itu kreatif dan peduli, luar biasa. Saya dan teman-teman sangat bangga, semoga di luar sana makin banyak komunitas yang sejak awal sudah peduli dengan keadaan di lingkungan kita,” ujar Muhammad Syaifudin, staf Griya PMI Kota Solo.
Mengubah tangan di bawah menjadi tangan di atas
Orang dengan masalah kejiwaan kerap dipandang sebelah mata, tidak punya potensi untuk lebih produktif, menghasilkan sesuatu yang bernilai. Berkat ide kreatif Triana, Griya Schizofren menginisiasi usaha cindera mata dan souvenir yang semuanya merupakan karya para ODMK. Pada tahun 2018 Triana dan Griya Schizofren membangun kemitraan dengan anak-anak muda di Kota Solo untuk memroduksi souvenir dalam bentuk tas, mug maupun produk lainnya. Gambar-gambar hasil karya ODMK disulap menjadi benda bernilai jual. Hasil kreativitas ini telah terpublikasi di akun instagram @griyaschizofren.
Dwike adalah salah satu sosok muda yang bekerjasama dengan Griya Schizofren untuk menginisiasi Heart Project. Lewat kreativitas, ia hasilkan souvenir yang worth it, penuh makna di balik proses pembuatannya. Project ini pun berhasil didanai oleh U.S Embassy, kuncinya adalah produknya memiliki added value, benar-benar pure dari oran dengan masalah kejiwaan. Rupiah demi rupiah dihasilkan, para pelangganpun begitu tertarik membelinya, sebagai penghargaan atas karya ODMK ini.
Triana pada tahun 2015 juga pernah memulai menjadi sociopreneur, dengan menginisiasi Youth Project, menjual aneka macam souvenir pernikahan. Hasil penjualannya digunakan untuk menggaji karyawannya dan membiayai komunitas Griya Schizofren sehingga berbagai kegiatan di komunitasnya tak serta merta bergantung pada donasi. Ia bertekad untuk Griya Schizofren bisa mandiri. Ia ubah tangan di bawah menjadi tangan di atas dengan berbisnis.
Triana yang kini sedang menempuh jenjang magisternya di UNS, tak henti-hentinya menebarkan semangat kepada generasi muda lewat seminar, workshop, tujuannya agar semakin banyak anak muda yang peduli dengan ODMK. Ia tak patah arang untuk memupus stigma negatif ODMK, berawal dengan edukasi kepada para mahasiswa. Berkat kegigihannya, ia tidak pernah kesulitan mencari relawan baru, karena dengan sendirinya mereka datang untuk mendukung gerakan kemanusiaan ini.
Berikan beasiswa untuk para relawan
Jiwa sosial tinggi yang dimiliki Triana mengajak dirinya dan suaminya untuk menginisiasi pemberian beasiswa pendidikan, termasuk tempat tinggal bagi para relawan yang membantu program Griya Schizofren. Hingga 2019 ini, ada 30 penerima manfaat beasiswa yang menghuni lima rumah yang dikontrak oleh Triana dan suami. Ia percaya bahwa, ketika ia memudahkan urusan orang lain, maka ia akan dimudahkan urusannya oleh Yang Maha Kuasa. Tidak hanya sebatas menyediakan asrama, Triana juga secara totalitas memberikan bimbingan keterampilan untuk berprestasi, beberapa penerima beasiswanya telah menjelajahi luar negeri.
Satu kebaikan ditebar, sejuta manfaat dipetik. Triana telah mengajarkan generasi muda di Kota Solo untuk berkomunitas sosial, menunjukkan kepekaannya dengan lingkungan sekitar. Tekad dan perjuangannya patut diapresiasi. Para ODMK mendapat keluarga baru, teman yang selalu ada untuk mereka.
Dukungan penuh terus mengalir dari orang-orang di sekitar Triana, termasuk suaminya. Siswandi adalah orang pertama yang selalu mendukung agar Triana secara konsisten dapat merawat Griya Schizofren, sekalipun dalam kondisi saat ini mereka tengah dikaruniai anak.
“Yang namanya kegiatan sosial pasti jenuh, capek. Hanya saja saya melihat ini adalah potensi untuk menjadi amal jariyah. Kalau ini berhenti di sini, nanti amal jariyah kamu akan berakhir. Jadi seberapa berat apa yang kita lakukan, kita harus tetap usahain terus,” kata Siswandi.
Triana berharap, semakin banyak masyarakat yang mau menerima keberadaan ODMK, terutama keluarga sebagai orang terdekat.
Asa mulia dan semangat Triana untuk menjaga eksistensi Griya Schizofren membuatnya berhasil menyabet berbagai prestasi. Pada tahun 2017, ia menerima Satu Indonesia Awards atas dedikasinya menjadi pendamping masalah kejiwaan. Pada tahun 2018, ia mendapat penghargaan sebagai Kartini Millenial yang menginspirasi. Pada tahun yang sama, ia dinobatkan menjadi grand finalist Diplomat Success Challenge. Yang terbaru di Desember 2019, ia dan suaminya meraih Juara 2 Pemilihan Pasangan Muda Inspiratif dan Berprestasi dari Kemenpora RI. Torehan prestasi itu ia persembahkan untuk Griya Schizofren dan semua pihak yang selama ini telah mendukung misi sosialnya.
Pada akhirnya, Orang dengan Masalah Kejiwaan adalah manusia yang ingin dimanusiakan. Dari Triana. kita belajar banyak hal, tentang rasa syukur, tentang dedikasi, tentang semangat, dan tentang harapan. Asa mulia Triana bersama Griya Schizofren mampu memberikan inspirasi bagi masyarakat Indonesia dan semoga lahirlah Triana lainnya di penjuru nusantara, yang mampu memberikan perubahan positif untuk lingkungan di sekitarnya.
#KitaSatuIndonesia #IndonesiaBicaraBaik
Sumber referensi:
instagram Griya Schizofren @griyaschizofren
instagram Satu Indonesia @satu_indonesia
video youtube Satu Indonesia https://www.youtube.com/watch?v=LQc3F-BopuA
video youtube CNN https://www.youtube.com/watch?v=gUsYZ8-yLg0&t=6s